Representasi dan konstruksi citra warisan di sebalik teknik penerbitan filem dokumentari sejarah (original) (raw)

Penyutradaraan Film Dokumenter “Erau Adat Kutai” dengan Gaya Expository

2017

Karya tugas akhir penyutradaraan film dokumenter “Erau Adat Kutai” dengan gaya exspository merupakan sebuah karya film dokumenter. Dokumenter merupakan sebuah sajian suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan ekstensial. Film ini dibuat berdasarkan terhadap ketertarikan untuk mencari tahu tentang budaya adat istiadat yang ada di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sebagai kabupaten yang memiliki sejarah dan kental akan budaya, Tenggarong memiliki suatu acara adat yang selalu ditunggu-tunggu masyarakat yaitu Erau. Erau merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk meramaikan dan menghibur masyarakat, yang didalam pelaksanaannya juga merupakan bagian dari adat budaya bahari yang terus dilestarikan. Program dokumenter ini diproduksi dengan penyutradaraan gaya exspository. Gaya exspository adalah gaya pada dokumenter yang menggunakan narator sebagai penutur dalam menampilkan informasi dan pesan kepada penonton secara langsung...

Membangkitkan Jiwa Dokumentalis bagi Pengelola Museum

Seringkali seorang pejabat atau pegawai sebuah instansi merasa terperangkap dan "mati" ketika harus ditempatkan di sebuah museum. Alasannya lembaga ini kerap dipakai sebagai tempat buangan. Munculnya istilah "dimuseumkan" dikonotasikan sebagai cara "menghukum" seorang pejabat atau pegawai tertentu yang dianggap kurang berprestasi, kurang kompeten dan bermasalah di tempat sebelumnya sehingga harus "dibuang" di sebuah museum. Pengangkatan seorang pejabat museum dianggap bukan sebagai ajang promosi atas hasil kinerja dan prestasi yang cemerlang di tempat sebelumnya. Akibatnya pengangkatan seorang pejabat museum seakan menjadi momok yang ingin dihindari oleh siapa pun.

Film Dokumenter Seni Musik Tradisional Burdah “Mempertahankan Tradisi di Era Modernisasi”

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI), 2019

Abstrak— Film Dokumenter Seni Musik Tradisional Burdah “Mempertahankan Tradisi di Era Modern” merupakan film dokumenter yang menekankan sisi sejarah seni musik tradisional burdah. Film ini akan di produksi dengan tipe interactive yang mengutamakan wawancara dengan para pelestari, tokoh, pemain seni musik tradisional burdah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cyclic strategy. Cyclic Strategy merupakan sebuah metode yang ada kalanya suatu tahap perlu diulang kembali sebelum tahap berikutnya dilanjutkan. Adapun tahap – tahap dari Cyclic Strategy diantaranya adalah brief, Pra Produksi, Produksi, evaluasi , Pasca Produksi dan Outcome. . Film dokumenter ini diimplementasikan dengan menggunakan aplikasi Adobe Premiere CC 2015 dalam proses video editing, serta Adobe Photoshop CC 2015 untuk pembuatan desain keperluan film dokumenter. Kata Kunci : Seni Musik Tradisional, Burdah, Film Dokumenter, Cyclic Strategy.

Penggunaan Film Dokumenter sebagai Media Pembelajaran Sejarah

EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana fungsi dan manfaat film documenter dalam pembelajaran sejarah, dan (2) untuk mengetahui bagaimana upaya guru dalam memanfaatkan film documenter sebagai media pembelajaran sejarah. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode kualitafif deskriptif. Penelitian ini lakukan di SMA N 1 Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber informan dalam penelitian ini yakni guru sejarah dan peserta didik kelas XI SMA 1 Rasau Jaya. Hasil Penelitian ini sebagai berikut: (1) film documenter memiliki fungsi dan manfaat membantu guru sejarah dalam menyampaikan materi pembelajarannya, karena film dokumenter yang bertemakan sejarah berisikan fakta dan data sejarah sehingga materi yang disampaikan lebih mudah diterima oleh peserta didik, selain itu pemanfaatan film documenter memiliki manfaat bagi guru dan peserta didik. Pertama bagi guru, untuk membantu guru...

Kolaborasi Pembuatan Film sebagai Etnografi

Antropologi Indonesia, VOL. 39 NO. 2, , 2018

This paper explores the conceptual and methodological thinking of an ethnography of a collaborative film making with traditional Javanese performance groups, adapting their work from the stage to the screen. This paper specifically offers ethnography as practical research involving researchers and research subjects conducting film projects together. This project has indeed practical and research objectives. The practical goal is to collaborate with traditional rural performance groups, to help facilitate the exploration of their new media and express themselves through film. The research objective of this project is to record, understand and analyze the process, while laying the foundation for further collaboration and research in other contexts and with different communities.

Bagaimana Film Sejarah Membangun Dunia Masa Lalu dalam Layar

Popularitas film sejarah--atau mungkin beberapa orang lebih nyaman menyebutnya film berlatar sejarah--telah lama memikat berbagai kalangan untuk menikmati, mengapresiasi atau mengkritik, gambaran masa lalu yang hadir di layar. Film sejarah selain menghadirkan masa lalu yang hidup dan bergerak, dan juga menawarkan emosi yang bisa dirasakan langsung oleh para penonton, seolah mereka bisa mengalami sendiri peristiwa di masa lalu. Namun, emosi dan dramatisasi yang dihadirkan dalam film seringkali dikritik oleh sejarawan karena mendistorsi dan mengabaikan akurasi dari data dan fakta sejarah. Bagi sebagian sejarawan, sejarah yang hadir di layar tidak pernah lebih baik daripada sejarah yang ditulis.

Perjalanan Menuju Dokumentasi yang Modern di Indonesia

Tugas Matakuliah Penerbitan Media 2022, 2022

Sejatinya segala kegiatan manusia sejak dahulu selalu berkaitan dengan dokumentasi. Kemudian, mulai muncul teori-teori terkait dokumentasi yang dipelopori oleh Paul Otlet. Mengikuti jejak Paul Otlet, beberapa tokoh lainnya mulai mendalami dokumentasi, dan berhasil menemukan berbagai teori yang saling melengkapi. Di Indonesia sendiri dokumentasi masuk ditandai dengan bergabungnya Indonesia menjadi anggota FID. Selama masa perjalanannya, dokumentasi sempat berada dalam posisi dimana dokumentasi menjadi terlupakan dan keberedaannya tergantikan oleh istilah informasi. Kemudian muncul istilah Neo-Documentalist yang akan menjadi langkah awal untuk kembali mengembangkan dokumentasi. Selanjutnya, diharapkan perkembangan dokumentasi yang semakin modern turut mengawal perkembangan zaman.

Film Sebagai Aset Diplomasi Budaya

Capture : Jurnal Seni Media Rekam

Indonesia's cultural wealth is one of the potential strengths to create harmony and the formation of national character. Cultural diffusion through diplomacy is a way that can build a good dialogue about the worthy values in culture to a wider society. The film consists of two elements, namely, the narrative element as a story builder framed in a theme to sharpen the story message. And cinematic elements that provide audio-visual support clearly and more detailed. The ability of films for diplomacy purposes in communicating the cultural values of this nation has no doubt. Film is a combination of various fields of art that flows unity in one and is supported by technology so that the film has the ability to be an effective medium of communication in the current era.

Pemuliharaan Warisan Terpinggir: Menanggap Peranan Medium Sinema

Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication, 2016

Amalan pemuliharaan warisan kesenian dan kebudayaan sesuatu masyarakat yang wujud di Malaysia adalah sebahagian daripada proses memperkasakan jati diri bangsa Malaysia yang terkenal dengan kerencaman etniknya. Amalan ini sering dikaitkan dengan impak fenomena ‘globalisasi budaya’. Hal ini berupaya ‘menenggelamkan’ budaya peribumi supaya menjadi semakin tidak signifikan lagi dalam arus modenisasi. Peranan filem dalam membentuk daya fikir masyarakat bertujuan agar masyarakat menghayati dan mengingati budaya bangsanya. Ini telah menimbulkan persoalan mengenai kemampuan filem dalam menyemai aspirasi perubahan sesebuah bangsa. Amnesia ini boleh dan sedang dicegah oleh sebilangan kecil intelektual seni dan budaya yang gigih membentuk daya imaginasi dan daya fikir masyarakat dengan menggunakan kerangka ‘ voyage-in’ atau ‘mengarus-balik’ yang dikemukakan oleh Edward Said (1993). Makalah ini menyorot perjuangan pemuliharaan 2 antologi tarian zapin dan wayang kulit dalam filem Zaleha Ayam Pa...