Bentuk dan Makna Pertunjukan Tari Renteng di Desa Saren, Nusa Penida, Klungkung, Bali (original) (raw)

Uniformisasi Pementasan Tari Rejang Renteng Dan Semangat Perempuan Melestarikan Seni Budaya

VIDYA WERTTA : Media Komunikasi Universitas Hindu Indonesia, 2020

Artikel ini membahas tentang uniformisasi pementasan Tari Rejang Renteng di Kota Denpasar. Uniformisasi ini tidak hanya berkaitan dengan gerakan tarian, namun juga berkaitan dengan atribut yang melekat pada penarinya. Secara sosio-kultural, uniformisasi dalam pementasan Tari Rejang Renteng ini memberikan implikasi bagi kontribusi perempuan dalam pengembangan seni budaya, serta menjadi tekanan tersendiri apabila tidak terlibat secara aktif dalam religiusitas yang bersifat kolektif ini. Namun sejauh ini, fenomena yang ada menunjukkan interpretasi yang positif, karena yang muncul di permukaan adalah kegairahan ekspresi religius dari para penari Rejang Renteng.

Membongkar Makna Pertunjukan Tari Sang Hyang Dedari Di Puri Saren Agung Ubud, Bali Pada Era Global

Mudra Jurnal Seni Budaya

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk memahami makna Tari Sang Hyang Dedari yang kini sering disajikan dalam konteks pariwisata di Puri Saren Agung Ubud, Bali. Padahal Tari Sang Hyang Dedari merupakan sebuah tari upacara untuk memohon keselamatan bagi masyarakat setempat. Sebagai sebuah tari upacara, Tari Sang Hyang Dedari semestinya hanya disajikan di pura dalam konteks upacara saja. Namun kenyataannya di Puri Saren Agung Ubud berbeda. Untuk itu, penelitian yang berlokasi di Puri Saren Agung Ubud ini akan mengkaji permasalahan tentang:(1) mengapa Puri Saren Agung Ubud menyajikan Tari Sang Hyang Dedari dalam konteks pariwisata?;(2) bagaimana mereka menyajikan?; dan(3) bagaimana Puri Saren Agung Ubud memaknai Tari Sang Hyang Dedari tersebut?.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dalam perspektif cultural studies yang dianalisis dengan teori dekonstruksi, teori estetika postmodern, teori praktik, dan teori relasi kuasa pengetahuan. Hasil penelitian m...

Makna Simbolis pada Unsur Visual Kostum Tari Topeng Babakan Cirebon Keni Arja di Desa Slangit

ITB Journal of Visual Art and Design, 2007

Mask dance is one of the traditional performing arts that has grown and developed ever since the Hindu period. At the beginning, this artistic performance serves as the medium in the ceremonial tradition related to the ritual of elderly summon, for giving blessings and provide salvations. In the Islam period, the performance was used by Sunan Gunung Djati as a media of religious endeavor to show the phase in human's beliefe. In this special type of performance, the dancer wears five character masks: Panji, Pamindo, Rumyang, Patih and Klana, along with their equipments, such as costumes, clothes, and headdress called sobrah. Although it looks visually simple, its provide lots of symbolical values that are related to the growing period of arts, where major philosophies from the two grand religions (Hindu and Islam) collided. It is also related to the concept of Mandala, a primordial discourse of Indonesian society. This study focuses in analyzing the symbolic meaning of visual elements from the babakan dance's costume, which was used by Keni Arja in the year of 2006. It is found that inside Keni Arja's costume there are full varieties of forms, motives, and colors. For instance, the figure of Panji, Pamindo, Rumyang, and Patih wear a tie; however Klana wears ombyok to cover the chest. Patih's figure is no longer using sobrah as headdress, instead it uses peci-bendo and glasses. Results of analysis indicate that there are several changes on the visual elements inside mask-dance costume, especially in the element of form among ornament of sobrah, the material of sobrah, the costume colors of every character, and the motive of kain. Interestingly, Keni Arja keeps using some traditional elements, such as headdress (called sobrah) and a cloth piece to cover below. This indicates that traditional dancer still obeys the old form, which refers to the early birth of this artistic performance, as a way to keep magical values of the performing arts.

Makna Tari Gandhong DI Desa Bangun Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek

Greget

The thesis entitled The Meaning of Gandhong Dance in Bangun Village, Munjungan District, Trenggalek Regency reveals the problems of meaning of the Gandhong Dance. These three problems are studied by performing arts theory and pragmatics theory. In its application to analyze the form of the nonverbal component using the theory of performing arts according to Maryono and the analysis of the form of the verbal component using a pragmatic approach with Kreidler's speech act theory. The research method is qualitative in nature with data collection by direct observation or through recording media, interviews, and literature studies. The results of the research findings based on the discussion and linkage of nonverbal components, verbal components, and audience responses that Gandhong Dance is a folk dance that functions as entertainment and provides meaning messages that are conveyed to the audience. The meaning of Gandhong Dance is to show the value of social life by living...

Konstruksi Pesan Tari ‘Kecak’ Pada Masyarakat Badung, Bali

Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 2018

ABSTRACTBali becomes the world’s tourism that has varied culture, one of them is ‘Tari Kecak’ (‘Tari Cak’ or ‘Fire Dance’). Different with other dance using music (‘gamelan’), ‘Tari Kecak’ just uses the dancer’s sound/shouting like “cak cak ke cak cak ke”as the art. Through qualitative research based on constructive paradigm, the researcher depended on participative observation and in depth interview to the key informants and informants (from local society and tourists). By using Semantic Meaning Theory from Charles Osgood, the results show five meanings from ‘Tari Kecak’, namely (a) avoiding curse, (b) as a belief system, (c) as a holy thing, (d) as an art and culture and also (e) as economic income.Keywords: Message, Tari Kecak, Semantic Meaning TheoryABSTRAKBali merupakan destinasi wisata dunia yang memiliki ragam budaya, salah satunya adalah Tari Kecak (biasa juga disebut sebagai Tari “Cak” atau Tari Api/fire dance). Berbeda dengan tarian lainnya yang menggunakan alat musik (gam...

Pendampingan Mendesain Merchandise ‘Tari Leko’ Desa Kukuh Kerambitan Tabanan – Bali

Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2022

Salah satu warisan seni tradisi yang terancam mengalami kepunahan adalah Tarian Leko Desa Kukuh kecamatan Kerambitan Tabanan–Bali. Keilmuan Desain Komunikasi Visual memiliki peluang dalam upaya pemecahan permasalahan, karena mampu merubah proses berpikir khalayak sasaran dengan mengedepankan medium komunikasi visual sebagai elemen interaksi. Kurangnya minat generasi muda mempelajari dan menekuni ‘Tari Leko’, ditengarai menjadi salah satu penyebab kesenian tradisi tersebut terancam menuju kepunahannya. Faktor lainnya adalah tingkat popularitas ‘Tari Leko’ yang semakin berkurang karena jarang dipentaskan akibat adanya pandemi Covid-19. Kondisi tersebut terjadi karena Bali mengutamakan sektor pariwisata sebagai pendukung keberlangsungan seni tradisi dan budaya. Kegiatan pengabdian masyarakat bertujuan memberikan pelatihan mendesain merchandise ‘Tari Leko’ Desa Kukuh Kerambitan. Kegiatan dilaku­kan bulan Juli–Agustus 2021 dan diikuti oleh anak–anak serta para remaja Desa Kukuh. Materi y...

Nilai Karakter Dalam Tradisi Ari-Ari Megantung DI Desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli, Bali

Candra Sangkala, 2020

Masyarakat desa Bayung Gede yang ada di Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali merupakan salah satu masyarakat desa Bali Aga yang memiliki tradisi daur hidup yang sangat unik yaitu Tradisi Ari-Ari Megantung. Tradisi Ari-ari Megantung dilaksanakan ketika ada bayi yang baru lahir kemudian ari-ari pembungkus bayi itu di taruh di dalam kuburan dengan cara digantung dalam sebuah batok kelapa. Tradisi ini sudah ada di desa Bayung Gede sejak keberadaan desa ini dan terus dilaksanakan secara turun temurun hingga saat ini.Tradisi ini memiliki nilai-nilai positif yang mempengaruhi kepribadian atau karakter penduduk di desa Bayung Gede sehingga mereka begitu menghargai kebudayaan dan adat yang dimilikinya. Kata kunci: nilai, karakter, tradisi ari-ari megantung

Implementasi Pelatihan Tari Tradisional Rentak Bulian dalam Upaya Pelestarian dan Penumbuhan Nilai Karakter di Kelurahan Air Molek 1, Provinsi Riau

Jurnal Inovasi Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat, 2023

merupakan salah satu program pengabdian masyarakat yang dilakukan Program Kuliah Kerja Nyata. Program ini berfungsi sebagai sarana diseminasi pengetahuan kepada masyarakat setempat. metode kegiatan pengabdian masyarakat yang digunakan adalah kualitatif dengan observasi dan wawancara. Hasil dari pelatihan tari Rentak Bulian, peserta memahami pola gerak tari, peran, musik, dan makna dari tari Rentak Bulian. Siswa atau peserta menunjukkan pengembangan karakter positif antara lain disiplin, tanggung jawab, percaya diri, dan semangat kerjasama. Melalui pelestarian tari tradisional "Rentak Bulian" mahasiswa memahami, mengamati, dan mencari solusi untuk menumbuhkan apresiasi masyarakat khususnya generasi muda terhadap budaya lokalnya. Berbagai cara dan langkah seperti pendekatan, sosialisasi, pemahaman, dan pelatihan dilakukan untuk menanamkan rasa kepedulian terhadap budaya lokal di kalangan generasi muda. Meningkatnya kesadaran terhadap budaya lokal secara tidak langsung mempengaruhi perubahan sosial dan perkembangan seni dan budaya lokal. Evolusi seni ditentukan oleh perubahan yang terjadi pada masyarakat pendukungnya. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini memberikan dampak yang signifikan bagi generasi muda Kelurahan Air Molek 1, Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu. Meningkatnya kecintaan terhadap budaya lokal menjadi penghalang terhadap pengaruh negatif budaya Barat, menyaring unsur-unsur yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai tradisional mereka. Kesimpulannya, pelestarian tari tradisional "Rentak Bulian" melalui upaya pengabdian masyarakat terbukti menjadi alat yang ampuh dalam pelestarian budaya dan pengembangan karakter masyarakat Kelurahan Air Molek 1.

Fungsi, Makna Dan Nilai Estetika Tari Wadian Kelong Dalam Upacara Aruh Adat Baharin DI Desa Kapul Kabupaten Balangan

TANDIK: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bentuk penyajian tari Wadian Kelong dalam upacara Aruh Adat Baharin di Desa Kapul Kabupaten Balangan. (2) mendeskripsikan fungsi dan makna tari Wadian Kelong dalam upacara Aruh Adat Baharin di Desa Kapul Kabupaten Balangan. (3) mendeskripsikan nilai estetika tari Wadian Kelong dalam upacara Aruh Adat Baharin di Desa Kapul Kabupaten Balangan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumen. Hasil penelitian yang didapat adalah (1) Bentuk penyajian tari Wadian Kelong dalam upacara Aruh Adat Baharin tidak mementingkan keindahan gerak, namun lebih mementingkan maksud dan tujuan 2) Fungsi tari Wadian Kelong adalah sebagai sarana upacara ritual dan Makna tari Wadian Kelong untuk ungkapan jiwa, penghormatan dan pembayar rejeki (3) Nilai estetika tari Wadian Kelong dalam upacara Aruh Adat Baharin yaitu gerak tari sederhana dan memiliki kandungan daya intensitas dal...