Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) sebagai Komoditas Unggulan dalam Meningkatkan Nilai Tambah Bagi Kesejahteraan Masyarakat Di Provinsi Nusa Tenggara Timur
[Seaweed (Kappaphycus Alvarezii) as Potential Commodity in Added Value Development for The Prosperity of Sumba Timur Regency Communit... (original) (raw)
Related papers
Deleted Journal, 2022
Budidaya rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan, yakni pemanfaatan sumber daya hayati di perairan Atapupu, selat Ombai, kabupaten Belu, provinsi Nusa Tenggara Timur, perbatasan RI-RDTL. Budidaya rumput laut di perairan ini terdiri dari dua jenis yaitu, alga hijau (chelophyta) dan alga coklat (phaeophyta). Perairan Atapupu bertipikal perairan yang datar lantaran pasir putihnya yang indah serta airnya yang dangkal, dan letak perairan yang strategis membuat perairan Atapupu sebagai perairan yang cocok untuk kegiatan budidaya rumput laut menggunakan sistem long line. Sistem ini banyak diminati oleh para pembudidaya karena alat dan bahan mudah didapatkan, serta mampu bertahan dalam waktu yang cukup lama. Dengan membangun usaha budidaya rumput laut di perairan Atapupu dapat di jadikan sebagai sumber pangan, lapangan pekerjaan, dan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah pesisir sehingga membantu masyarakat keluar dari zona pengangguran. Hasil kegiatan budidaya tersebut dapat di pasarkan dan diekspor ke negara tetangga Timor Leste, dan negara lainnya. Hasil dari budidaya rumput laut ini dapat di bagi dua menjadi usaha yang baru lagi setelah masa panen ada beberapa rumput laut yang di pasarkan, dan ada sebagian hasil rumput laut yang langsung di budidayakan tersendiri di rumah produksi tentunya akan menghasilkan pendapatan yang berlipat ganda. Adapun manfaat dari budidaya rumput laut yaitu memiliki nilai gizi yang terkandung di dalamnya dapat dijadikan sebagai sumber makanan, bahan utama pembuatan agar-agar, sebagai obat herbal/industri farmasi, dan bahan utama untuk kecantikan.
Seminar Nasional Geomatika
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan penghasil rumput laut kappaphycus alvarezii kedua terbesar di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2016). Oleh karena itu diperlukan zonasi daerah potensial budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii untuk pengembangan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah yang potensial untuk budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii di Provinsi NTT berdasarkan parameter sea surface temperature (SST), salinitas, kedalaman, arus, dissolved oxygen (DO), nitrat, fosfat, klorofil-a, dan muara sungai. Penentuan kesesuaian lokasi budidaya dilakukan dengan memberikan bobot dan skor bagi setiap parameter untuk budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii menggunakan sistem informasi geografis melalui overlay peta tematik setiap parameter. Dari penelitian ini diperoleh bahwa kadar nitrat, arus, kedalaman, dan lokasi muara sungai menjadi parameter penentu utama. Jarak maksimum dari bibir pantai adalah sekitar 10 km. Potensial b...
JURNAL AGRICA
Industri Rumah Tangga Pangan memiliki peran penting dalam ekonomi rakyat sebagai penggerak ekonomi keluarga. Pengembangan komoditi unggulan seperti rumput laut dan jagung di Kota Kupang tidak hanya tertuju pada sektor budidaya saja, namun perlu difokuskan pada pengembangan produk olahannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar produk yang dihasilkan dapat memberikan keuntungan bagi pengusaha, menganalisis kelayakan usaha dan menganalisis nilai tambah dari produk olahan pangan. Penelitian ini dilaksanakan pada dua Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) yang berada di Kota Kupang, NTT dalam kurun waktu April – Oktober 2021, dengan produk utama yang diusahakan yaitu stik rumput laut dan marning Jagung. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan produk olahan yang dipilih mewakili komoditi hasil laut dan pertanian di NTT khususnya Kota Kupang. Analisis data secara kuantitatif berupa analisis biaya dan penerimaan, analisis kelayakan usaha ...
Rumput Laut, Makanan Sehat Abad 21
2018
Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pangan telah dilakukan sejak jaman dahulu bahkan rumput laut disinyalir telah dikonsumsi sejak jaman manusia purba. Rumput laut umumnya bersifat edible (dapat dimakan). Tumbuhan laut ini kaya akan polisakarida, mineral esensial, vitamin serta protein, rendah kalori dan rendah lemak. Kadar polisakarida dalam rumput laut mencapai 4-76% dari berat keringnya. Terdapat sekitar 56 jenis mineral dan trace mineral dalam rumput laut. Kadar mineral dalam rumput laut 10-20 kali lebih tinggi daripada mineral dalam tumbuhan darat. Dalam rumput laut juga tersimpan vitamin A, B, C, dan D serta vitamin E. Rumput laut juga mengandung vitamin B12 yang umumnya ditemukan dalam hewan. Kadar protein pada rumput laut mencapai 10-40% sedangkan kadar lemak hanya berkisar 1-5% dari berat kering. Jenis lemak dalam rumput laut merupakan PUFA (polyunsaturated fatty acid) khususnya asam lemak omega-3 dan omega-6 yang terkonsentrasi dalam fraksi galaktolipid. Rumput laut tela...
Manajemen Ikm Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah, 2012
Rumput laut yang banyak dibudidayakan di Perairan Karimunjawa adalah jenis Kappaphycus alvarezii, karena tergolong usaha rendah modal, teknologi produksinya murah, siklus produksi singkat, penanganan pascapanen mudah dan sederhana, serta pangsa pasar masih terbuka. Kajian ini bertujuan untuk (1) Mengevaluasi kelayakan usaha; (2) Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha; dan (3) Menyusun strategi yang tepat dalam mengembangkan usaha budi daya Rumput laut. Data keuangan dianalisis berdasarkan kriteria nilai Net Present Value (NPV), B/C (Benefit/Cost) ratio, Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP) dan Break Even Point (BEP). Identifikasi faktor lingkungan dievaluasi dengan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), dipetakan dengan matriks Internal-External (IE) untuk melihat posisi perusahaan. Perumusan strategi dengan matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan matriks Quantitative Strategic Planning (QSP). Hasil analisis kelayakan menunjukkan usaha budi daya Rumput laut dengan metode longline secara finansial menguntungkan dan layak dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat bunga 14% diperoleh nilai NPV positif 30,81 juta rupiah; (B/C) ratio >1 (2,69); nilai IRR lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan (47,58%); PBP selama 1,61 tahun; nilai BEP 13,23 juta rupiah, atau penjualan 1.474 kg Rumput laut kering. Total skor nilai pada matriks internal 2,52 dan matriks eksternal 2,83. Perpaduan kedua nilai tersebut menunjukkan posisi usaha terletak pada sel V, atau strategi pertumbuhan. Strategi yang tepat dilakukan adalah pemberdayaan anggota dan kelompok usaha untuk meningkatkan usahanya, memperluas lahan usaha budi daya, dan peningkatan keterampilan teknis budi daya untuk peningkatan mutu produk. Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan bersamaan, karena saling mendukung satu dengan yang lain.
Jurnal Dedikasi Masyarakat, 2019
Rumput laut merupakan salah satu kekayaan laut yang dapat dikembangkan menjadi komoditi yang berharga dan memiliki nilai jual yang tinggi. Oleh karena itu, rumput laut tidak hanya dibudidaya dan dijual dalam keadaan basah atau kering. Selain dijual langsung, rumput laut juga sudah dapat diolah dalam bentuk makanan olahan. Home industri merupakan salah satu aktivitas yang banyak melahirkan inovasi dalam berbagai bentuk dan jenis produk yang berkualitas tinggi. Pemberdayaan masyarakat dan peningkatan nilai tambah merupakan kegiatan yang banyak dilakukan home industri untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas produk yang bernilai tinggi. Formula rantai ekonomi bagi home industri adalah aspek yang sangat dibutuhkan, mencakup kegiatan kreasi, produksi, hingga distribusi atau pemasaran. Bila rangkaian kegiatan ini bisa disinergikan maka produktivitas dan nilainya bisa jauh lebih besar, oleh sebab itu untuk menciptakan formula tersebut, home industri harus bersinergi dengan Perguruan Tinggi yang memiliki banyak sumber daya, antaranya melibatkan dosen dan mahasiswa melalui program KKN-PPM. Program tersebut sangat membantu pelaku home industri dalam memperoleh informasi, manajemen, serta keterampilan dan inovasi pembelajaran. Output yang dari hibah ini adalah meningkatnya produksi dan akses pemasaran produk olahan rumput laut, baik lokal maupun nasional, kualitas produksi dan daya tahan produk yang lebih baik, layanan informasi yang terbuka. KKN-PPM ini dilaksanakan dengan metode pembinaan home industri, memberikan pendidikan dan pelatihan tentang informasi dan pemasaran produk olahan rumput yang menjadi mitra. Kata kunci: pemberdayaan masyarakat; peningkatan nilai tambah; produk olahan; rumput laut.
2017
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu melakukan survei lapang dengan cara mengamati dan mengukur parameter fisiografi dan kimia serta mengambil sampel pada 55 titik lokasi di perairan pesisir Pulau Atauro. Titik-titik tersebut ditentukan koordinatnya dengan GPS. Analisis faktor lingkungan dengan pendekatan ekologis. Analisis hubungan kepentingan parameter lingkungan perairan yang berpotensi menggunakan pendekatan AHP metode Saaty. Analisis kesesuaian perairan dengan GIS menggunakan pendekatan SMCA. Nilai rerata sebaran spasial parameter fisiografi adalah: keterlindungannya cukup terlindung, Kecepatan arus 27.71 cm/s, Suhu 28.59 o C, Kecerahan 3.24 m, Kedalaman 3.24 m, Substrat dasar pasir, berbatu karang dan lamun. Nilai rerata sebaran spasial parameter kimia, yaitu Fosfat 0.23mg/l, Nitrat 3.2 mg/l, COD 56.36 mg/l, BOD 2.58 mg/l, DO 7.65 mg/l, Salinitas 33.38 ppt dan pH 7.79. Hasil analisis AHP menunjukan pembobotan yang berprioritas, antara lain (1). Parameter fisiografi dengan kedalaman 22%, suhu 20%, keterlindungan 16%, kecepatan arus 15%, kecerahan 14% dan Substrat 13%. (2). Parameter kimia dengan pH 25%, Salinitas 24%, Nitrat 13%, DO 12%, BOD 10%, Fosfat 9% dan COD 7%. dan (3). Parameter fisiografi dan kimia sama-sama memiliki nilai 50%. Hasil pemetaan dan analisis spasial kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut K.alvarezii yang tergolong sangat sesuai (S1) 419 ha, sesuai (S2) 415 ha, cukup sesuai (S3) 240 ha dan yang tidak sesuai (N) 86 ha. Berdasar kondisi riil budidaya rumput laut saat ini memperlihatkan kesesuaian perairan yang tergolong sangat sesuai (S1) 179 ha dan sesuai (S2) 214 ha.
Nilai Keekonomian Usaha Rumput Laut DI Sulawesi Selatan
2020
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai keekonomian atau kelayakan finansial usaha rumput laut. Peneliti merasa perlu untuk meneliti bidang ini karena perkembangan budi daya rumput laut semakin hari semakin meningkat seiring dengan permintaan produk-produk berbahan dasar rumput laut yang semakin besar. Data penelitian ini dikumpulkan pada pembudidaya dan pihak-pihak terkait dengan melakukan survei terstruktur. Analisis data menggunakan Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Net Benefit Cost Ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha budi daya rumput laut sangat layak untuk dilakukan dan dikembangkan menjadi komuditas utama bidang perikanan dan kelautan. Kata-kata Kunci : IRR, Kelayakan Finansial, Net B/C, NPV, Rumput Laut
2021
A study has been conducted to determine the quality and effect of seaweed (Ulva lactuca) as a substitute feed for Bali weaned bull in the dry season with different energy levels. The research was conducted in two stages of in vitro treatment to determine the ideal level of U. lactuca flour with treatment of RA= hay natural grass; RAK= RA + concentrate; RAKU5= RAK + U. lactuca 5%; RAKU10= RAK + U. lactuca 10%; RAKU15= RAK + U. lactuca 15%; RAKU20= RAK + U. lactuca 20%. Stage two used Latin Square design with treatment of R1 = EM 7,3 MJ, R2 = EM 8 MJ dan R3 = EM 8,7 MJ. The results showed that the ideal level can be used is 15% with dry matter digestibility and the highest organic digestibility is 77.79 and 78.56%. The second stage is feeding U. lactuca flour 15% from total ration with different energy level for nine Bali weaned bulls with the purpose of knowing the level of intake and digestibility with treatment R1= 7.3 MJ; R2= 8 MJ; and R3= 8.7 MJ EM. The results showed that substi...
2021
Punagaya waters are one of the seaweed cultivation locations in Jeneponto Regency. In 2005, a power plant was built at that location. This development has raised concerns, especially for seaweed farmers in the area. The sustainability of seaweed cultivation and production in Punagaya waters is primarily determined by the water quality and several other related aspects. The purpose of this study was to find information on the physical and chemical conditions of Punagaya waters used for seaweed cultivation after the construction of the power plant (PLTU) and the possibility of contamination of Plumbum (Pb) and Cadmium (Cd). Samples for physical and chemical measurements of seawater were carried out in-situ at the study site, while the chemical analysis of water in the form of nitrate, phosphate, plumbum (Pb) and cadmium (Cd) was carried out in the laboratory. The results showed that the physical and chemical conditions of the Punagaya waters used for seaweed cultivation after the PLTU...