ESTIMASI JARAK GENETIK DAN FAKTOR PEUBAH PEMBEDA BANGSA BABI (Berkshire, Duroc, Landrace dan Yorkshire) MELALUI ANALISIS MORFOMETRIK DI BPTU BABI DAN KERBAU SIBORONGBORONG (original) (raw)
Related papers
Jurnal Peternakan Integratif, 2014
Genetic distances provide little opportunity to obtain heterosis in crosses. Therefore the genetic distance be a guide in conducting cross. The object of the research to identify factors differentiating variables and estimate the genetic distance between the pig breeds (Berkshire, Duroc, Landrace and Yorkshire). This research was conducted in the Superior Livestock Breeding Center, (BPTU) Pig and Buffalo Siborongborong using Berkshire (17 pigs), Duroc (22 pigs), Landrace (46 pigs) and Yorkshire (25 pigs). Data collection was done by measuring the observed variables are shoulder height, hip height, hip width, body length, chest girth, inchest, tail length, neck circumference, head length, head width, ear length and ear width. The data obtained were processed using a simple discriminant analysis using the SAS program (Statistical Analysis System) and Dendogram using the program MEGA (Molecular Evolutionary Genetic Analysis). The results showed that the phenotypically purity of Berkshire pigs (88.24%), Duroc pigs (86.36%), Landrace pigs (89.13%) and Yorkshire pigs (68.00%). Variable differential factor for body morphometrics was ear width, ear length, head width, head length and tail length. Berkshire and Yorkshire has a close genetic distance, while the Duroc and Landrace has a far genetic distance.
Pendugaan Parameter Genetik Dan Komponen Ragam Sifat Pertumbuhan Pada Bangsa Babi Yorkshire
2016
ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengestimasi nilai parameter genetik dan komponen ragam dari sifat pertumbuhan pada Babi Yorkshire . Penelitian dilakukan di BPTU-HPT Siborongborong pada bulan Juni 2015. Materi penelitian terdiri dari catatan produksi babi Yorkshire selama satu generasi sebanyak 249 ekor yang berasal dari 4 ekor pejantan dan 37 ekor induk babi Yorkshire . Variabel yang diamati adalah bobot lahir, bobot sapih dan jumlah anak sekelahiran. Heritabilitas dan korelasi genetik diestimasi menggunakan metode pola tersarang ( nested design ) model unbalanced dan nilai pemuliaan dihitung menggunakan pengukuran tunggal dirinya sendiri. Hasil penelitian menunjukan nilai koefisen keragaman sifat bobot lahir, bobot sapih dan jumlah anak sekelahiran berturut-turut adalah 21,8%, 20,5% dan 22%. Nilai heritabilitas sifat bobot lahir dan bobot sapih berturut-turut adalah 0,21 dan 0,13. Nilai korelasi genetik bobot lahir dengan bobot sapih, jumlah anak sekelahiran dengan bobot lahir dan...
The purpose of this study was to determine the genetic potential of sweetpotato developed in Laboratory of Plant Breeding Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Bandung based on morpho-agronomical traits. Experiments conducted at the Experimental Fields of Agriculture Faculty in Ciparanje Jatinangor, from February 2011 to July 2011. Experiment conducted using a randomized block design with two replications. The treatment consisted of 24 genotypes of sweetpotato. The characters were observed have narrowed to wide phenotypic and genotypic variability. Heritability of characters ranging from low to high. Expectations genetic advances the character ranges from low to high. Promising sweetpotato Unpad genotypes have high yielding potential. Keyword : sweetpotato, variability, heritability, Awachy ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi genetik ubi jalar yang dirakit di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung (UNPAD) berda...
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi daya dukung lingkungan pesisir Kabupaten Serang untuk pengembangan budidaya tambak berdasarkan laju biodegradasi limbah organik tambak di perairan pesisir. Laju biodegradasi OSS adalah 10.78 ppm/hari untuk perlakuan T 0 (kontrol), 14.24 ppm/hari untuk perlakuan T 1 (TSS 100 ppm, OSS 58.08 ppm), 12.75 ppm/hari untuk perlakuan T 2 (TSS 200 ppm, OSS 145.72 ppm), 11.34 ppm/hari untuk perlakuan T 3 (TSS 300 ppm, OSS 234.22 ppm), 9.38 ppm/hari untuk perlakuan T 4 (TSS 400 ppm, OSS 321.86 ppm), dan 8.40 ppm/hari untuk perlakuan T 5 (TSS 500 ppm, OSS 410.35 ppm). Dengan musim tanam udang 2 kali dan laju biodegradasi OSS 14.76 ppm/hari, daya dukung maksimum lingkungan pesisir Kabupaten Serang untuk budidaya tambak udang adalah 1 090.55 ha untuk tambak intensif, 2 220.82 ha untuk tambak semi intensif, dan 12 595.07 ha untuk tambak tradisional plus. Kombinasi optimum luas tambak yang sesuai dengan potensi lahan tambak adalah 149.16 ha (13.6%) tambak intensif, 975.61 ha (42.6%) tambak semi intensif, dan 5 875.23 ha (43.8%) tambak tradisional plus. Kata kunci: daya dukung, budidaya udang, biodegradasi, zona pesisir.
Lahan marjinal khususnya di Indonesia, terus meningkat setiap tahunnya. Sementara itu usaha untuk mereklamasi lahan-lahan marjinal tersebut masih terbatas dan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut perlu diusahakan suatu teknologi alternatif yang dapat dilakukan diantaranya pemanfatan mikroorganisme yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman kedelai dan aplikasi pemberian bahan organik. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan, sehingga perlu dilakukan penelitian secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan macam pupuk kandang (sapi, kambing, puyuh) dan mikoriza terhadap biodiversitas mikroba tanah, serta pengaruhnya terhadap hasil kedelai di lahan marjinal. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) teridiri atas dua faktor perlakuan yaitu perlakuan mikoriza dengan dua taraf dan perlakuan jenis pupuk kandang dengan lima taraf, sehingga didapatkan 10 kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata namun ada perbedaan yang cukup signifikan antara perlakuan tanpa mikoriza dengan yang diberi mikoriza. Populasi dan biodiversitas mikroba lebih tinggi pada perlakuan dengan mikoriza dibandingkan tanpa mikoriza. Jumlah bakteri pada semua sampel ada 22 jenis, sedangkan jamur yang teridentifikasi berasal dari 4 genus yaitu Aspergillus sp, Penicillium sp, Rhizopus sp, dan Mucor sp. Perlakuan yang diberikan belum mampu menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap hasil panen kedelai, namun pada perlakuan mikoriza memberikan hasil panen yang lebih tinggi daripada tanpa mikoriza.
POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA
ABSTRAK Potensi keragaman sumberdaya genetik kambing lokal di Indonesia belum begitu banyak dieksplorasi. Sampai saat ini secara umum orang hanya mengetahui kambing lokal Indonesia hanyalah kambing Kacang dan Peranakan Ettawah (PE). Sementara setelah masuknya kambing dari luar ke Indonesia dalam jangka waktu yang sudah lama sehingga dapat berinteraksi dengan kondisi agro-ekosistem spesifik lokasi dan tatalaksana pemeliharaan yang begitu beragam di daerah-daerah membuat keragaman sumberdaya genetik kambing menjadi sangat kaya dan beragam. Dari keseluruhan potensi keragaman sumberdaya genetik yang ada, sampai saat ini baru 7 bangsa kambing lokal yang sudah di karakterisasi antara lain: kambing Marica, Muara, Samosir, Kosta, Gembrong, Peranakan Ettawah (PE) dan kambing Kacang. Beberapa plasma nutfah kambing dilaporkan hampir punah (Gembrong, Marica dan Muara) sementara belum banyak dieksplorasi potensi genetiknya, sehingga perlu dipikirkan upaya pelestarian secara in-situ maupun ex-situ serta penelitian tentang pemanfaatan potensi genetiknya untuk pengembangan bibit kambing unggul. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian dan eksplorasi untuk mengkarakterisasi potensi sumberdaya genetik kambing lokal Indonesia lainnya. Kata kunci: Potensi, sumberdaya genetik, kambing lokal, Indonesia PENDAHULUAN Sebagai Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, Indonesia masih miskin dalam hal koleksi plasma nutfah. Sistem pengelolaan plasma nutfah dan kebijakan yang mendukungnya sangat minim (KPN, 2006). Plasma nutfah merupakan sumberdaya genetik tak ternilai yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan menjadi bibit unggul. Hal tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-undang nomor 12 Tahun 1992, plasma nutfah merupakan substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat diman-faatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Untuk memanfaatkan sumberdaya alam tak ternilai tersebut, langkah awal yang harus dilakukan adalah identifikasi plasma nutfah yang dimiliki. Setelah itu mengkoordinasikan pengelolaan database plasma nutfah, dan membangun komunitas jaringan kerja data base. Salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah adalah ternak kambing. Meskipun kambing telah mengabdi kepada manusia sejak dahulu kala dan terdapat dalam jumlah besar, tersebar luas di berbagai daerah tropis, kambing sedikit sekali mendapat perhatian ilmiah. Kambing bertahan hidup dan berbiak silang dalam isolasi genetik, dan produktivitas potensial dari banyak jenis kambing masih perlu digali. Dibandingkan dengan hewan ternak lainnya, kambing sering kali menjadi prasangka buruk dan ketidak pedulian, tetapi walaupun demikian kambing telah memenuhi sebagian besar tugasnya dalam memproduksi susu, daging, bulu, kulit dan produk lainnya bagi sebagian populasi manusia (DEVENDRA dan BURNS, 1984). Pada mulanya penjinakan kambing terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 8000-7000 SM. Kambing yang dipelihara (Capra aegagrus hircus) berasal dari 3 kelompok kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu Bezoar goat atau kambing liar Eropa (Capra aegagrus), kambing liar India (Capra aegagrus blithy), dan Makhor goat atau kambing Makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri). Sebagian besar kambing yang diternakkan di Asia berasal dari keturunan Bezoar.
ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU
Dalam penelitian ini arang kayu dan limbah ampas tebudimanfaatkansebagai bahan bakar dengan cara mengubahnyamenjadi briket bioarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemungkinan limbah ampas tebu dimanfaatkan sebagai bahan pembuat briket dan juga mengetahui pengaruh komposisi, bahan perekat dan tekanan pada nilai proksimat. Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase kadar air, kadar asap dan kadar abu pada briket yang terbuat dari 100% ampas tebu dengan perekat kanji dan tekanan 3,15 MPa adalah paling tinggi dibandingkan briket jenis lain. Sebaliknya, briket arang kayu secara umum menunjukan nilai kadar proksimat yang lebih rendah. Penggunaan damar sebagai bahan perekat dan tekanan tinggi 7,86 MPa dalam proses pencetakan briket diketahui berpengaruh baik dalam menghasilkan briket dengan nilai proksimat rendah. Kandungan air di dalam briket lebih dipengaruhi oleh jenis perekat, hal ini ditunjukan oleh kadar air yang tidak jauh berbeda antara briket arang kayu dan briket ampas tebu dengan bahan perekat damar. Penelitian ini menunjukan bahwa limbah ampas tebu dapat diperbaiki nilai proksimatnya dengan cara menambahkan arang kayu, menggunakan perekat damar dan dicetak pada tekanan tinggi sehingga berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuat briket. Kata kunci : briket, bioarang,ampas tebu, analisa proksimat, .
Itik lokal mempunyai kontribusi penting sebagai penyedia protein hewani khususnya berupa daging dan telur bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat, disamping itu juga sumber plasma nutfah yang berperan penting untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan. Permasalahan utama dalam upaya mempertahankan eksistensi usaha itik lokal adalah sulit mendapatkan day old duck (DOD) berkualitas dan berkesinambungan. Penyebabnya adalah telur tetas tidak seragam umurnya dan kualitasnya tidak terjamin sebagai telur tetas. Adanya wabah avian influenza (AI) merubah paradigma bahwa itik tidak hanya sebagai carrier, karena itik juga terinfeksi dan populasinya menurun drastis akibat AI. UMKM “PARIK MUDIAK”. merupakan kelompok peternak itik yang berusaha di bidang usaha penetasan dan melakukan budidaya ternak itik. Kegiatan ini bertujuan untuk pengembangan UMKM PARIK MUDIAK menjadi penyedia anak itik bebas flu burung, dan menghasilkan produk rendah kolesterol melalui introduksi teknologi probiotik dan penetasan buatan dengan manajemen recording untuk peningkatan kualitas itik pembibit. Sebelum kegiatan diintroduksikan kegiatan penetasan menggunakan telur tetas yang dibeli dari pengumpul dengan kualitas beragam, sehingga fertilitas dan daya tetasnya masing-masing hanya 54% dan 80% dari telur fertil. Setelah menggunakan telur tetas dari induk yang dipelihara, dihasilkan fertilitas 82% dan daya tetas 83,65% sehingga DOD yang dihasilkan lebih banyak dan keuntungan menjadi lebih tinggi. Implementasi kegiatan mampu meningkatkan pendapatan peternak menjadi Rp. 15.689.000 dengan keuntungan Rp. 4.213.000,- per bulan yang diperoleh dari hasil penjualan telur dan anak itik serta pupuk kandang,. Pemberian probiotik Lactococcus plantarum yang diisolasi dari limbah pengolahan VCO pada induk pembibit dengan dosis sekitar 108 cfu/ml melalui air minum, menurunkan kolesterol telur menjadi lebih rendah yaitu 60,67 ± 2,08 mg/dl atau terkoreksi 46,47% dari tanpa pemberian probiotik. Kata kunci : Itik lokal, probiotik, pembibit, kolesterol