Bilateral Morgagni Hernia in Infant, a Rare Type in Congenital Diaphragmatic Hernia: A Case Series (original) (raw)
Related papers
Teknik Operasi Episiotomy dan Episiostomy
Episiotomy adalah tindakan operatif berupa insisi pada bibir vulva atau insisi pada vulva yang dilakukan dengan membuat irisan ke atas dari bagian dorsal commisura vulva secara temporer atau sementara. Sedangkan episiostomy adalah tindakan operasi yang dilakukan untuk memperpanjang comissura orifice bagian dorsal dan membuat stoma diperbesar secara permanen. Tindakan Operasi diperuntukkan mendapatkan jalan masuk yang lebih baik ke vestibulae dan vagina dalam hal ekstirpasio/pembuangan tumor di daerah vagina, hyperplasia mukosa vagina, koreksi atau amputasi prolapsus vagina, koreksi cacat bawaan/kongenital, kateterisasi berulang (repeated catheterization), membantu pemeriksaan saluran genital, penanganan distokia/mempermudah partus bila foetusnya besar, mempermudah coitus yang mengalami kesulitan. Operasi Episiotomy dilakukan dengan adanya pendekatan dua indikasi, yaitu indikasi pada fetus dan indikasi pada induk. Operasi pembedahan ini dilakukan berdasarkan dua teknik sayatan, yaitu teknik medial dan mediolateral. Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurang tersendiri.
Jurnal Kedokteran Hewan - Indonesian Journal of Veterinary Sciences
Penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian tepung atau ekstrak alkohol daun katuk terhadap perubahan histologis testis kambing kacang lokal jantan. Dalam penelitian ini digunakan 15 ekor kambing dengan umur sekitar 1,5 tahun. Semua hewan penelitian terlebih dahulu diaklimatisasi selama 2 minggu terhadap lingkungan penelitian. Hewan-hewan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri atas 5 ekor kambing. Kelompok P0 (kontrol) telah hanya diberikan air distilasi. Pada kelompok P1, diberikan perlakuan berupa suplementasi tepung daun katuk dan untuk kelompok P2 diberikan ekstrak alkohol daun katuk. Semua perlakuan diberikan secara oral sebanyak dua kali per hari (pada pagi dan sore hari) selama 35 hari berturut-turut. Setiap kambing percobaan diberikan pakan yang terdiri atas daun-daunan dan rumput, serta disediakan akses untuk memperoleh air minum secara ad libitum. Pada akhir waktu penelitian, seluruh hewan dikastrasi dan bagian tubulus seminiferus dari testis diambi...
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana, 2019
Latar belakang: Celah bibir dengan atau tanpa celah lelangit merupakan abnormalitas perkembangan kraniofasial yang paling sering terjadi. Kelainan ini bisa unilateral atau bilateral, dan mungkin disertai dengan anomali kongenital lain. Celah bibir bilateral berpotensi mengubah struktur dan bentuk wajah serta menyebabkan gangguan dalam perkembangan makan, bicara, gigi geligi, dan kosmetik. Celah bibir selalu disertai dengan deformitas hidung, termasuk pada kasus celah bibir inkomplit. Mulliken adalah pionir yang melakukan perbaikan celah bibir bilateral dan rinoplasti primer dalam satu tahap operasi. Tujuan: Mengetahui keberhasilan operasi celah bibir inkomplit bilateral dan rinoplasti primer dengan teknik modifikasi Mulliken. Laporan kasus: Dilaporkan satu kasus celah bibir inkomplit bilateral pada anak laki-laki usia 7 bulan yang ditatalaksana dengan teknik modifikasi Mulliken. Metode: Telaah literatur berbasis bukti mengenai perbaikan celah bibir inkomplit bilateral dan rinoplasti primer dengan teknik modifikasi Mulliken melalui database Cochrane library, Pubmed Medline, dan hand searching. Hasil: Pertumbuhan nasal tip projection, nasal width, columellar length, upper lip height, cutaneous lip height, dan vermilion-mucosal height mendekati nilai normal. Kesimpulan: Prosedur celah bibir inkomplit bilateral disertai rinoplasti primer dengan teknik modifikasi Mulliken memberikan hasil yang baik.
Media Peternakan, 2014
The aim of this study was to describe the sonographic appearance of abdominal wall at the left flank of laparotomy incision site in 11 mated Ettawah grade does. Brightness-mode ultrasound examination by using transducer with frequency of 5.0-6.0 MHz was conducted to grouping the does based on their pregnancy statuses. The incision site of the abdominal wall at left flank laparotomy was transcutaneous-scanned as long as 8 cm vertically. The sonographic appearance of the laparotomy wall thickness showed that in all groups of does were similar and not different statistically. The thickness of oblique external and oblique internal abdominal muscles was increased in the pregnant does as compared to non-pregnant does (P<0.05).
Jurnal Kesehatan Mahardika
Cedera jaringan lunak seperti memar hingga cedera yang sangat kompleks merupakan salah satu gejala klinis pada kecelakaan lalu lintas. Pertimbangan perawatan pada cedera tersebut tergantung pada jenis dan tingkat cedera jaringan lunak serta kemampuan operator. Salah satu regio yang menjadi defek pada cedera jaringan lunak adalah nasolabial. Perawatan pada cedera di bagian tersebut membutuhkan teknik tertentu agar menghasilkan penyembuhan luka yang baik serta komplikasi yang minimal. Teknik Prosedur yang digunakan untuk memperbaiki defek bibir atas tergantung pada ukuran dan lokasi defek, kondisi jaringan di sekitarnya, dan etiologi deformitas
Preliminary study on congenital anomaly in DR. Sardjito General Hospital Yogyakarta
Journal of the Medical Sciences, 2015
Background: Congenital anomalies and genetic diseases tend to increase and dominate hospital admittance, especially in the pediatric wards in developed countries. The spectrum of diseases in regions with low infant mortality rate is likely to go with such tendency It is necessary to study congenital anomalies and genetic diseases at Dr. Sardjito General Hospital, locating in a region with much lower infant mortality rate than that of the national average. Objective: To know the occurrence of congenital anomalies and its pattern among DR. Sardjito General Hospital in-patients. Method: An desricptive study was done on secondary data taken from data-base of the Hospital in 1998 – 2002 period. All of admittances in that period diagnosed as primary or secondary diagnosis, with Q00 – Q99 congenital malformations, deformations, and chromosomal abnormalities according to International Classisifaction of Diseases (ICD), were included. The pattern of anomaly at the Hospital was compared to th...
Sistem digesti pada hewan dibagi menjadi dua yaitu, system pencernaan hewan monogastrik dan system pencernaan hewan pologastrik. Namun secara umum keduanya memiliki fungsi yang sama dan keduanya memiliki colon atau usus besar. Tidak jarang hewan sering mengalami masalah pada organ maupun system pencernaannya seperti adanya benda asing yang masuk dalam colon, mengalami sembelit yang kronis, atau terdapat ulcer dan nekrosis pada colon itu sendiri sehingga perlu dilakukan pembedahan. misalnya pembedahan colotomy untuk membuka colon tersebut guna mengeluarkan benda asing yang ada, ataupun pembedahan colectomy untuk memotong sebagian dari colon tersebut untuk mengatasi kejadian seperti sembelit kronis.