PENILAIAN AUTENTIK DALAM PENDIDIKAN AWAL KANAK (original) (raw)
Related papers
PENILAIAN AUTENTIK DALAM PENDIDIKAN AWAL KANAK - KANAK MELALUI PORTFOLIO
Student assessment is an integral part of instruction at any level of education. In early childhood education, it is argued that student assessment should be done authentically and should rely less on the traditional paper and pencil testing mode. This paper argues for the use of authentic assessment in the early childhood education setting and expands on the theme by illustrating the use of the portfolio as a form of authentic assessment.
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru menerapkan penilaian autentik dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Indralaya. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian sebanyak dua orang yang diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, wawancara dan observasi. Uji keabsahan data dengan uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diketahui bahwa kemampuan guru menerapkan penilaian autentik dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Indralaya adalah dalam kategori kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan angka persentase penerapan penilaian autentik sebesar 46.8%, kurang sesuainya soal uraian dengan materi yang diajarkan serta tidak adanya rubrik penilaian pada instrumen penilaian sikap dan ...
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS - AUTISME
DISUSUN OLEH : NURUL ISTIKHOMAH 1511505338 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA OKTOBER 2017 AUTISME I. BATASAN/PENGERTIAN Autis berasal dari kata autos yang artinya segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Dalam Kamus Lengkap Psikologi, autisme didefinisikan sebagai: (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan, harapan sendiri, dan menolak realitas (3) keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri (Chaplin, 2005). Autistic disorder adalah adanya gangguan atau abnormalitas perkembangan pada interaksi sosial dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap perkembangan dan usia kronologis individu. Autistic disorder dianggap sebagai early infantile autism, childhood autism, atau Kanner's autism (American Psychiatric Association,2000).
Interpersonal Communication is the most important communication process for every human being. Family relationship is one of the examples where interpersonal communication happened between Parents and Child. Moreover, family is the most important “social network” for a child in their early life period so that relationship with family is a kind of base attitude to other people, things and life in general. Therefore interpersonal communication between parents and child has, a role in giving child understanding about the way of life that child must internalize through behavior norms that have been taught. On the other hand, autism disorder severely impairs development of a person’s ability to communicate both verbal and non- verbal, interact with other people, and maintain normal contact with the outside world. This condition needs serious attention for parents with autism child. The purpose of this research is to reveal about how interpersonal communication happened between parents and child in giving understanding about behavior norms to autism child. Theories that used in this research are interpersonal communication theories from Devito, Laing and Fisher, effectiveness interpersonal communication theory from humanistic perspective, child dependency theory from Jones and Gerard, child communication theory from schramm and phenomenology theory. Research method that used in this research is qualitative descriptive with phenomenology approach. From this research we may know that parents experience in communicating with autism child is different between one to another. Every parent’s interpretation about their experience is being influenced by their relation with time, their self, information about autism also child age and child condition. Regarding self in relation to time revealed that the more parents spent their time with their child the more parents understand about their child characteristic and child habit that leads to effectiveness communication. In relation to self revealed that after they knew about their child condition, they show empathy, supportiveness, positiveness in their attitudes. In brief, we can say that the parents’ willingness to confess that they have autism child is the most significant step, which have great impact to their child development.
MEMAHAMI DAN MENDIDIK ANAK AUTISME
A thin layer of gray matter on the surface of the cerebral hemispheres. Two thirds of this area is deep in the tissues and folds. This area of the brain is responsible for higher mental functions, general movement, perception and behavioral reactions. Amygdala This is responsible for all emotional responses including aggressive behavior. Hippocampus This makes it possible to remembernew information and recent events. Brain Stem The brain steim is located in front of the cerebellum and serves as a relay station, passing messages between various parts of the body and the cerebral cortex. It controls the primitive funtions of the body essential to survival including breathing and heart rate. Cerebellum This is located at the back of the brain, it fine tunes motor activity, regulates balance, body movements, coordination and the muscles used for speaking. Corpus Callosum This consists of closely packed bundles of fibers that connect the right and left hemispheres of the brain and allows them to communicate with one another. Basal Ganglia This is gray masses deep witin the cerebral hemisphere that connectes the cerebrum and the cerebellum. It helps regulate automatic movement. x v MEMAHAMI DAN MENDIDIK ANAK AUTISME x v i MEMAHAMI DAN MENDIDIK ANAK AUTISME MUKADIMAH aat ini permasalahan anak autis merupakan permasalahan serius. Hal ini tampak dari meningkatnya angka anak penyandang autis dari tahun ke tahun. Sebelum akhir abad lalu, angka kejadiaannya 4 kasus dari 10.000 kelahiran. Artinya lebih kurang 1 kasus dari 2.500 kelahiran. Tetapi saat ini angka itu tlah berubah menjadi 1 kasus dari 165 kelahiran (Kresno 2011: xxxv). Jika terus diabaikan bisa jadi angka ini akan terus me-ningkat. Autis merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi proses akuisisi keterampilan individu manusia dalam area; interaksi sosial, komunikasi dan imajinasi. Bila anak-anak 'tipikal' mempelajari keterampilan tersebut secara natural, individu dengan autis memerlukan pengajaran yang eksplisit pada areaarea tersebut.
STUDI KASUS DINAMIKA EMOSI PADA ANAK AUTIS
This study aimed at exploring the emotional dynamics of children with autistic. A qualitative approach with case study method was employed. Two autistic children with average autism severity in Cita Hati Bunda School and Therapy Center for autistic children Sidoarjo were recruited as participants. Data were collected from interviews, observation, and relevant documents. The Plutchik's concept of emotion components, namely stimulus event, inferred cognition, physiological arousal, feeling state, impulse to action, and overt behaviour and effect was used to invoke some psychological insight in the analysis. The study found that the dynamic of emotions that occurs in autistic children was influenced mainly by situational factors. The result suggested that autistic children need more times to perceive the contexts of stimuli. However, this study was not able to explain how these children make meanings of those stimuli. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika emosional pada anak-anak autis. Pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus digunakan. Dua anak autis dengan tingkat keparahan autisme rata-rata di Cita Hati Bunda Sekolah dan Terapi Pusat autis anak Sidoarjo direkrut sebagai partisipan. Data dikumpulkan dari wawancara, observasi, dan dokumen yang relevan. Konsep Plutchik tentang komponen emosi, yaitu stimulus event, inferred cogni-tion, physiological arousal, feeling state, impulse to action, overt behaviour dan effect digunakan untuk memberikan wawasan psikologis dalam menganalisis data. Studi ini menemukan bahwa meskipun ketika emosi itu bangkit anak-anak autistik ini tidak mampu mengontrolnya, namun dinamika emosi yang terjadi pada anak autistik sesungguhnya dipengaruhi terutama oleh faktor situasional. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak autis perlu waktu yang lebih banyak untuk memahami konteks rangsangan. Namun, penelitian ini tidak dapat menjelaskan bagaimana anak-anak ini memaknai berbagai rangsangan yang mereka terima. Semua individu merasakan emosi Purkinje, yang memproduksi neurotransmiter dalam hidupnya. Emosi merupakan reaksi cerotonin. Pada anak autisme, jumlah sel dari individu terhadap individu lain, objek purkinje sangat kurang, akibatnya produksi maupun situasi di sekitarnya. Pengungkapan serotonin berkurang yang menyebabkan emosi muncul dalam berbagai bentuk, seperti penyaluran rangsang/informasi antar sel otak ekspresi wajah, cara perilaku, maupun ucapan terganggu. Bentuk kelainan lainnya adalah secara verbal. Individu normal pada kelainan pada struktur pusat emosi dalam otak umumnya mampu mengontrol emosi yang (sistem limbik), yang bisa menerangkan muncul dalam dirinya, karena tidak memiliki kenapa emosi anak autis sering terganggu. kelainan dalam struktur otak yang mengatur Anak autistik adalah seorang laki-laki emosi. Anak autistik dilahirkan dengan atau perempuan yang berusia dua sampai dua keadaan yang " kurang " dari individu normal. belas tahun yang memiliki sindrom autism Bauman dan Courchense (dalam Cristina M, yaitu penarikan diri yang ekstrem dari 2009) menemukan kelainan Susunan Saraf lingkungan sosialnya, gangguan dalam Pusat (SSP) pada beberapa tempat dari anak berkomunikasi, serta tingkah laku yang autistik. Salah satu kelainan itu adalah terbatas dan berulang (stereotipik) yang pengecilan Cerebellum (otak kecil) terutama muncul sebelum usia 3 tahun. Anak autistik Lobus VI-VII. Lobus VI-VII berisi sel-sel kesulitan untuk memahami emosi yang ada di 108
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC
JURNAL PENDIDIKAN EDUMASPUL, 2018
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development) yang bertujuan untuk mengembangkan Instrumen Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific. Prosedur pengembangan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses pengembangan instrumen asesmen autentik menurut Djaali & Muljono (2008: 60) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) mengembangkan dimensi dan indikator dari variabel penelitian, 2) membuat kisi-kisi instrumen, 3) menetapkan besaran atau parameter, 4) menjabarkan butir-butir instrumen ke dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan, 5) tahap validasi pakar, 6) revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar, 7) penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba, 8) uji coba instrumen di lapangan, 9) menentukan validitas dan reliabilitas instrumen, dan 10) perakitan butir-butir instrumen yang valid unjuk dijadikan instrumen final. Instrumen penilaian autentik pada pembelajaran dengan pendekatan scientific yang telah dikembangkan, telah divalidasi oleh pakar dan praktisi serta telah diujicobakan sehingga didapatkan hasil yang layak digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen penilaian autentik pada pembelajaran dengan pendekatan scientific bersifat valid dan reliabel. Instrumen penilaian autentik yang telah memenuhi kriteria valid dan reliabel secara rasional maupun empirik meliputi instrumen penilaian sikap: Lembar Observasi Sikap Spiritual, Rubrik dan Lembar Observasi Sikap Sosial. Instrumen penilaian pengetahuan: 1) Kisi-Kisi Tes, 2) Tes Kompetensi, 3) Rubrik dan Lembar Penilaian Tes Kompetensi. Instrumen penilaian keterampilan: 1) Tes Kinerja, dan 2) Rubrik dan Lembar Penilaian Tes Kinerja.
GANGGUAN SINTAKSIS DALAM BERBICARA PADA ANAK-ANAK AUTIS
Fitri Dwi Rachmawati, 2021
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan salah satu gangguan bahasa saat berkomunikasi pada anak autis khususnya meneliti tentang konstruksi sintaksis yang diujarkan oleh anak penyandang autis. Kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sintaksis yang menurut KBBI merupakan salah satu cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya atau bisa disebut juga ilmu tata kalimat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan selama kurang lebih dua bulan. Teknik yang digunakan saat melakukan observasi adalah pencatatan dan perekaman. Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Semarang dengan objek penelitian yaitu anak penderita autis kelas 5. Fokus kajian yang diteliti pada penelitian ini adalah gangguan sintaksis keluaran wicara pada tuturan anak penyandang autis dengan objek kajian sebanyak dua orang. gangguan sintaksis keluaran wicara dapat ditandai dengan adanya kesalahan dalam proses produksi bunyi wicara pada tataran alat dan satuan sintaksis. Peneliti melakukan observasi dengan memberikan pertanyaan kepada narasumber mengenai hal-hal yang dilakukan saat liburan sekolah. Pengamatan yang dilakukan untuk penelitian ini berkenaan dengan kesalahan pada penggunaan kata serta kesalahan dalam memproduksi frasa, klausa dan kalimat. Apakah saat berbicara, penggunaan urutan kata dan frasa pada anak autis tersebut sudah benar ataukah masih terbalik. Kata kunci : autis, gangguan sintaksis, frasa, kata