Media Massa dan Politik Islam Pasca Reformasi 1998 (Studi Historis Komparatif dan Ekonomi Politik di Sumatera Utara) (original) (raw)

Implikasi Kebebasan Pers Terhadap Dinamika Politik Islam di Sumatera Utara Pada Masa Reformasi Periode 1998-2011

Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman, 2017

Pasca reformasi, pers tidak hanya berhadapan dengan kekuasaan, melainkan juga dengan pemilik modal-media dan profesionalisme. Hal ini berdampak langsung maupun tidak langsung bagi dinamika politik Islam di Sumut. Diskursus politik Islam di media periode 1998-2011, tak terpisahkan dengan depolitisasi politik Islam di masa sebelumnya serta pragmatisme kekuasaan dan ekonomi, juga menentukan wacana keislaman secara umum dan melemahnya potensi kekuatan politik Islam. Ketiadaan media politik Islam dan program khusus terstruktur-sistematis di bidang jurnalisme Islam, dan diperkukuh dengan eksistensi media yang umumnya lebih bersegmentasi umum-sekuler, membuat agenda dan wacana politik Islam bergantung pada pertimbangan ideologis pemilik, segmentasi pasar dan kebijakan media sekuler.

Diskursus Politik Islam dan Kebijakan Ideologis Media Massa di Sumatera Utara

Persepsi: Communication Journal, 2019

Stigmatisasi dan labelisasi terhadap imej Islam di media memerlihatkan wacana islamophobia, terorisme, radikalisme hingga fundamentalisme. Di sisi lain, kapitalisasi-industrialisasi media dan perkembangan teknologi komunikasi informasi yang pesat, telah meneguhkan ketergantungan media-media di tingkat lokal ke level nasional dan internasional semakin tinggi. Penyebaran wacana Islam berjalan secara sepihak, terus-menerus dan massif, seperti propaganda. Untuk menyusuri masalah ini, digunakan pendekatan historis-komparatif dan ekonomi-politik. Studi ini memerlihatkan diskursus politik Islam di media merupakan gambaran politik Islam yang terbelah pada pemahaman holistik dan sekuler. Ketiadaan media yang berkonsentrasi pada politik Islam, dan lebih memilih segmentasi umum-sekuler, membuat agenda politik Islam tergantung pada pertimbangan ideologis pemilik dan pilihan segmentasi pasar.

Membaca Politik Islam Pasca Reformasi

Abstrak Krisis multidimensi 1997-1998 yang ditandai dengan kenaikan mata uang dollar antara Rp.10.000 hingga Rp.15.000/dollar berakibat hancurnya fundamental ekonomi Indonesia. Kondisi ini menjadi triggered Muslim Islam untuk membangun orientasi-orientasi Islam politik.Islam politik dan politik Islam berbeda dalam pemaknaannya. Islam politik merupakan perjuangan kelompok Muslim garis keras untuk mendapatkan dimensi kekuasaan, dan ketika dimensi kekuasaan telah teraih, al-Qur'an, al-Hadits, dan Fiqh sebagai philosophische grondslag. Sementara itu politik Islam merupakan perjuangan meraih kekuasaan politik dengan menggunakan simbol Islam sebagai basis recruitmentmassa.Ketika kekuasaan dapat diraih, mereka menggunakan Pancasila sebagai philosophische grondslag. Karena itu perkembangan Islam politik pada awal reformasi sangatlah kuat, tetapi selama lima belas tahun pasca reformasi justru orientasi Islam politik menjadi sangat radikal, dan orientasi politik mereka mengikuti pola politik yang bersifat " teror ". Melihat kondisi partai politik Islam pasca reformasi yang begitu lebar variannya, dan ada kecenderungan elit politik partai politik Islam belum 100 persen menjadikan Pancasila sebagai philosophische grondslag dapat memicu rendahnya partisipasi pemilih. Partai politik Islam yang banyak variannya itu ada gagasan untuk menyederhanakan. Keberhasilan Soeharto menyederhanakan partai politik dalam tiga mainstream sosial-demokrat (Golkar), nasionalis (PDI), dan Islam (PPP) sangat baik. Bila tiga mainstream itu dihidupkan kembali dalam bentuk baru, dan diletakkan pada fase lima belas tahun reformasi, maka partisipasi pemilih terhadap partai politik Islam berbanding lurus dengan kekuatan pemilih mayoritas.

Dinamika Islam Politik di Indonesia pada Era Reformasi (1998-2001)

Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies

This article discusses the political attitude of some Indonesian Muslims to the reformation era of Indonesia. Euphorically, they responded the reformation in the same way as in the early history of Indonesian politics, i.e., they are interested much in struggling their political interest in the formalistic ways. This study has found that the Islamic figures who struggling political Islam in the substantive ways are entrapped in formalistic struggle. Compared to the era of Old and New Order political system, some politician Muslims hardly offer new political strategies. Their political attitudes have been promoted so far are merely on the following three points. First is an interest to raise their political parties to the power. Second is to pose their groups without any good quality agenda. Third, inconsistency of some figure in struggling for Muslim society, they struggling for their own group. Instead, It seem that the attitude of some elite politician Muslims is influenced by pol...

Media dan Masyarakat ; Islam dalam Perspektif Media Massa Barat

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana berkat rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul " Islam dalam Perspektif Media Massa Barat; "Penembakan 12 Jurnalis Majalah Charlie Hebdo Oleh 2 Orang Muslim" Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Penurunan Popularitas Partai Politik Islam di Indonesia Setelah Reformasi Tahun 1998

Pemilu tahun 1999 nampaknya menjadi awal sekaligus akhir dari eksistensi partai berasaskan Islam di Indonesia. Pasalnya, pada periode pemilu berikutnya, yaitu tahun 2004 dan 2009, partai politik Islam tersebut mengalami penurunan jumlah suara. Berdasarkan hasil pemilu pada dua periode tersebut jumlah suara yang diperoleh oleh beberapa partai politik Islam adalah PPP 8.15% dan 5.32%, PAN 6,44% dan 6,01%, PKB 10,57% dan 4,94%.5 Penurunan perolehan suara beberapa partai politik Islam di Indonesia pada dua periode pemilu –tahun 2004 dan 2009— mengindikasikan bahwa dukungan masyarakat (khususnya masyarakat muslim) terhadap partai politik berasaskan Islam telah mengalami penurunan. Mengapa hal ini dapat terjadi dan apa dampaknya bagi partai politik Islam di Indonesia? Padahal jika mengacu pada data sensus, penduduk Indonesia yang beragama Islam merupakan mayoritas dengan persentase jumlah sekitar 88% dari total penduduk Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, setidaknya terdapat dua argumen yang dapat diajukan, yaitu 1) bahwa masyarakat (Islam) Indonesia telah mulai tersekularisasi seiring dengan peningkatan performa ekonomi setelah krisis tahun 1997 dan 2) sebagai akibatnya, masyarakat serta partai politik Islam bergeser ke arah pragmatis sehingga membuat identitas ke-Islam-an partai-partai tersebut menjadi kabur. Untuk itu, esai ini akan difokuskan untuk melakukan elaborasi kedua argumen tersebut guna menganalisa penurunan popularitas partai politk Islam di Indonesia.

Dinamika Politik Umat Islam Indonesia DI Era Reformasi

2004

A. PENDAHULUAN Tahun 1998 menjadi tahun yang mengharu biru bagi keberlanjutan peta perpolitikan Indonesia. Pada Mei tanggal satu penguasa diktator Indonesia Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun runtuh oleh kekuatan massa, mahasiswa, dan rakyat pada umumnya. Seiring tumbangnya sang diktator, maka lenyap pulalah fase yang menamakan dirinya Orde Baru. Berakhirnya Orde Baru perpolitikan Indonesia masuk pada fase berikutnya, yaitu fase Reformasi. Reformasi merupakan suatu usaha baru yang senantiasa diharapkan mampu membawa era baru kearah yang lebih baik. Perubahan dari fase yang bobrok kepada tatanan yang baik, kuat dan mensejahterakan. Dalam Islam, reformasi dipadankan dengan Islah, 1 yakni memperbaiki dan menyempurnakan sesuatu yang belum sempurna, termasuk mengganti yang rusak dan usang. Dalam al-Qur'an term "Islah" 2 dipakai sebanyak 41 kali. Misalnya "siapa yang 1 Said Aqil Siradj, "Umat Islam dalam Dinamika Politik Bangsa di Era Reformasi", Mak...

Pers Islam DI Era Konvergensi Media

PALITA: Journal of Social - Religion Research, 2016

Pers function, beside as an information between the public and the government, also could be a transfer of social control and social values and culture in society too. The press can also be a media propaganda that conveys the teachings of Islam and Islamic values to people of Indonesian that dominant of in Muslim. But, in the era of media convergence at this time, press Islam in Indonesia is not able to develop properly. It is caused by a lack of capital from the manager of the press Islam, the lack of professional personal are educated to understand the combination of business activities, editorial, printing techniques and a variety of advanced devices and the lack of interest in reading among Muslims especially the themes of Islam. Thus resulting in less interesting views of Islam with media content that impressed "heavy" to read. Indutrialisasi of mass media today demanded the Islamic press is not the only idealism, but also develop media businesses to finance the smoot...