THE SOCIOLOGY OF KNOWLEDGE: A Preliminary Analysis on The Sociological Approach to The Development of Islamic Religious Scıences (original) (raw)
Related papers
Akademika Jurnal, 2019
Muslim World has been upholding the Tawhidic concept of Ubudiyyah with a massive accumulation of knowledge over the entire period in which has spurred the rise of the great Islamic civilization. In presenting the concepts, Islamic sciences have been categorized the directions of its various aspects: theoretical as well as its practical application have been indicated.However, without meticulous and appropriate division of sources in Islamic sciences the combination of the theory and practical has failed to bring about the desired results. The Islamic sciences as presented currently do not commensurate with its magnitude, depth and brilliance as can be unveiled from the universe of Islamic Knowledge from a multitude of known sources in the Muslim World and elsewhere. The gigantic sources in Islamic sciences are books, film, journals, manuscripts and etc. need to be rearranged accordingly based on current requirement through re-paraphrasing the record or data collection. To upgrade the paper discussion, the research highlights a claim on the success invading of Easters`Easters`mind as a result of spreading Bible teachings wassparked mind;do the Islamic Sciences have no role in signified the moral value into Muslim`s mind? How about the concept of Tawhid as a major revelation in producing a better human being? To answer the above questions, the paper focuses on revisiting sources in Islamic sciences using descriptive and analytic approachesto highlight the overshadowing of Islamic sciencesresulting in diminishing its real worth as the world's pioneer in the knowledge in science. ABSTRAK Dunia Islam telah meletakkan konsep Tawhidic sebagai cara menunjukkan konsep Ubudiyyah terhadap pencipta berdasarkan penulisan ilmu pengetahuan semenjak kebangkitan tamadun Islam. Dalam membentangkan konsep ilmu pengetahuan, Islam telah membahagikan ilmu pengetahuan kepada dua aspek: teori dan praktikal. Bagaimanapun, tanpa pembahagian sumber maklumat yang teliti dan sesuai, gabungan kedua-dua aspek ini gagal membawa hasil yang diinginkan. Ini kerana sumber-sumber hebat ini sama ada dalam bentuk buku-buku ilmiah, filem, jurnal atau naskah maklumat perlu disusun semula berdasarkan keperluan saat ini melalui pengkompilasi ulang rekod atau pengumpulan data. Untuk menaik taraf perbincangan kertas kerja ini, penyelidikan perlu meneliti semula dakwaan bahawa sejarah penjajahan minda terhadap orang-orang Timur oleh bangsa Eropah yang menyebarkan fahaman ajaran Bible ke dalam masyarakat Timur merupakan satu kejayaan. Kenyataan ini telah dilihat sebagai lontaran yang kurang tepat. Justeru adakah Sains Islam tidak mempunyai peranan dalam menggarap nilai moral ke dalam minda orang Islam? Bagaimana dengan konsep Tawhid sebagai wahyu utama dalam menghasilkan manusia yang lebih baik, adakah kurang berjaya? Untuk menjawab soalan-soalan yang dilontarkan, makalah ini memberi tumpuan kepada mengkaji semula sumber-sumber sains Islam menggunakan pendekatan deskriptif dan analitik bagi menyerlahkan ilmu-ilmu Islam yang dibayangi pengaruh pemikiran Barat. Maka akibat dari serangan yang berbentuk intelektual ini, telah mengurangkan nilai sebenar dunia Islam sebagai perintis di dalam ilmu pengetahuan.
Artikel Pemikiran Islam dan Kesehatan
ABSTRAK Makalah ini dengan judul " Peran Ajaran dan Pemikiran Islam dalam Bidang Kesehatan " ini mendeskripsikan tentang adanya peran signifikan baik secara filosofis dan subsantif ajaran dan pemikiran dalam bidang kesehatan. Aspek-aspek yang diuraikan dalam tulisan ini mencakup tentang filosofi Islam dan kesehatan, beberapa contoh dan kesimpulan mengenai ajaran dan pemikiran Islam tentang kesehatan, serta bagaimana hubungan ibadah sebagai manifestasi ajaran Islam dapat berperan atau sangat berhubungan dengan nilai-nilai kesehatan. Munculnya berbagai persoalan di bidang kesehatan di tengah-tengah masyarakat menunjukkan belum sepenuhnya pengamalan nilai-nilai ajaran dan pemikiran Islam di tengah masyarakat. Hal ini tentunya menjadi tantangan sendiri dan keadaan ini sesungguhnya belum sejalan dengan pokok ajaran dan pemikiran Islam yang sangat banyak terkait dan relevan dengan keilmuan di bidang kesehatan dan nilai-nilai kesehatan yang bersifat universal. Dengan melihat adanya peran dan hubungan yang kuat antara ajaran dan pemikiran di bidang kesehatan ini diharapkan akan semakin meningkatkan pada kesadaran untuk melaksanakan ajaran Islam melalui ibadah dalam arti yang seluas-luasnya dengan sebaik-baiknya sesuai tuntunan sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menjaga, memelihara dan meningkatkan status kesehatan dalam seluruh dimensinya serta senantiasa dapat mensyukuri nikmat kesehatan yang tak ternilai harganya. Kata Kunci: Islam, kesehatan, filsafat, perilaku, dan ibadah.
Kontribusi Cendekiawan Muslim dalam Membangun Peradaban Islam
Tasfiyah, 2020
This articles aims with reference to three major periods of Islamic history, spesifically the period of the caliphate, colonial and independence (post-colonial). The author in this article also proves that the triumph and development of science in Islam cannot be separated from the role and contribution played by Muslim scholars from the process of writing, transitioning science, to transliteration and producing a monumental work that is beneficial to humanity. The process of Islamization of knowledge does not stop from one generation but is passed on to the next generation, starting from the revelations conveyed by the Prophet Muhammad to his companions, tab'īn, tābīut tābi'īn and passed on from one scholars to another. Thus, it can be concluded that since the time of the Prophet Muhammad SAW has introduced key concepts that are in accordance with the Islamic worldview which accumulates in the īman, Islām and ih} sān.
ORIENTASI FIKIH DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, 2012
Fikih Orientation in Islamic Education: The transformation process in formal Islamic education institutions is more oriented Fiqh Minded which emphasizes on wrong-right, sin-reward. Furthermore, it also occurs in teaching process of informal Islamic education. Some educators or propagators use 'sin-reward' method in front of his audience. Islamic education is more oriented on dramatisation of ritual's reward; fasting in ramadhan, pilgrimage during ramadhan, and alms giving. As a result, students are influenced by paradigm of 'sin-reward'. This teaching pattern gives impact to the pattern of performing Islamic rituals which emphasizes on the form of fiqh an sich. In fact, behaviour is formed from an understanding of theological values, belief in the Almighty. This students attitude is supported by the fact or phenomenon which can be called as moral crisis among students ; the presence of student brawl, free-sex, and many others. This is due to Islamic education patterns do not emphasize on the importance of love, affection, tolerance, respect and so on. The implication of such model is that the rise of fiqh paradigm (namely single truth, single mazhab, and piety is measured by the obedience to fiqh), group or religious fanaticism, discrimination and religious conflicts. Pendahuluan Pendidikan Agama pada saat ini dihadapkan pada tantangan modernitas yang semakin complicated dan massive. Untuk menyebut beberapa tantangan modernitas adalah isu-isu pluralitas agama, etnik, globalisasi, radikalisme agama, dan konflik bernuansa SARA. Ada kesan, praktek dan proses pendidikan Islam steril dari konteks realitas, Imam Hanafi, Orientasi Fikih dalam Pendidikan Islam 17 sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang jelas terhadap berbagai problem yang muncul. Bahkan, muncul kritik yang lebih pedas lagi terhadap pola pendidikan Islam yang selama ini berjalan, bahwa merebaknya berbagai konflik dan kekerasan bernuansa agama antara lain merupakan pengaruh dan andil dari proses dan praktek pendidikan agama yang berjalan sekian lama sehingga sudah terinternalisasi dalam diri peserta didik. Munculnya berbagai kritik yang ditujukan kepada pendidikan Islam oleh para pemerhati dan praktisi pendidikan belakangan ini lebih dikarenakan ia dianggap tidak mampu mencetak individu muslim yang diidealkan, antara lain yang berakhlak mulia, beriman kuat, mempunyai ketrampilan sosial tinggi, dan ready to work. Selain itu, dari sisi outcome, alumni lembaga pendidikan Islam juga mempunyai kemampuan rata-rata atau bahkan lebih rendah jika dibandingkan dengan outcome lembaga pendidikan non-Islam. Lebih jauh, kritik juga ditujukan pada beberapa komponen pendidikan yang dianggap kurang memadai, seperti kurikulum yang out-of-date dan tidak kontekstual, tenaga kependidikan yang kurang qualified, sarana dan prasarana yang kurang mendukung, dan lemahnya political bargaining dalam menentukan nasib lembaga pendidikan Islam sehingga dalam setiap pengambilan keputusan tentang legislasi pendidikan, pendidikan Islam relatif dinomorduakan. Berbagai kritik dan evaluasi tersebut pada dasarnya merupakan bentuk introspeksi terhadap realitas pendidikan Islam yang masih ada ketimpangan yang sangat tajam antara das Sein dengan das Sollen, antara is dan ought-to. Pendidikan Islam yang diharapkan mampu mencetak pribadi muslim yang optimal secara fisik, ruhani, intelektual dan sosial ternyata masih jauh panggang dari api. 1 Di samping persoalan tersebut, adanya fenomena dualisme sistem pendidikan juga 1 Tujuan pendidikan ini dapat dilihat dari tulisan Abdurrahman Saleh Abdullah, Educational Theory: A Qur'anic Outlook (Makkah al-Mukarramah: Educational and Psychological Research Center, 1982).
Proses Produksi dan Penjualan Batako dalam Perspektif Hukum Islam dan Konsumen: Sebuah Kajian Hukum
SERAMBI: Jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis Islam, 2019
This article aims to examine how to review Islamic business ethics and consumer protection laws on the brick production process and how to review Islamic business ethics and consumer protection laws on the brick-making process in Nguneng Village, Wonogiri. This research is a type of field research with a qualitative approach, data collection techniques using observation and interviews related to the production process and sales of these brick blocks. Then draw conclusions using Islamic business ethics theories and consumer protection laws. Based on the results of the study, it can be concluded that 1) The production process of concrete blocks in Nguneng Village, Puhpelem District, Wonogiri Regency is not following Islamic business ethics because it does not meet the principles of Islamic business ethics because it does not pay attention to honesty, balance, free will, responsibility, and virtue in making Concrete brick. Abstrak Artikel ini bertujuan mengkaji bagaimana tinjauan etika bisnis Islam dan undang-undang perlindungan konsumen terhadap proses produksi batako dan bagaimana tinjauan etika bisnis Islam dan undang-undang perlindungan konsumen terhadap proses penjualan batako di Desa Nguneng, Wonogiri. Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan interview terkait proses produksi dan penjualan batako tersebut. Kemudian menarik kesimpulkan dengan menggunakan teori-teori etika bisnis Islam dan Undang-undang perlindungan konsumen. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Proses produksi batako di Desa Nguneng Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri belum sesuai dengan etika bisnis Islam karena tidak memenuhi prinsip prinsip etika bisnis Islam, karena kurang memperhatikan kejujuran, keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab, dan kebajikan dalam pembuatan batako.
Yönetim ve Organizasyon Araştırmaları Dergisi (YOAD), 2017
This paper aims to develop a conceptual framework to explain how organizations may respond in the case of conflict between Islam and other institutional logics. Taking into consideration some theoretical and empirical studies, I propose that there are two main alternative ways for organizations to react in such a conflict: according to the merits of the religion or according to the norms of the field. I argue that the former alternative promotes the protection of religious authenticity whereas the latter promotes the reinterpretation of religious rules and is thus in touch with modern practices. I further offer some ontological and functional aspects of Islam as antecedents of organizational responses. Bu çalışma, bir kurumsal mantık olarak İslam'ın başka mantıklar ile çatışması halinde örgütlerin nasıl karşılık verebileceğini açıklamaya yönelik bir kavramsal çerçeve geliştirmeyi amaçlamaktadır. Daha önce yapılmış bazı teorik ve görgül çalışmaları göz önüne alarak, örgütlerin böyle bir çatışma halinde iki alternatifi ola-bileceğini önermekteyim; Dinin esaslarına göre davranmak yada örgütsel alanın normlarına göre davranmak. Bana göre ilk alternatif dinin otantikliğini korumayı desteklerken, ikinci alternatif ise modern uygulamalar ile bağlantıyı koparmadan dinin kurallarını yeniden yorumlamayı desteklemektedir. İslam dininin kendine özgü bazı ontolojik ve işlevsel özelliklerini örgütlerin hangi davranış şekline yöneleceğinin öncülü olarak önermekteyim.
KONSEP PENDIDIKAN CINTA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
International Conference on Global Business and Social Science, 2020
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Islam memandang pendidikan sebagai media untuk menjadikan manusia agar memiliki nilai-nilai Islam dalam dirinya dan mengamalkannya dalam setiap perilakunya. Akan tetapi pendidikan dewasa ini lebih diorientasikan kepada usaha untuk melahirkan pekerja yang memiliki intelektual dan keahlian dalam segala bidang, akibatnya nilai (values) yang merupakan intipati utama dalam proses pendidikan terabai begitu sahaja. Akibat daripada itu terjadilah berbagai-bagai masalah sosial serta keganasan dalam kalangan remaja seperti seks bebas, hamil di luar nikah, pembuangan bayi, hilang tumpuan dalam pembelajaran, bunuh diri dan pembunuhan. Diantara puncanya yang didapati oleh sebahagian penyelidik adalah kerana pemahaman dan pengamalan cinta yang salah dalam kalangan remaja. Oleh itu, artikel ini bertujuan untuk membincangkan bagaimana konsep pendidikan cinta yang sebenar menurut Islam. Kajian ini dapat memberi kefahaman bagi peserta didik akan cinta yang sebenar. Penulis mendapati bahawa konsep pendidikan cinta dalam Islam harus memenuhi tiga prinsip utama iaitu pertama; Tauhid, pengakuan atas realiti Tuhan Yang Maha Esa dan mengabdikan dirinya hanya kepada Allah SWT sahaja. Kedua; Nubuwah iaitu seluruh pengabdian hamba kepada Allah SWT menepati cara yang ditunjukkan NabiNya. Ketiga; Pasrah bahawa seluruh pengabdian itu dilakukan hanya mengharapkan keredaanNya sahaja. Oleh itu, dapat disimpulkan bahawa cinta dalam Islam dapat diajarkan melalui tiga pilar utama iaitu Iman, Islam dan Ihsan.
JURIS (Jurnal Ilmiah Syariah)
This research examines the istinbath construction in the Indonesian Supreme Court’s inheritance law jurisprudence, which has resulted in the emergence of conservative groups who criticize inheritance fiqh because their findings contradict classical Islamic law. This research is a qualitative descriptive study using a legal-contextual approach to pluralism and Menski's triangular. The results show that the Supreme Court's jurisprudence applies the Transformative-Universalism concept, which uses ijtihad intiqa'i and extra-doctrinal technical building methods of legal reform. According to Menski, the reform of fiqh law can be carried out in three forms: 1. Paying attention qath'i in inheritance law which has Islamic-philosophical values; 2. Expanding the formulation other than the qath'i by taking into account the sociological values of society and its customs, as well as the substance of maslahah in it; 3. Carrying out legal-formal reform through fiqh with philoso...
Makna Perencanaan dalam Manajemen Pendidikan Islam
Moderasi : Journal of Islamic Studies
Islamic education is one of the institutions which has not a light responsibility in order to generate the future Rabbani generations, but they have to be able to keep and respect the same human rights as the expression of social human. The institution of Islamic education is well-known as the second place which has some prestige and guarantees for achieving the future learners. Such assumption has proven that mostly some weaknesses are being discovered in the institution of Islamic education in implementing their learning process as the provider establishment of the country in realizing the quality of these generations for their social need and theirs lives in communities. One of the main weaknesses was in management or institutional administration, especially in the planning function. It seemly that this institution conducted their (planning) management of activities from generation to generation are mostly oriented to the Islamic education contexts, in which the doctrine of relig...