Analisa Kinerja Struktur Beton Bertulang Pasca Kebakaran (original) (raw)

Evaluasi dan Retrofit Struktur Gedung Beton Bertulang Akibat Kebakaran

2021

Several studies have been carried out related to the impact of fire on the strength of reinforced concrete material. It shows that there is a decrease in strength and a decrease in structural stiffness. The degree of damage is dependent on the temperature and duration of the fire. To ensure accessibility, the building needs to be evaluated whether the building can be re-functioned immediately. The results of site investigation are evaluated to determine the structure retrofit and reinforcement methods and cost-effectiveness compared to the cost of a new building. The office building structure under review is analytically evaluated based on SNI 1726:2019 and SNI 1727:2018. The results showed that 31% of columns and 32% of beams need to be strengthened. In addition, steel bracing and CFRP wrapping on the structural elements were applied. The cost of retrofitting required Rp2.998.488.781,07, which is lower than the cost of the new building structure, which costs Rp4.950.087.016,34 . AB...

Analisis Material Beton Bertulang Pasca Kebakaran dan Metode Perbaikan Elemen Strukturnya

2008

Fire is often destroyed on building structures at any time. Fired caused to change physically and mechanically of properties of reinforced concrete building. Strength, stiffness and ductility of structures generally decrease and degradation after fired. Some method to estimate and assessment residual strength of reinforced structured after fired are very importat to research and to forensic engineering structure after fired. Estimated high temperature and duration of fired after fired by phenolphthalein indicator (PP-test), CaO-free test and Hammer Test. Values of concrete compression strength and tensil strength of reinforced estimate from field samples. Some samples are put by core drill apparatus to give cylendric concrete and testing by compression testing ubit. Some concrete beams to made and to give 400oC, 600oC, 800oC and 1000oC temperature to indicated middle and heavy destroyed after fired. Flexural and shear repairing to give to those beams. To found little to middle dest...

Analisis Kinerja Struktur Beton Bertulang DI Wilayah Gempa Indonesia Intensitas Tinggi Dengan Kondisi Tanah Lunak

2016

Salah satu konsep perencanaan struktur di wilayah Indonesia adalah dengan menganalisiskinerja struktur setelah terjadinya gempa, mengingat Indonesia merupakan bagian dari wilayahyang rentan terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi. Tujuan artikel ini adalah untukmemperlihatkan kinerja dan distribusi sendi plastis gedung beton bertulang beraturan denganmenggunakan metode analisis statik nonlinier. Model bangunan diberikan beban gempa beruparespons spektrum wilayah gempa dengan nilai percepatan tanah (g) tinggi dan berada dikondisi tanah lunak. Kinerja bangunan ditentukan dengan menggunakan code ATC-40 yangdipengaruhi oleh target perpindahan. Metode yang digunakan untuk memperoleh nilai targetperpindahan adalah metode spektrum kapasitas ATC-40 dan koefisien perpindahan FEMA356. Hasil analisis memberikan nilai target perpindahan metode spektrum kapasitas ATC-40adalah 0,295 m sedangkan metode koefisien perpindahan FEMA 356 memberikan hasil 0,536m. Kinerja struktur untuk kedua nilai ...

Evaluasi Cepat Struktur Portal Beton Bertulang Terhadap Gempa

Jurnal Online Mahasiswa Bidang Teknik Dan Sains, 2014

Earthquakes from 2004 to 2009 in Indonesia has resulted in many deaths and the collapse of the building. The American Society of Civil Engineers (ASCE) with the Federal Emergency Management Agency (FEMA) has published FEMA 310 as a handbook for seismic evaluation of buildings. FEMA 310 evaluation includes evaluation of phase one, two and three. Evaluation of phase one (tier 1) using a checklist of structural, non-structural, region of low sismicity and also geologic site hazard and foundation. Evaluation of the second phase (tier 2) is a linear analysis for structures such as static equivalence analysis and dynamic. Evaluation of the third stage (tier 3) is non-linear analysis of such a pushover. If the evaluation phase of the assessment does not meet the criteria, then it should proceed to the second phase, as well as for further evaluation. The building is located in the city of Pekanbaru that is reviewed and evaluated up to the second phase. Calculation of seismic shear force have used seismic hazard map of Indonesia has been published in 2010. This is one step to improve the performance of structures to resist earthquakes, it is expected that this will reduce structural damage and avoid loss of life. The results of the evaluation phase one (tier 1) that has been conducted shows that the buildings that were reviewed noncompliant for weak story and soft story. Evaluation of the second phase (tier 2) shows that all the columns in buildings were able to bear the load, while some beam were over strength, however both of building can be declared the buildings are safe against earthquakes (compliant).

Perubahan Perilaku Beton Mutu Normal Pada Temperatur Tinggi Pasca Kebakaran

A b s t r a c t When reinforced concrete structure was set on fire, the concrete materials strength to the structure must be reevaluated so the structural rehabilitation can be done effectively and determining reliability building after fires. On the other hand, commonly design of building structure often did not enclose the computing of the residual element strength because not enough data of the concrete behaviour after fires research on Indonesia. As to solve the problem so needed a research obout how far concrete strength decline (measuring residual strength) cause fire to support the fire safety design of buildings. On this papers, the experiments for normal strength concrete (30 Mpa) burning at elevated temperature 400 o C, 600 o C, 800 o C to 1000 o C base in Japanese Industrial Standard (JIS) to determine the compressive strength, stress-strain relationships, modulus of elasticity, thermal conductivity, change of microstructure compounds composition by x ray diffraction of concrete speciment. The experiment result showed the compressive strength of concrete were reduced to 92%, 79%, 60%, 36% at respective temperature of 400 o C, 600 o C, 800 o C, 1000 o C and the modulus of elasticity concrete were reduced to 87%, 80%, 42%, 4% at respective temperature of 400 o C, 600 o C, 800 o C, 1000 o C. It is clearly that compressive strength burning over temperature 600 o C come down very significant from initial condition. These condition was supporting the change of thermal coductivity from 1,094 Kcal/m.h. o C (25 o C) decrease to 0,725 Kcal/m.h. o C (1000 o C), the change of porosity from 4,2 % (25 o C) increase to 11 % (1000 o C) and the change of permeability from 1,96 10-8 cm/dt (25 o C) increase to 12705 10-8 cm/dt (1000 o C). The loss of compressive strength implicated decomposition of anorthite {(Ca,Na) (Si,Al)4 O8 } and kaolinite {Al2Si2O5 (OH)4} as compounds concrete strength and it will result in new compounds namely Silicon Oxide {SiO2}, Dolomite {CaOMgO2CO2}, Calcite {CaCO3}, Quartz {SiO2}. A b s t r a k Dalam kasus struktur beton bertulang yang terbakar kekuatan material beton terhadap kekuatan struktur perlu dikaji ulang (pengukuran kekuatan sisa / residual strength) agar usaha-usaha perbaikan dapat dilaksanakan seefisien mungkin dan menentukan dapat tidaknya sebuah struktur dipergunakan kembali. Dalam penelitian ini akan dibahas pengaruh perbedaan temperatur pada saat terjadi kebakaran dari 400 o C hingga 1000 o C dengan interval 200 o C dengan menggunakan Japanese Industrial Standard terhadap sifat mekanik, sifat, thermal, sifat fisik, dan sifat kimia dari specimen beton mutu normal (30 MPa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beton yang mendapat beban termal 400 o C, 600 o C, 800 o C, 1000 o C mengalami penurunan kekuatan dimana kuat tekan yang tersisa menjadi 92%, 79%, 60%, 36% dan modulus elastisitas yang tersisa menjadi 87%, 80%, 42%, 4% dari kondisi awal sebelum dibakar (25 o C). Dapat dikatakan perilaku beton mengalami penurunan yang sangat drastis/ signifikan jika beton berada pada suhu di atas 600 o C. Kondisi perubahan yang ada disertai perubahan sifat daya hantar panas dari 1,094 Kcal/m.h. o C (25 o C) berkurang menjadi 0,725 Kcal/m.h. o C (1000 o C), perubahan nilai porositas dari 4,2 % (25 o C) meningkat menjadi 11 % (1000 o C) dan perubahan permeabilitas beton dari 1,96 10-8 cm/dt (25 o C) meningkat menjadi 12705 10-8 cm/dt (1000 o C)). Penurunan kekuatan beton juga disebabkan terjadinya dekomposisi anorthite {(Ca,Na) (Si,Al)4 O8 } dan kaolinite Al2Si2O5 (OH)4 sebagai senyawa penentu kekuatan beton serta terjadinya perubahan mikrostruktur melalui terbentuknya senyawa-senyawa baru seperti Silicon Oxide, Dolomite, Calcite, Quartz pada hasil uji sinar X

Penyuluhan Antisipasi Kebakaran Pada Bangunan Beton

Jurnal Serina Abdimas

Bencana merupakan peristiwa yang tidak dapat dihindari serta mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Bencana yang menjadi fokus dalam kegiatan PKM ini adalah bencana kebakaran. Kebakaran merupakan suatu peristiwa ketika sebuah bangunan dilanda api dari suatu sumber api tertentu dan dapat mengakibatkan kerugian berupa harta benda maupun korban jiwa serta terjadi dimana saja secara tiba-tiba. Pada saat terjadi kebakaran, api sangat cepat merambat jika area dimana sumber api berada terdapat banyak barang yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar seperti plastik dan kayu. Pada umumnya beton pada suatu bangunan biasa tidak dapat menahan panas diatas 250°C, jika beton mengalami perubahan suhu yang melebihi batas tersebut, beton akan mengalami perubahan fisik seperti warna dan munculnya keretakan akibat dari perubahan reaksi kimiawi pada komposisi campuran beton itu sendiri. Jika perubahan fisik dan kekuatan pada beton pasca keba...

Evaluasi Kinerja Struktur Gedung Beton Bertulang Metode Pushover Analysis

Inersia: Jurnal Teknik Sipil, 2020

Quest Hotel yang terletak di Yogyakarta merupakan bangunan tempat tinggal yang di peruntukan untuk para pengunjung wisata maupun orang-orang yang punya kepentingan lain yang datang di Yogyakarta, bangunan ini merupakan bangunan bertingkat 10 lantai serta memiliki ketinggian 33,45 m. Sebuah struktur bangunan harus direncanakan sesuai dengan kaidah-kaidah perencanaan yang berlaku, sehingga dampak yang disebabkan oleh gempa dapat menahan guncangan yang telah direncanakan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai gaya lateral maksimal serta displacement yang terjadi pada gedung dan bagaimana level kinerja berdasarkan metode FEMA 356. Besarnya gaya lateral maksimum pada arah x = 8034,753 kN pada step 9 dengan displacement sebesar -0,042530 m dan pada arah y gaya lateral maksimum = 7055,847 kN pada step 7 dengan displacement sebesar -0,066046 m. Hal ini menunjukan bahwa struktur gedung lebih kuat menahan gaya lateral dari arah-x dibandingkan dari arah-y. Berdas...

Evaluasi Kinerja Struktur Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis

Prosiding Pesat, 2013

Perencanaan gedung tahan gempa di Indonesia sangat penting karena sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah gempa yang mempunyai intensitas sedang hingga tinggi. Untuk itu dilakukan studi evaluasi kinerja pada struktur gedung beton bertulang. Metode yang digunakan adalah Analisis Pushover atau analisis beban dorong statik yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui perilaku keruntuhan struktur terhadap gempa. Analisis dan evaluasi kinerja dengan menggunakan analisis pushover dilakukan dengan menggunakan program SAP2000 (Built-in). Titik kinerja evaluasi struktur ditentukan dengan metode Koefisien Perpindahan (FEMA 356). Hasil perencanaan gedung struktur beton bertulang pada tugas akhir ini menyimpulkan bahwa titik kinerja yang menentukan adalah metode Koefisien Perpindahan FEMA 356 dengan target perpindahan sebesar 0,200 m kinerja yang diperlihatkan oleh struktur adalah LS (life safety). Sedangkan SNI 03-1726-2002 memberi nilai target perpindahan sebesar 0,011 m.