Usaha Pondok Wisata Sebagai Pendukung Pariwisata Budaya Berkelanjutan DI Desa Wisata Ubud (original) (raw)
Related papers
Pelatihan Pelayanan Kepada Kelompok Usaha Pondok Wisata di Desa Ubud Kabupaten Gianyar
International Journal of Community Service Learning
Wisatawan dalam memilih tempat tinggal, cenderung menginginkan pengalam lokal dengan tinggal bersama tuan rumah di destinasi. Oleh karena itulah, pondok wisata menjadi pilihan menarik bagi wisatawan khusus Eropa repeater yang menghabiskan waktu liburannya di Ubud. Namun disisi lain Ubud yang merupakan destinasi pariwisata yang memiliki keaslian, keunikan, kekhasan serta kekhususan di dunia pariwisata internasional harus tetap dijaga dan dilestarikan walau pandemi COVID-19 telah meluluhlantakan pariwisata Ubud. Tujuan pengabdian ini adalah melakukan upaya recovery terhadap pariwisata Ubud. Kegiatan ini dilaksanakan dengan bentuk kegiatannya menggunakan metode penyuluhan diikuti dengan diskusi dan praktek. Kegiatan ini menyasar pemilik pondok wisata serta karyawannya, pemuda desa dan masyarakat lain yang tertarik untuk meningkatkan pengetahuannya terkait pengelolaan pondok wisata di Desa Wisata Ubud, Kabupaten Gianyar. Kegiatan ini menghasilkan luaran berupa terbentuknya komunikasi ya...
Implementasi Standar Usaha Pondok Wisata di Desa Wisata Pentingsari, Yogyakarta
Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 2020
This article contains the implementation of the Minister of Tourism and Creative Economy (Permenparekraf) Regulation No. 9 of 2014 concerning homestay tourism standards in the management of homestay in pentingsari tourism villages as supporting the existence of tourist attractions in pentingsari tourism villages. The method used in this research is descriptive, namely by collecting data using questionnaires, field observations, literature studies, documentation and interviews with several key informants as resource persons such as chairperson, manager, and owner of the tourist cottage it self. This article describes the suitability of tourist huts in pentingsari tourism village in accordance with Permenparekraf No. 9 of 2014 from three priority aspects, namely management aspects, service aspects and product aspects, which is still not in accordance with the homestay conditions at the pentingsari village. Keywords: Implementation, Standards, Homestay, Tourism Village
Strategi Pemasaran Desa Ubud sebagai Destinasi MICE
Jurnal Bali Membangun Bali, 1970
The concept of mass tourism has two seasons namely high season and low season to determine the number of tourist visits each year. Therefore the tourism industry tries to conduct a vigorous promotion by carrying out activities that can bring tourists to stay in one tourist destination. One of the activities that entrepreneurs do in the low season is to conduct activities called MICE (Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions). This research uses qualitative analysis technique by applying the participatory principle involving MICE stakeholders, destination manager, travel agent managers, and tourists. Ubud Village as a tourist destination which has potential for MICE activities has not had a convention bureau. This is due to the characteristics of the tourists who come to Ubud and the needs required by the tourism industry managers which are different from other tourist destinations in Bali such as Badung regency and Denpasar municipality. During this time, the implementation of activities of MICE is dominated by incentives tourism activities (56.57%), exhibitions (31.72%), and meetings (11.71%). The SWOT results concluded that Ubud Village is still S > W and O ≥ T thus requiring an internal consolidation, but seeing O ≥ T, has potential for further development. Development strategy were using grand strategy which make the results such as growth, dominance, and maximum investment.
Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan DI Desa Adat Osing Kabupaten Banyuwangi
Jurnal Environmental Science, 2021
Since its establishment as a traditional tourism village in 1995, Kemiren Village has transformed in its development process. This article aims to 1). describe sustainable tourism development in the Osing Cultural Village, Banyuwangi; 2). analyze the constraints for sustainable tourism development in the Osing Cultural Village, Banyuwangi, and 3). scrutinize the supporting factors for sustainable tourism development in the Osing Traditional Village, Banyuwangi Regency. By using a qualitative design, this study relies on the method of collecting data through in-depth interviews to obtain data from key informants. This research found that the tourism sector contributes significantly to the creation of job opportunities for the villagers. Even so, this economic development does not necessarily diminish the roots of culture and customs that have persisted for a long time. However, the level of community awareness of environmental sustainability still needs to be improved. In carrying out its function, the government continues to make maximum efforts to issue regulations that can ensure the success of sustainable tourism development in Kemiren Village.
JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi), 2021
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan merumuskan strategi yang tepat bagi pengembangan BUM Desa dalam kerangka kawasan pariwisata terpadu di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan tujuan memperoleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut permasalahan dalam objek penelitian. Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder yaitu dari literatur dan hasil Focus Group Discussion (FGD). Data diolah dan dikategorikan menggunakan NVivo. Hasil penelitian ini mengidentifikasi beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kawasan wisata, salah satunya adalah dengan difersifikasi lini usaha dan pembangunan infrastruktur penunjang wisata. Strategi yang berbentuk strategi BMC (Business Model Canvas) diharapkan dapat menjadi rujukan bagi BUM Desa untuk meningkatkan daya saing usahanya serta menjadi percontohan bagi BUM Desa lain dengan unit usaha yang sejeni...
Wisata Perdesaan : “ Pelestarian Budaya Dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa ”
Sosio Informa
Indonesia has a natural and cultural resources biodiversity as attractiveness assets that are largely scattered in rural areas including in the remote and coastal areas. It is stated the population of Indonesia as much as approximately 250 million people that scattered in 99 towns and, more than 78 thousands of villages. It shows that the characteristics of country is rural, with it's diversity for more than 500 tribes, where generally the community still keep, conduct and develop the tradition and culture as their identity. Since associated with tourism development, the effort of this identity conservation is supposed to become tourist attraction that reflects the authenticaly unique of Indonesia. Unfortunately the potential diversity of cultural roots in rural areas, has not been able to be managed properly and correctly as a tourist attraction and activities. Through library research, the article purpose is to fegure out that implementing rural tourism can be one innovative solution to improve rural communities well-being, as well as to support Nawacita programs. Finally, the strategic recommendations in this article state that the tourism development in rural areas should be sosially accepted, culturally appropriate, undiscriminative, people centered (pro-poor, job, growth), and environmentally sound.
Bisnis Homestay dan Pengaruhnya terhadap Pengembangan Ekonomi di Desa Wisata Ubud.docx
1. PENDAHULUAN Pariwisata sebagai suatu industri memiliki cakupan yang sangat luas baik dari segi subyek, obyek, maupun aktivitasnya. Perkembangan pariwisata yang semakin pesat disebabkan karena kebutuhan manusia untuk berekreasi semakin meningkat. Berbagai sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata bermunculan, tumbuh dan berkembang dengan pesat. Industri pariwisata ini bagaikan jantung yang menggerakan roda perekonomian masyarakat. Kegiatan kepariwisataan, sekalipun multi-aspek, bukanlah kegiatan yang tidak dapat didefinisikan. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistem, memiliki ruang lingkup, komponen, dan proses tersendiri. Merupakan sistem perdagangan yang bersifat khusus, berobyek jasa, dan mendapat dukungan dari sistem lainnya, seperti sistem social, budaya, lingkungan hidup, sistem religi, dan sistem-sistem lainnya. (Wyasa. Putra, 2003:17) Industri pariwisata merupakan kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Pariwisata juga bersifat multi dimensi dan multi disiplin seperti disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Perkembangan pariwisata dari kegiatan rekreasi menjadi kegiatan ekonomi, menjadikan kegiatan pariwisata tidak berbeda dengan kegiatan industry lainnya yang memiliki mata rantai kegiatan yang demikian kompleks dan melibatkan berbagai sector dengan dimensi fisik geografis, social budaya, dan social ekonomi. (Paturusi, 2008:5) Di Propinsi Bali sedang dicanangkan program pengembangan Desa Wisata, Pemerintah Provinsi Bali dalam hal ini Dinas Pariwisata Provinsi Bali menargetkan 20 Desa Wisata untuk dikembangkan. dimana salah satu pendukungnya adalah Usaha Pondok Wisata/ Homestay. Melihat fenomena pariwisata yang semakin berkembang dan tingkat kunjungan wisata yang meningkat, maka Homestay adalah pilihan yang tepat untuk pariwisata berbasis masyarakat, disamping harga murah dan dapat terjangkau sekaligus dapat meningkatkan tingat pendapatan keluarga/ masyarakat karena dapat menjadi pendapatan tambahan bagi keluarga/ masyarakat. Tabel 1.1
Peranan Desa Wisata Dalam Pembangunan Desa Di Desa Munduk Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng
Jurnal Ilmiah Cakrawarti, 2020
Buleleng Regency is one of eight regencies in Bali that is known by foreign tourists as an attractive tourist destination, where the area has a variety of arts, culture and natural tour- ist attractions. Munduk Village has a variety of tourist attractions consisting of arts or culture and natural scenery, in the form of hills, rice fields, and waterfalls that are characteristic of the village. The concept of Tri Hita Karana is the basis for living the daily lives of local people in Munduk Village. Village tourism is a form of integration between attractions, accommodation and supporting facilities that are presented in a structure of community life that integrates with the prevailing procedures and traditions where tourists can stay in or close to the village to learn and enjoy life in the village.From the description of the background above, the formulation of the problem in this paper is: what is the role of tourism villages in the development of villages in Munduk Village, Banjar...
Pengembangan Desa Wisata Yang Berkearifan Lokal Sebagai Bentuk Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
2021
Pariwisata pedesaan dapat berkontribusi untuk mengurangi eksodus penduduk dari daerah pedesaan dan menciptakan lapangan kerja serta mempromosikan pembangunan sosial-ekonomi daerah pedesaan. Pariwisata pedesaan sebagai alternatif kegiatan pengembangan daerah pedesaan serta melestarikan alam, tradisi, budaya dan kegiatan khas yang ada di daerah tersebut. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai atau norma yang bersifat baik dalam suatu masyarakat yang terbentuk dalam menjalani dinamika kehidupan masyarakat tersebut akan pengelolaan sumberdaya alam. Makalah ini mengidentifikasi dan meninjau studi literartur yang berkontribusi pada pemahaman tentang pengembangan desa wisata yang berkearifan lokal yang merupakan bagian dari pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif melalui studi literatur yang berkaitan dengan desa wisata, kearifan lokal dan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa...
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Desa Batuan dengan tujuan (1)untuk mendeskripsikan kondisi permukiman tradisional di Desa Batuan, 2) untuk menganalisis kontribusi keberadaan permukiman tradisional terhadap pengembangan fisik kawasan wisata di Desa Batuan, 3) untuk menganalisis kontribusi keberadaan permukiman tradisional terhadap kondisi ekonomi masyarakat di Desa Batuan. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pengambilan sampel secara " Purposif Sampling " yaitu sebesar 15 rumah yang mencirikan dari permukiman tradisional di Desa Batuan yang dimana dipilih 3 rumah dari setiap banjar dari 5 banjar yang mencirikan permukimannya sebagai permukiman tradisional. Pengumpulan data primer menggunakan metode pencatatan dokumen dan wawancara, yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, 1) secara umum permukiman tradisional di Desa Batuan masih menggunakan tata ruang permukiman yang berlandaskan agama yaitu Tri Hita Karana. Arsitektur dalam permukiman tradisional di Desa Batuan masih menggunakan unsur tradisional,2) sarana dan prasarana Desa Batuan sebelum dan setelah peningkatan kunjungan wisatawan memberikan kontribusi yang baik yang dimana layak di jadikan Kawasan Wisata Budaya, dan 3) Peningkatan kunjungan wisatawan ke Desa Batuan memperluas lapangan kerja, yang mampu meningkatkan taraf pendapatan masyarakat di Desa Batuan. Kata kunci : Permukiman Tradisional, Kawasan Wisata Budaya ABSTRACT The research was conducted in the village of Batuan in order (1) to describe the condition of traditional settlements in the village of Batuan, 2) to analyze the contribution of traditional settlements of the physical development of the tourist area in the village of Batuan, 3) to analyze the contribution of traditional settlements of the economic conditions in Batuan Village. This research is a descriptive study with a sampling of "purposive sampling" is equal to 15 houses that characterize traditional settlement in the village of Batuan in which selected 3 houses from each row of 5 banjo that characterizes the settlement as a traditional settlement. Primary data collection method of recording documents and interviews, which further quantitatively analyzed descriptively. Based on the results of the study show that, 1) the general traditional settlements in Batuan village still uses spatial settlement based on religion is Tri Hita Karana.