Implementasi Lukisan Klasik Kamasan Pada Media Alternatif Tengkorak Kepala Kerbau (original) (raw)
Related papers
Craftmanship Dalam Penciptaan Poster Film Fiksi Ilmiah “Tengkorak”
DeKaVe, 2020
Science fiction is a rare film genre in Indonesia. Indonesian audience do watches science fiction in cinema, but Indonesian production house seems to be less than eager to make as such. Tengkorak is an independent science fiction designed with all the good intention to break those genre barrier. Film poster is a compulsory byproduct of a feature film. It was made to market the film and to be placed mainly in cinema. The nature of independent production of Tengkorak made it impossible to simply put popular face of a-list Indonesian actors. The inspiration of Tengkorak, which is 1980s science fiction, open up an opportuniy to explore design possibilities, to make it distinctive and memorable.
Estetika Bentuk Busana Pada Lukisan Wayang Kamasan
2021
Di balik keberagaman bentuk busana dalam lukisan Wayang Kamasan, terdapat pakem dan kreativitas bagi pelukis gaya Kamasan, mengingat bahwa kesenian ini merupakan kesenian klasik dan komunal di Bali. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan estetika bentuk dari Thomas Munro yang menyatakan bahwa satu benda seni memiliki pengorganisasian unsur dan detail yang ditujukan untuk menyampaikan imajinasi dan pesan dari sebuah objek, adegan, situasi dalam benda seni tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa motif busana figur dalam seni lukis Wayang Kamasan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu: (1) Bagian kepala (utama), terdiri atas motif yang menggambarkan identitas utama dari figur yang ingin disampaikan, contohnya: motif buana lukar pada figur Bima. (2) Bagian badan (madya), terdiri dari motif pendukung identitas figur, contohnya: motif gelang kana pada figur Tualen. (3) Bagian kaki (nista), terdiri atas motif kain yang mendukung identitas figur, seperti motif poleng pada...
Kelayakan Hiasan Kepala (Headpiece) dari Limbah Plastik Jenis Kresek
Beauty and Beauty Health Education
Plastic bags are commonly used as a practical packaging tool at a low price and are included in the type of thermoplastic plastic that can be recycled to reduce the potential for environmental pollution. The purpose of this study was to determine the feasibility of plastic waste as a basic material for making headpiece products through sensory tests and preference tests. This research uses a quantitative approach with the experimental research method of one shot case study design. The objects of this study were combs (P1), hairpins (P2), headbands (P3) and bobbypins (P4). The research subjects consisted of 3 expert judgments as product validators and sensory tests. Meanwhile, the preference test used 15 somewhat trained panelists. The research variable uses a single variable. The research was conducted in Banyumas Regency from July to September. Data collection techniques using observation and documentation. Data analysis using descriptive percentage. Based on the product validity test assessment, it shows that the overall product is stated to be very valid with an average of 87%. The sensory test assessment results obtained an average of 93% with very good criteria. As for the assessment of the liking test, it obtained an average of 86% in the criteria of really liking it. This research proves that plastic bags have the potential to be reprocessed and optimized into raw materials for making headdresses for modern buns. Neatness in the manufacturing process needs to be considered so that the remaining glue is not visible.
Konteks Budaya Gambar Binatang Pada Seni Cadas DI Sulawesi Selatan
Paradigma, Jurnal Kajian Budaya, 2016
This article is based on a thesis with the same title on Archaeology Magister Program, Universitas Indonesia. This research relies on structuralist approach assuming that artists have potential choices to select motifs according to their artistic repertoire. That appropriate choices are guided by the site location in the region. Etnographic studies of animal motifs in rock art shows totemism, shamanism, and everyday life as cultural contexts. Based on that cultural contexts, it is known that shamanism was the cultural context of rock art in South Sulawesi which is dominated by one animal motif.
Binatang Totem Pada Seni Cadas Prasejarah Di Sulawesi Selatan
Amerta: Berkala Arkeologi, 2017
Totemic Animals in the Prehistoric Rock Art of South Sulawesi. Prehistoric rock art motifs in South Sulawesi are hand motifs, animal motifs, boat motifs, anthropomorphic motifs, and geometric motif. Animal motifs, which include fish, turtles, birds, and mammals, are depicted in 25 of 90 prehistoric caves in the region. Research on prehistoric rock art in 2014 shows that one of the pig motifs is dated ± 35,400 years ago. Based on the diverse animal motifs depicted and the latest dating that puts the rock art area into a very old period, research on the cultural context of animal motifs on the prehistoric rock art in South Sulawesi is an interesting thing. In accordance with the research's aim, this study is focused on animal motifs. Other motifs in the prehistoric rock art region of Sulawesi, such as anthropomorphic and geometric that allegedly have their own distinct meanings in the cultural context, require other specific investigations. This study employed a quantitative method on 86 pictures which consist of 17 animal motifs in ten caves in Maros regency, thirteen caves in Pangkep regency, and two caves in Bone regency, South Sulawesi. The application of that method to the prehistoric rock art in South Sulawesi place the cultural context in the cultural phenomenon, which is defined by experts as totemism. Abstrak. Motif seni cadas prasejarah di Sulawesi Selatan adalah motif tangan, motif binatang, perahu, antropomorfis, dan geometris. Motif binatang yang digambarkan pada 25 dari 90 gua seni cadas prasejarah di kawasan itu, antara lain motif ikan, penyu, burung, dan mamalia. Penelitian pertanggalan seni cadas prasejarah di Sulawesi Selatan pada 2014 menunjukkan bahwa salah satu motif babi berusia ± 35.400 tahun. Berdasarkan beragamnya motif binatang yang digambarkan dan pertanggalan terbaru yang menempatkan kawasan itu ke dalam masa yang sangat tua, penelitian mengenai konteks budaya motif binatang menjadi suatu hal yang menarik. Sesuai dengan tujuan penelitian ini khusus mengkaji motif binatang. Motif lain, seperti motif antropomorfis dan geometris yang diduga kuat memiliki makna khusus dalam konteks budaya memerlukan kajian tersendiri. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif terhadap data berupa 86 gambar yang terdiri atas 17 motif binatang pada 10 gua di Kabupaten Maros, 13 gua di Kabupaten Pangkep, dan 2 gua di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Hasil penerapan metode penelitian tersebut menempatkan konteks budaya penggambaran motif binatang pada seni cadas prasejarah Sulawesi Selatan kedalam fenomena budaya yang didefinisikan oleh para ahli sebagai totemisme.
IMPLEMENTASI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA MADRASAH DI MAN MODEL GORONTALO
Abstrak Yulinda Mato, 2013. Implementasi Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Madrasah Di MAN Model Gorontalo. Skripsi Strata I. Jurusan Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Gaya kepemimpinan kepala sekolah sebagai agen perubahan pada implementasi gaya kepemimpinan transformasional kepala madrasah di MAN Model Gorontalo telah berjalan; 2) Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam membangun komunikasi efektif pada implementasi gaya kepemimpinan transformasional kepala madrasah di MAN Model Gorontalo telah berjalan efektif; 3) Upaya penanggulangan konflik pada implementasi gaya kepemimpinan transformasional kepala madrasah di MAN Model Gorontalo telah berjalan efektif. Disarankan : 1) Bagi Dinas Pendidikan, agar mendukung implementasi gaya kepemimpinan transformasional agar mampu memberikan dampak positif bagi kemajuan sekolah; 2) Bagi kepala sekolah, agar meningkatkan kemampuannya dalam mendorong dan memotivasi para guru untuk bekerja lebih dari lebih dari yang diharapkan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan disekolah; 3) Bagi guru, agar mendukung implementasi gaya kepemimpinan transformasional yang dilakukan kepala sekolah dan berperan aktif dalam setiap kegiatan yang telah diprogramkan sekolah; 4) Kepada peneliti selanjutnya untuk terus meningkatkan wawasan mengenai gaya kepemimpinan transformasional dengan menitikberatkan pada gaya kepemimpinan kepala sekolah sebagai agen perubahan.
Binatang-Binatang Totem Pada Seni Cadas Prasejarah di Sulawesi Selatan
AMERTA
Penelitian ini merupakan penerapan metode kuantitatif Sauvet dkk. (2009) untuk menunjukkan konteks budaya penggambaran motif binatang pada kawasan seni cadas berdasarkan statistik frekuensi dan persebarannya dalam kawasan. Data statistik pada kawasan-kawasan seni cadas etnografi menurut metode tersebut menunjukkan konteks budaya totemisme, shamanisme, dan kehidupan sehari-hari. Data penelitian ini adalah 86 gambar yang terdiri dari 17 motif binatang pada 10 gua di Kabupaten Maros, 13 gua di Kabupaten Pangkep, dan dua gua di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode kuantitatif Sauvet dkk. (2009) dapat digunakan pada kawasan seni cadas prasejarah Sulawesi Selatan. Penerapan metode tersebut menunjukkan bahwa penggambaran motif binatang pada kawasan seni cadas prasejarah di Sulawesi Selatan menunjukkan konteks budaya totemisme.