KADAR IL-6 PLASMA PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN DAN TANPA PENGIDAP RETINOPATI DIABETIKA (The Level of Interleukin-6 Plasma in Diabetes Mellitus Patients With and Without Diabetic Retinopathy) (original) (raw)

Hubungan Tingkat Keparahan Diabetes Mellitus Dengan Tingkat Demensia Menggunakan Instrumen (6-CIT) DI Rsud “X”

2021

Tingkat kejadian demensia di Indonesia saat ini sangat tinggi, diduga salah satu penyebabnya adalah diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dan terjadi resistensi insulin yang dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif pada demensia. Penelitian ini bertujuan untuk menskrining demensia dan mengetahui hubungan tingkat keparahan diabetes mellitus terhadap tingkat demensia dan mengurangi resiko kejadian demensia. Metode Penelitian menggunakan metode cross-sectional dan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan data diambil melalui wawancara dengan pengisian kuisoner 6CIT. Hasil penelitian ini jumlah pasien diabetes mellitus terbanyak berdasarkan kelompok umur terbanyak dengan demensia umur 46-56 tahun (10.53%), umur 56-65 tahun (8.77%), >65 tahun (3.51%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin perempuan dan laki-laki pada demensia ringan tidak terjadi perbedaan signifikan dengan nilai (14.04%) tetapi...

HUBUNGAN ANTARA HbA1c DAN KADAR LIPID SERUM DENGAN DERAJAT BERAT RETINOPATI DIABETIKA

Jurnal Kedokteran Brawijaya, 2005

Diabetic retinopathy is a leading cause of blindness in industrial world and is rapidly becoming an important cause in developing countries. Many factors related with the severity of diabetic retinopathy, such as HbA1c and serum lipid. The study wants to know whether those factors have any correlation with the severity of diabetic retinopathy or not. The objective this study was to determine the correlation between HbA1c and serum lipid with the severity of diabetic retinopathy. An analytic cross sectional observational research had been done at Saiful Anwar hospital. The samples (diabetic retinopaty patients) were taken with consecutive sampling. These patient underwent funduscopy, fundus photography, laboratory examination including HbA1c, serum lipid (total serum cholesterol, LDL, HDL, triglycerides), and blood glucose. These patient were questioned about risk factors previously determined by the authors. The laboratory findings were thease are compared to the severity of diabetic retinopathy. Patient were classified into 2 group, mild and severe diabetic retinopathy. A total of 38 patients were selected, consisted of 20 males, 18 females. Nineteen patients had mild diabetic retinopathy, and the rests had severe diabetic retinopathy. Logistic regression analysis found that there was a significant correlation between HbA1c with the severity of diabetic retinopathy (p=0.017). An increases of 1% in HbA1c will result in two folds (1,995) increases, in probability of severity of diabetic retinopathy. The cut off value for HbA1c was 8.147%. The variables of total serum cholesterol (p= 0.338), LDL (p=0.241), HDL (p=0.685), and triglycerides (p=0.127) were not significant..There was significant correlation between HbA1c with the severity of diabetic retinopathy. There was no significant correlation of serum lipid with the severity of diabetic retinopathy. The higher level HbA1c influences the severity of diabetic retinopathy.

Prevalensi Retinopati Diabetik Pada Penderita Diabetes Melitus DI Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Propinsi Sulawesi Utara Periode Januari – Juli 2014

e-Clinic: Jurnal Ilmiah Kedokteran Klinik, 2016

Penyakit mata merupakan kelainan pada mata yang dapat mempengaruhi penglihatan sehingga menyebabkan ketajaman penglihatan menurun dan penglihatan menjadi kabur atau dapat menyebabkan kebutaan. Salah satu penyebab paling sering kasus kebutaan yaitu retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita diabetes melitus. Salah satu komplikasi dari DM adalah komplikasi mikrovaskular pada mata yaitu retinopati yang jika terus berlanjut akan menjadi penyebab kebutaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi retinopati diabetik pada penderita diabetes melitus di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) periode Januari-Juli 2014. Metode penelitian bersifat deskriptif retrospektif dengan memanfaatkan data sekunder berupa catatan rekam medik yang terdapat di Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM). Dalam penelitian ini didapatkan bahwa jumlah penderita pasien retinopati diabetik pada Januari-Juli 2014 sebanyak 64 orang. Jumlah penderita retinopati diabetik lebih banyak pada perempuan dengan jumlah 42 orang (66%) sedangkan pada laki-laki hanya berjumlah 22 orang (34%) dengan perbedaan jumlah antara perempuan dan laki-laki sebanyak 32%. Sedangkan untuk kelompok umur didapatkan hasil jumlah pasien retinopati terbanyak adalah pada kelompok umur 45-64 tahun dengan jumlah sebanyak 43 orang (67%). Berdasarkan tipe retinopati diabetik, diperoleh hasil presentase terbesar adalah pasien dengan PDR (Proliferatif Diabetik Retinopathy) dengan jumlah sebanyak 40 orang (62,50%), dan dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat pasien yang mengalami PDR + NPDR sebanyak 8 orang (12,50%).

Hubungan Kadar HbA1c dengan Angka Kejadian Retinopati Diabetik pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Mengikuti Prolanis di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung

2018

Retinopati diabetik adalah komplikasi mikrovaskular DM yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah di retina dan memicu kebutaan. Salah satu faktor tersering yangmenyebabkan retinopati adalah hiperglikemia. Pemeriksaan HbA1C merupakan indikator untuk mengidentifikasi adanya hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar HbA1c dengan angka kejadian retinopati diabetik pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 40 pasien DM tipe 2 yang mengikuti Prolanis di Puskesmas Kedaton. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling dan data dianalisis dengan uji fisher. Kadar HbA1 C yang terkontrol sebanyak 15%, sedangkan 85% tidak terkontrol. Pasien DM tipe 2 yang menderita retinopati diabetik berjumlah 30%. Kadar HbA1 C dan retinopati diabetik tidak memiliki hubungan secara statistik (nilai p=0.098, p>0.005). Dari penelitian in...

KADAR INTERLEUKIN 6 (IL-6) SEBAGAI INDIKATOR PROGRESIVITAS PENYAKIT REUMATOID ARTHRITIS (RA

Abstrak Reumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun yang menyerang persendian dan sinovium. Pada RA terjadi proses inflamasi yang melibatkan produksi beberapa sitokin proinflamasi antara lain interleukin 6 (IL-6. Peningkatan IL-6 berkorelasi terhadap terjadinya aktivitas dan progresivitas penyakit ini. Untuk itu perlu diteliti apakah IL-6 dapat digunakan sebagai indikator progresivitas pada RA. Metode yang digunakan untuk mengukur kadar IL-6 menggunakan ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay), dengan mengetahui ikatan antara antigen dan antibody IL-6. Pada kelompok tahap awal (early) terdapat 9 orang pasien antara lain S1, S2, S3, S4, S7, S8, S9, S10 dan S14, dengan kadar IL-6 rata-rata 3,640 pg/ml. Pada tahap lanjutan (intermediate) terdapat 3 orang pasien S06, S13 dan S15 dengan rata-rata kadar IL-6 12,453 pg/ml. Pada tahap akhir (late) terdapat 3 orang pasien antara lain S5, S11 dan S12, dengan rata-rata dengan rata-rata 59,349 pg/ml. Kata Kunci : Reumatoid arthritis, progresivitas penyakit, interleukin-6 (IL-6) INTERLEUKIN-6 (IL-6) LEVEL AS AN INDIKATOR OF PROGRESIVITY RHEUMATOID ARTHRITIS (RA) DISEASE Abstract Rheumatoid Arthritis (RA) is autoimmune disease that attacks joints and synovial tissues. Rheumatoid Arthritis is characterized by inflammation that involves production of cytokines such as Interleukin 6 (IL-6). Increasing of interleukin 6 has correlation with activity and progressivity of the disease. This research was designed to know whether IL-6 could be used as indicator progressivity of RA. The method that used for measuring IL-6 level is ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay), using the principle antigen-antibody binding. In early stage there were 9 persons (

Pola Retinopati Diabetik Pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan Di RSUD Raden Mattaher Jambi

JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE, 2019

AbstrakRetinopati merupakan komplikasi dari diabetes mellitus (DM) yang menempati urutan keenam dengan populasi DM terbanyak. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat distribusi frekuensi berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, interaksi obat dan faktor resiko yang terjadi pada retinopati diabetik di Instalasi rawat jalan RSUD Raden Mattaher periode 2017 dan 2018. Penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif pada data rekam medik pasien diabetes mellitus dengan riwayat retinopati yang memenuhi kriteria inklusi . Hasil dari penelitian didapat 35 data rekam medik pasien yang memenuhi kriteria dengan persentase faktor resiko dengan lama menderita diabetes ≤ 5 tahun 57.14%, tipe diabetes terbanyak DM Tipe 2 51.42%, kebiasaan merokok 42.86%, jenis retinopati terbanyak RDP Moderate 48.58% , jenis pengobatan yang banyak dilakukan dengan obat oral 42.86% , interaksi obat yang banyak terjadi pada metformin dengan glimepiride 8.57%, tingkat keparahan obat yang mengal...

Hubungan Kolesterol LDL dengan Derajat Retinopati Diabetik di Bagian Mata RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari-Desember 2015

Jurnal Kesehatan Andalas

Retinopati diabetik adalah salah satu komplikasi mikrovaskular Diabetes Melitus (DM) yang merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa. Kehilangan perisit adalah awal dari retinopati diabetik yang dapat dipengaruhi oleh modifikasi LDL. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan kolesterol LDL terhadap derajat retinopati diabetik di RSUP DR. M. Djamil Padang. Penelitian ini adalah studi analitik observasional dengan menggunakan desain cross sectional melalui pengumpulan data sekunder di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari sampai Desember 2015. Jumlah sampel yang digunakan adalah 54 orang. Data yang diperoleh diuji menggunakan uji Mann-Whitney. Berdasarkan penelitian ini ditemukan rerata umur pasien retinopati diabetik adalah 57,02 (7,41) tahun. Jumlah pasien laki-laki dan perempuan sama banyak. Pada pasien dengan kolesterol LDL terkontrol ditemukan retinopati diabetik yaitu mild nonproliferative diabetic retinopathy (mild NPDR) = 57,1% ...

Gambar 1. Retinopati diabetik KOMPLIKASI DIABETES MELITUS

Muhammad Sobri Maulana

Komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi komplikasi vaskular dan non vaskular. Komplikasi vaskular dibagi lagi menjadi makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi mikrovsakular seperti retinopati, neuropati, dan nefropati. Sedangkan komplikasi makrovaskular seperti penyakit arteri koroner, penyakit arteri periperal dan penyakit sereberovaskular. Retinopati Diabetik Pendahuluan Salah satu komplikasi DM adalah retinopati diabetik. Pada kondisi ini pasien biasanya mengalami kebutaan. Komplikasi ini biasanya terjadi pada usia 20-74 tahun. Pasien diabetes memiliki risiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan dibandingkan dengan nondiabetes. Ketika diabetes tipe 1 ditegakkan retinopati diabetik hanya ditemukan pada kurang dari 5% pasien. Namun setelah 10 tahun prevalensi meningkat menjadi 40-50% dan sesudah 20 tahun prevalensi menjadi lebih dari 90%. Patogenesis Ada tiga proses biokimiawi yang dianggap sebagai faktor risiko utama terjadinya retinopati diabetik yaitu jalur poliol, glikasi nonenzimatik dan pembentukan proein kinase C. Pada jalur poliol, hiperglikemia yang lama dapat menyebabkan produksi berlebihan serta akumulasi dari poliol, yaitu senyawa gula dan alkohol. Produksi ini dapat masuk ke dalam jaringan termasuk lensa dan saraf optik. Senyawa poliol ini tidak dapat melewati membran basalis sehingga akan tertimbun dalam jumlah yang banyak di dalam sel. Penimbunan senyawa poliol itu selanjutnya menyebabkan peningkatan tekanan osmotik sel dan menimbulkan gangguan morfologi maupun fungsional sel. Proses biokimiawi selanjutnya adalah jalur glikasi nonenzimatik. Kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan glikasi nonezimatik pada protein dan asam deoksiribonukleat (DNA). Kejadian ini dapat menghambat aktivitas enzim dan kebutuhan DNA. Protein yang mengalami glikasi dapat membentuk radikal bebas yang selanjutnya menyebabkan kerusakan sel. Mekanisme biokimiawi yang terakhir adalah protein kinase C. Pasien DM cenderung untuk memiliki kondisi hiperglikemia. Kondisi ini selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan aktivitas protein kinase C di retina dan sel endotel. Hal ini kemudian mempengaruhi permeabilitas vaskuler, kontraktilitas, sintesis membran basalis, dan proliferasi sel vaskuler.

PENERAPAN SENAM KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS

Alauddin Scientific Journal of Nursing, 2021

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) yang di sebabkan karena kurangnya insulin. Salah satu komplikasi DM adalah terjadinya ulkus diabetik. Pencegahan terjadinya ulkus dapat dilakukan dengan senam kaki diabetik karena sangat bermanfaat untuk membantu melancarkan peredaran darah di kaki, memperkuat otot kaki, mempermudah gerakan sendi kaki, mengurangi nyeri, kerusakan saraf, dan membantu menurunkan kadar gula darah. Untuk mengetahui gambaran penerapan senam kaki Diabetik terhadap Sensitivitas Kaki dan kadar GDS pada pasien DM. Pendekatan deskriptif, Case Study dengan melakukan pengukuran Pre dan post Senam Kaki Diabetik. Dalam Penerapan Senam Kaki Pada Pasien DM Ny”R” tidak mengalami perubahan dan memiliki sensitivitas kaki yang baik dan pada pasien Ny”E” terjadi perubahan dan memiliki sensitivitas kaki sedang dan nilai GDS. Penerapan senam kaki diabetik jika dilakukan secara berkala maka dapat membantu menurunkan kadar gulah darah pada pasien DM serta dapat meningkatkan sensitivitas kaki dan derajat status kesehatan penderita DM menjadi lebih baik lagi. promosi kesehatan untuk mengajarkan penderita DM dimasyarakat dalam melakukan senam kaki dalam pencegahan komplikasi DM.

Hubungan antara Kadar HbA1c dan Derajat Retinopati Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

Jurnal Kesehatan Andalas

Diabetic retinopathy is the common complication of T2DM, which leads to vision loss. The severity of retinopathy can be affected by HbA1c levels. Controlling the glycemic such as HbA1c, may prevent the severity of diabetic retinopathy. Objective: To identified the association between HbA1c levels and severity of retinopathy in Type 2 DM patients at Cicendo Eye Hospital, Bandung. Methods: This research was an analytic observational study and cross-sectional approach. Samples were taken using purposive sampling and consisted of 70 people. The secondary data were from the outpatient's medical records at the Cicendo Eye Hospital in Bandung for the period September-October 2022. The Chi-square test was used for data analysis. Results: According to HbA1c levels, the uncontrolled HbA1C levels were found in 52 patients (74,3%) and the controlled were found in 18 patients (25,7%). Most of them were diagnosed with PDR were found 62% and the rest of it were diagnosed with NPDR. A significa...