Sifat Kimia Abon Daging Kambing Peranakan Ettawa (PE) dengan Lama Penggorengan yang Berbeda (original) (raw)
Related papers
Kualitas Kimia Abon Ayam Afkir dengan Jenis Daging yang Berbeda
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kimia abon ayam afkir dengan jenis daging yang berbeda. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah daging bagian dada (P1), daging paha (P2) dan daging kombinasi dari dada dan paha (P3). Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah uji kimia yang terdiri dari kadar abu, kadar air, kadar lemak, dan kadar protein. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam dan perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap variabel yang diukur diuji lanjut menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengaruh nyata (P0,05) terhadap kadar abu abon. Kata Kunci: Ayam Afkir, Jenis Daging Yang Berbeda, Abon, Kualitas Kimia
Grade Kambing Peranakan Ettawa pada Kondisi Wilayah yang Berbeda
Sains Peternakan, 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui grade kambing Peranakan Ettawa (PE) yang dipelihara peternak di wilayah pesisir pantai dan wilayah pegunungan di kabupaten Kulon Progo. Responden diambil dari peternak kambing PE yang tinggal di desa Karangwuni mewakili daerah pesisir pantai dan di desa Sidomulyo mewakili daerah pegunungan, dengan jumlah kepemilikan ternak kambing berkisar antara 2-20 ekor. Metoda survei digunakan dalam penelitian, dengan pengambilan sampel responden secara sensus. Secara umum ukuran tubuh kambing PE di daerah pantai dan daerah pegunungan masih berada di bawah rata-rata standar. Beberapa ukuran tubuh kambing di daerah pegunungan lebih tinggi dibandingkan dengan pantai. Berdasarkan sifat kualitatif kambing PE di daerah pantai dan pegunungan masuk dalam grade B karena mempunyai ciri-ciri yang memenuhi standar dan imbangan serasi, tetapi berat dan ukuran tubuh dibawah rata-rata. Dapat disimpulkan bahwa ukuran-ukuran tubuh kambing PE di daerah pegunungan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pantai dengan grade kambing untuk kedua lokasi adalah grade B.
Studi Histologi Paru-Paru Kambing Peranakan Etawah
Buletin Veteriner Udayana, 2021
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur histologi paru-paru kambing peranakan etawah. Enam puluh empat sampel berupa paru-paru, dari kambing peranakan etawah jantan dan betina yang berumur muda dan dewasa, dan dibuat sediaan histologi, diwarnai dengan metoda Harris-Hematoksilin Eosin. Hasil penelitian menunjukan struktur histologi paru-paru kambing peranakan etawah didominasi oleh alveoli, ditemukan bronkus dan bronkiolus dalam suatu kapsula. Tidak ada perbedaan ketebalan kapsula paru-paru kambing peranakan etawah jantan dan betina baik pada umur muda maupun dewasa (P>0,05), namun pleura visceral kambing betina muda lebih padat dibandingkan betina dewasa. Contour bronkus kambing peranakan etawah jantan lebih besar (P<0,05) dibandingkan betina baik pada umur muda maupun dewasa. Paru-paru kambing PE jantan memiliki tulang rawan hialin yang lebih banyak dibandingkan betina dengan bentuk pipih dan memanjang diluar adventitia, sedangkan pada betina berbentuk bulat. Conto...
Kualitas Kimia Daging Sapi Asap Dengan Lama Pengasapan Berbeda
Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo
Pengasapan merupakan salah satu cara untuk mengawetkan daging menggunakan kombinasi antara penggunaan panas dan zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran dari bahan pengasap seperti kayu. tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas kimia daging sapi dengan lama pengasapan yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Teknologi Hasil Ternak dan UPT Laboratorium Terpadu Universitas Halu Oleo Kendari dengan menggunakan daging sapi segar bagian paha belakang yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan dengan bahan pengasap tempurung kelapa segar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan, yaitu tanpa pengasapan (P0), pengasapan selama 3 jam (P1), pengasapan selama 5 jam (P2), pengasapan selama 7 jam (P3) dan pengasapan selama 9 jam (P4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pengasapan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar abu daging asap. Dim...
Sifat Organoleptik Daging Kelelawar Dengan Waktu Pemasakan Yang Berbeda
ZOOTEC
THE ORGANOLEPTIC PROPERTIES OF BAT MEAT WITH DIFFERENT COOKING TIMES. A study that aims to determine the level of consumer preferences in processed bat meat with different cooking time. This research was conducted from July 27 until August 31, 2017 at Animal Production Technology Laboratory Faculty of Animal Husbandry of Sam Ratulangi University of Manado . This study uses 3000 grams of bat meat. The experimental design used was Completely Randomized Design 4 treatments and 30 replications. Treatment arrangement as follows: R1 = 750 grams of bat meat cooked for 15 minutes; R2 = 750 grams of bat meat cooked for 30 minutes; R3 = 750 grams of bat meat cooked for 45 minutes; R4 = 750 grams of bat meat cooked for 60 minutes.The results showed that the level of favorite color, texture, tenderness and taste gives a real effect on the duration of cooking timebat. However, the level of aroma preferences does not affect the cooking time. Based on the research results can be concluded that the...
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, 2019
ABSTRAKPenelitian ini dilakukan di laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan. Materi Penelitian yang digunakan adalah semen kambing PE beku yang didapatkan dari Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Kabupaten Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan thawing menggunakan air dengan suhu 37°C selama 7, 15, dan 30 detik dengan 10 kali ulangan. Variabel yang diamati yaitu motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motilitas dan viabilitas perlakuan pencairan waktu 30 detik pada 37°C (P3) memberikan hasil terbaik adalah motilitas tertinggi 35%, viabilitas tertinggi 65,88%, dan abnormalitas terendah dengan pencairan 30 detik pada 37°C (P3) 18,392% . Namun, perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05) pada motilitas dan viabilitas tetapi memberikan perbedaan yang sangat signifikan pada abnormalitas (P<0,01). Kesimpulan dari peneli...
Klasifikasi Wajah Kambing Peranakan Ettawa (PE) Jantan Berbasis Perseptron
Semesta Teknika, 2015
Goat Peranakan Ettawa ( PE ) is a kind of superior goat derived from goat crosses, between Ettawa (Jamnapari ) from India and Kambing Kacang (Bean Goat) from Java. A factor to determine quality of goat PE is it’s face. More than 30 cm ears length and the head color is black represents good quality. More better the quality of goat face, means higher selling price. In this study, male goat face is classified into class good quality, less good, and not good at data such as photo / image In the market, classification done by visual observation, so many farmers have difficulty in classifying the face of a goat. For that purpose, a system is needed that capable for classifying a goat face to facilitate farmers in classifying.This classification system uses Perceptron Method, is a method of guided learning using characteristic as input those are ears length, black value and brown face value. Images are used as training images as much as 9 images, and test images are 20 images. This system ...
Manajemen Pembibitan Kambing Peranakan Etawa PE
Praktik Kerja Lapangan bertujuan untuk 1) Mengetahui aspek teknis pembibitan kambing PE di BPBTR Satuan Kerja Kaligesing, 2) Mengetahui kriteria penentuan bibit jantan, betina, anakan kambing PE yang baik, 3) Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang manajemen pembibitan kambing PE. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dengan cara magang kerja di Satuan Kerja Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Ruminansia (BPBTR) Kaligesing, Purworejo. Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan adalah metode observasi, wawancara, dan partisipasi aktif dalam kegiatan rutin serta pencatatan data di peternakan. Pengambilan lokasi Praktik Kerja Lapangan di BPBTR Satuan Kerja Kaligesing, Kabupaten Purworejo sebagai tempat magang karena di lokasi tersebut bergerak di bidang pembibitan kambing PE. Hasil pengamatan bahwa manajemen pembibitan kambing PE di BPBTR Satuan Kerja Kaligesing meliputi pemilihan bibit, identifikasi ternak, penentuan umur pertama kawin, deteksi birahi, teknis perkawinan yang dilakukan sampai penanganan kelahiran cempe dan pencatatan ternak (recording). Manajemen pembibitan yang dilakukan di Satuan Kerja BPBTR Kaligesing meliputi pemilihan bibit, pemuliaan, pembudidayaan dan perkembangbiakan agar menghasilkan bakalan yang memiliki produktivitas tinggi. Perkawinan yang dilakukan di BPBTR Satuan Kerja Kaligesing menggunakan 2 metode yaitu dengan perkawinan secara alami dan perkawinan secara Inseminasi Buatan. Manajemen pembibitan kambing PE dapat dikategorikan baik, namun untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi, penyapihan perlu dilakukan lebih dini agar jarak beranak pendek dan produktivitas meningkat, perlunya alat modern untuk dapat mendeteksi kebuntingan lebih dini. Kata kunci : Kambing PE, pembibitan, perkawinan, dan seleksi bibit
Jurnal Kedokteran Hewan - Indonesian Journal of Veterinary Sciences, 2011
The purpose of this study was designated to compare the effect of different commercial prostaglandin hormone administration on the estrous percentage and pregnancy in PE goat. The female goat used in this study were 2.5-3.5 years old, health, not pregnant, minimum 2 months post delivery, has been delivered before, and have similar body weight. Two male goats were also used to detect estrous. The goat was allotted into 3 groups consist of 5 goats each. Group 1, II, and III were injected with 2.5 ml Lutalyse (dinoprost tromethamine 5 mg/ml, and benzyl alcohol 1.65%), 0.5 ml Prostavet (etiproston 5 mg/2 ml and ethylen dioxy 15 mg/2 ml), and 1.5 ml Capriglandin (dinoprost tromethamine 5.5 mg/ml and benzil alkohol 12.0 mg/ml) respectively. The intramuscularly injection were conducted twice with the interval of 10 days. The goat which performs estrous signs was artificially inseminated. Pregnancy diagnosis was carried out 30 days post insemination using USG. Estrous onset data were analysed using ANOVA, while estrous percentage and pregnancy were analysed descriptively. Estrous onset of 3 treatment groups were 40.8±0.57 36.0±0.57 and 50.4±1.52 jam respectively (P>0.05). The estrous percentage of 3 treatment groups were , , similar (100 %), whereas pregnancy percentage in groups I, II, and III were 100, 80, and 60% respectively. It could be concluded that onset and estrous percentage were not affected by 3 difference commercial prostaglandin injection, however the difference of commercial prostaglandin used in this study affected the pregnancy percentage of PE goat. _____________________________________________________________________________________________________