Fragmentasi Hutan Alam Lahan Kering DI Provinsi Jawa Tengah (original) (raw)

75 FRAGMENTASI HUTAN ALAM LAHAN KERING DI PROVINSI JAWA TENGAH (Fragmentation of Dryland Natural Forest in Central Java Province)*

Dryland natural forest in Central Java Province is decreasing and being fragmented at an alarming rate. This, consequently will impact on the survival of biodiversity that inhabit inside the dryland natural forest. This research was aimed to study the process and rate of fragmentation of dryland natural forest in Central Java Province and to evaluate the possible consequencies on wildlife. The result showed that in 16-year period (1990-2006) Central Java Province has lost 446,561.09 ha (88%) of its dryland natural forest. The remaining forests are commonly scattered in the top of mountains that are difficult to be accessed by human activities. From 1990 to 2000 the fragmentation caused the increase of total edge from 42.43 km to 133.88 km. During the period of 2000-2006, as the forest patches disappeared due to the attrition process, the total edge decreased to 8.75 km. During 1990-2000 the edge density of dryland natural forest increased from 151,061.8 m 2 to 473,200.6 m 2 . The edge density decreased during the period of 2000-2006 down to 31,076.6 m 2 due to the process of attrition. Fragmentation of dryland natural forest in Central Java Province is mainly caused by conversion for agriculture, plantation forest, crop estate, settlement, and infrastructure development such as artery roads, highway, and ultra high voltage network. The forest fragmentation in

Aktivitas Penghancuran Hutan di Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah

Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa hutan merupakan paru-paru bumi tempat berbagai satwa hidup, pohon-pohon, hasil tambang dan berbagai sumberdaya lainnya yang bisa kita dapatkan dari hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia. Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi. Mengingat pentingnya arti hutan bagi masyarakat, maka peranan dan fungsi hutan tersebut perlu dikaji lebih lanjut. Pemanfaatan sumberdaya alam hutan apabila dilakukan sesuai dengan fungsi yang terkandung di dalamnya, seperti adanya fungsi lindung, fungsi suaka, fungsi produksi, fungsi wisata dengan dukungan kemampuan pengembangan sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, akan sesuai dengan hasil yang ingin dicapai. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang ehutanan. Menurut Undang undang tersebut, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Karakteristik Kerusakan Hutan Rawa Gambut Tropis Terdegradasi DI Kalimantan Tengah

Jurnal Hutan Tropis, 2018

Peat swamp forest concessions and managements in Central Kalimantan have caused forest degradation resulting in the occurrence of forest fragmentation. The efforts on ecosystem restoration should be made based on the characteristics of fragmented peat swamp forest. This study aimed to find out the characteristics of degraded peat swamp forest assessed from the indicators of tree species diversity, community structure, and species dominance as well as their relationships with environmental conditions in various situations of fragmentation. The diversity of tree species tends to decrease following disturbance gradient, where the lowest was found near the edge. The community structure of the forest edge was dominated by small stand (diameter class of 6-10 cm) and dominated by Combretocarpus rotundatus of 60%. This condition was affected by environmental factors (67,2% - 71,8%): competition, site condition, microclimate and inundation.Keywords: disturbance characteristics; peat swamp fo...

Potensi Pengembangan Produk Unggulan Pertanian Lahan Kering Kabupaten Timor Tengah Utara

EVOLUSI: JOURNAL OF MATHEMATICS AND SCIENCES, 2018

Pemerintah dituntut untuk mengatasi persoalan pangan melalui pemanfaatan lahan pertanian yang ada baik lahan basah maupun lahan kering. Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi NTT, memiliki luas lahan kering yang cukup luas yaitu seluas 167.637 ha atau sekitar 62,79 persen dari luas wilayah kabupaten (Badan Pusat Statistik Kabupaten TTU,2016). Pengembangan lahan kering di Kabupaten Timor Tengah Utara melalui 4 (empat) produk unggulan pertanian yaitu komoditi padi (padi ladang), komoditi jagung, komoditi kacang tanah dan komoditi bawang putih lokal. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui gambaran umum pengembangan lahan kering di Kabupaten Timor Tengah Utara. 2). Mengetahui potensi pengembangan produk unggulan pertanian lahan kering di Kabupaten Timor Tengah Utara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik kajian pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengembangan lahan kering di Kabupaten Timor Tengah Utara dilakukan melalui pengembangan kawasan budidaya lahan kering, yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2017-2021, dengan program raskin pola padat karya pangan sistem wanatani. Keempat komoditi unggulan pertanian lahan kering yaitu padi, jagung, kacang tanah dan bawang putih lokal memiliki potensi untuk dikembangkan baik dari sisi produksi, produktivitas maupun luas lahan.

Identifikasi Tanah Lahan Kering Terdegradasi di Sub DAS Logawa, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia

Jurnal Agroteknologi Merdeka Pasuruan, 2022

Tulisan ini melaporkan hasil riset survei kerusakan tanah (terdegradasi) kawasan lahan kering Sub DAS Logawa Kabupaten Banyumas. Riset telah dikerjakan dua kali yaitu tahun 2009 dan tahun 2012. Riset tahun 2009 menyelesaikan 24 titik pengamatan dan sampling tanah untuk analisis 10 parameter kerusakan tanah menurut PP 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. Tahun 2012 telah diselesaikan 42 titik pengamatan dan sampling tanah untuk tujuan sama. Setelah dilakukan penilaian, pembobotan, dan evaluasi terhadap 66 titik pengamatan pada tahun 2009 dan 2012, maka telah berhasil disusun peta arahan kerusakan tanah Sub DAS Logawa dan penilaian bobot degradasi tanah kasawan lahan keringnya. Skenario untuk pemanfaatannya bagi produksi biomassa bisa dilakukan dengan menitik beratkan pada bobot degradasi tanah lahan keringnya pada tiap kawasan yang diwakili oleh titik pengamatan dan sampling yang menghasilkan kriteria degradasi tanah. Agroforestry terpadu tanaman pangan-buah-kayu-industri-rumput-dan ternak dengan model mandiri sangat dipertimbangkan menjadi andalan produksi biomassa atas lahan yang telah direhabilitasi.

Kondisi Hutan Tropis Lahan Kering Berdasarkan Struktur dan Komposisi Jenis Tegakan (Studi Kasus Pada PT. Sindo Lumber Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia)

Journal of Environment and Management

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi hutan lahan kering sekunder (blok tahun 2016) dan hutan lahan kering primer (blok tahun 2018) yang didasarkan pada struktur dan komposisi jenis tegakan tingkat semai, pancang, tiang dan pohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur hutan seperti huruf J terbalik yang berarti kondisi struktur hutan primer dan sekunder normal. Jumlah jenis yang ditemukan dalam petak ukur di blok tahun 2016 adalah 54 dan di blok 2018 adalah 50 jenis. Nilai indek keragaman jenis (H’) pada blok tahun 2016 dan 2018 berkisar antara 2,7-3,35 (tinggi), nilai indeks kemerataan jenis antara 0,83-0,93 (tinggi) dan nilai indeks kekayaan jenis antara 5,10-7,73 (tinggi) untuk semua tingkat pertumbuhan. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi hutan baik pada hutan sekunder maupun hutan primer tergolong baik dan ideal.

Lumut Daun Epifit Di Zona Tropik Kawasan Gunung Ungaran, Jawa Tengah

Bioma : Berkala Ilmiah Biologi, 2014

The tropical zone of Mount Ungaran is a tropical forest which are rich in diversity of flora. One of them is Bryophytes. Most of the Bryophytes of tropical forest are epiphytes. The largest group of Bryophytes is mosses (Bryophyta). However, research about epiphytic mosses in this area are sparse, so it is only a few information given about epiphytic mosses in this area. The aim of this research was to identify epiphytic mosses in tropical zone of Mount Ungaran altitudes 750, 980, and 1.100 meters above sea level, and also to determine the frequency attendance of species in this study site. This research was conducted in April through November 2012. Specimens was carried out at Laboratory of Ecology and Biosistematics, Department Biology, Faculty of Science and Mathematics, Diponegoro University, Semarang, Indonesia. The results shown there are 35 species mosses. Diversity of epiphytic moses most commonly found at altitude 1.100 meters above sea level, as many as 17 species, while a...

Kluster Tanaman Pangan Unggulan di Provinsi Jawa Tengah

Jurnal Kajian Ilmiah

The food crop sector has an important role for regions in Indonesia. Food plants can be a determinant for an area in meeting the needs of the people in that area. In addition, the food crop sector, if developed, can become revenue for the region. This study aims to analyze the leading food plants in 35 districts / cities in Central Java Province. By using the location quotient (LQ) method and the Regional Specialization Index. The data used is time series data from 2014 to 2019 in 35 districts / cities in Central Java Province for food crops based on land area and production. The results obtained for the average LQ value of food crops based on land area, there are only 12 districts / cities which are the basis for superior food crops with Wonogiri Regency at the top. Meanwhile, based on the average LQ value based on production, only 11 districts / cities are the basis for superior food crops with Semarang Regency being the top. For the specialization index based on both land area an...

Model Ekonomi Rumah Tangga Pertanian Lahan Kering DI Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah

HABITAT, 2015

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun model ekonomi rumah tangga pertanian berdasarkan keputusan produksi, alokasi curahan kerja dan keputusan konsumsi rumah tangga petani lahan kering serta merumuskan alternatif kebijakan yang dapat diambil untuk meningkatkan pendapatan petani lahan kering. Metode analisis yang digunakan adalah sistem persamaan simultan yang didasarkan pada model ekonomi rumah tangga (agricultural household model). Metode pendugaan parameter menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS) dengan software SAS versi 9.3 for Windows sedangkan untuk menghasilkan alternatif kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan petani digunakan analisis simulasi, yaitu peningkatan lapangan kerja sektor off-farm dan penambahan satu unit jumlah ternak sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara keputusan produksi, alokasi curahan kerja dan keputusan konsumsi dalam sistem usahatani lahan kering. Alternatif kebijakan peningkatan lapangan kerja sektor off-farm mampu meningkatkan pendapatan total rumahtangga petani sedangkan penambahan satu unit jumlah ternak sapi justru akan menurunkan pendapatan rumah tangga petani. Kata kunci: usahatani lahan kering; ekonomi rumah tangga; produksi; alokasi curahan kerja; konsumsi