STUDI IDENTIFIKASI INDEKS KEKERINGAN HIDROLOGIS PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus pada DAS Brantas Hulu : Sub-DAS Upper Brantas, Sub-DAS Amprong dan Sub-DAS Bangosari) (original) (raw)

IDENTIFIKASI TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) RIAM KANAN

Abstrak Salah satu faktor yang menyebabkan kondisi Sub DAS Riam Kanan di Kalimantan Selatan menjadi kritis adalah pembukaan lahan di sepanjang aliran sungai akibat penggunaan lahan oleh masyarakat yang tidak menerapkan teknik-teknik konservasi tanah yang tepat. Akibatnya fenomena kejadian banjir, tanah longsor, kekeringan dan pencemaran kualitas air akan meningkat apabila kondisi DAS tersebut tidak segera ditangani dengan upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah. Tujuan penelitian ini untuk memetakan tingkat bahaya erosi di sepanjang Sun DAS Riam Kanan. Software ArcView GIS 3.3 adalah program yang berbasis SIG yang dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisa objek-objek serta fenomena-fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting untuk dianalisis sehingga dapat mempermudah proses visualisasi dan eksplorasi geografis dari data sekunder yang diperoleh khususnya dalam mengidentifikasi tingkat bahaya erosi pada wilayah studi Sub DAS Riam Kanan ini. Hasil penelitian menunjukkan di sepanjang Sub DAS Riam Kanan teridentifikasi tingkat bahaya erosi kriteria ringan dengan luas 120.590,81 ha (73,19 %), kriteria sedang seluas 34.859,34 ha (21,16 %), dan kriteria sangat berat seluas 9318,00 ha (5,66 %). Abstract Riam Kanan Sub Watershed is one of the Sub Watersheds that has a critical condition in South Kalimantan. One of the factors that cause the Riam Kanan Sub Watershed condition became critical was land opening along the river due to the use of land by people who did not apply the appropriate soil conservation techniques. Due to the critical condition of the watershed, the phenomenon of floods, landslides, and droughts and water pollution will increase if the condition is not treated immediately by land rehabilitation and soil conservation. Software ArcView GIS 3.3 is a GIS-based program that is designed to collect, store, and analyze objects and phenomena where geographic location is an important characteristic for analysis to ease the visualization and geograph exploration process from secondary data to identify erosion potential of the study area Riam Kanan Sub Watershed.Research showed that along Riam Kanan Sub Watershed, 120.590,81 ha (73,19%) of the area was identified to possessed light, 34859.34 ha (21.16%) had midde 0hazard erosion rate and 9318.00 ha (5.66%) experienced severehazard errosion rate.

INDEKS KEKERINGAN HIDROLOGI UNTUK EVALUASI KEKERINGAN PADA BENDUNG IRIGASI DI WILAYAH SUNGAI PEMALI-COMAL

ABSTRAK Kekeringan disebabkan oleh kurangnya curah hujan dari kondisi normal, dinamakan sebagai kekeringan meteorologi, yang jika berlangsung cukup lama akan menyebabkan kekeringan hidrologi, yaitu mengeringnya debit sungai dan menurunnya muka air danau dan air tanah. Untuk dapat menentukan awal, akhir, dan tingkat keparahan kekeringan maka digunakan indeks kekeringan. Salah satu jenis indeks kekeringan hidrologi (IKH) yang populer adalah Standardized Runoff Index (SRI), serupa dengan indeks kekeringan meteorologi Standardized Precipitation Index (SPI), dimana data asli dihitung rerata berjalan, transformasi distribusi statistik, dan dengan Theory of Run dipotong pada suatu ambang, sehingga bagian yang berada di bawah ambang adalah tingkat kekeringan. Penelitian ini mengkaji kinerja IKH SRI dengan berbagai kombinasi parameter, yaitu: 1) rerata berjalan untuk 1, 3, 6 dan 12 bulan; 2) distribusi statistik Normal, Log-Normal dan Gamma, serta 3) ambang potong debit rata-rata dan debit andalan Q80% secara tetap dan bulanan. Kinerja IKH dinyatakan dengan besarnya korelasi indeks kekeringan terhadap data luas sawah terkena kekeringan. Lokasi penelitian adalah pada bendung irigasi di Wilayah Sungai Pemali-Comal, yaitu Bendung Notog dan Kramat, dengan menggunakan data debit sungai bulanan dari tahun 2003 sampai dengan 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kombinasi distribusi, dan ambang batas berkorelasi baik terhadap data dampak kekeringan, menunjukkan semua kombinasi tersebut dapat digunakan sebagai IKH. Korelasi tertinggi dicapai pada distribusi Log-Normal, ambang tetap debit rata-rata, dan rerata berjalan 3 bulanan. Kombinasi parameter IKH ini disarankan untuk digunakan dalam mengevaluasi dan memantau kondisi kekeringan di WS Pemali-Comal. Dengan melengkapi analisis pada berbagai bendung irigasi di Indonesia, maka pemantauan dan evaluasi kekeringan secara nasional akan dapat diwujudkan untuk mitigasi bencana kekeringan. Kata kunci: kekeringan, kekeringan hidrologi, indeks kekeringan hidrologi, luas sawah terkena kekeringan, evaluasi kekeringan, pemantauan kekeringan, mitigasi, Pemali-Comal

KAJIAN KEBERLANJUTAN ALIRAN DASAR SUNGAI MELALUI ANALISIS KURVA RESESI HIDROGRAF PADA DAS KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH

Jurnal Hutan Pulau-Pulau Kecil Vol.1 No.3 2017 , 2017

The streamflow hydrograph recession curve notes that behavior of the relationship between the aquifer structure and dependencies with the groundwater outflow towards river basin channel. The recession behavior of river basin hydrographs will investigate to understand the hydrology processes of the river basin in the future. This research was conducted with the aim: to analyze the characteristics of the baseflow recession based on the parameters and coefficients of the recession, and the shape of the individual recession curve and the master recession curves both manually and through the processing of genetic algorithms using a linear reservoir model of hydrooffice software package recession curve (RC) 4.0. The results of the visualization of the recession curve shape of the watershed of the research shows there is a very interesting trend in the watershed storage process.The characteristics of the baseflow recession to research watershed with the recession curve slope describe the baseflow recession conditions, especially excellent water storage. The river basin of Keduang have the form of a relatively sloping recession curves, both individual and master recession curve with relatively high recession constant ranged between 0,80 – 0,90 have baseflow recession characteristic is excellent, i.e. the watershed water storage which is the higher volume of water storage.

PENGGUNAAN FREE & OPEN SOURCE SOFTWARE (FOSS) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK BIOFISIK DAERAH ALIRAN SUNGAI MANIKIN

All the impacts from climate change that take places in the land it also will occurs in the watershed. Indonesia Goverment Regulation No. 37/2012 about Watershed Management were clearly stated the identification of watershed characteristics as the first step to achieve integrated watershed management in order to solve many problems including the negative impacts of climate changes. From this perspective, Geographic information system (GIS) can be used as the key to fullfil this needs regarding to the rapid improvement in the geospastial packages nowadays. One evidence is can be seen from the avability of free and open source softwares (FOSS) of GIS as solution for many problems related with the commercial GIS packages without loosing of functions and many others advantages. The aim of this research is to determine the characteristics of Manikin Watershed by the application of FOSS GIS. This research was conducted in Manikin watershed that located in West Timor during September-November 2015. This research was carried out by the intepretation on free data of LANDSAT and digital elevation model (DEM) and used FOSS GIS (SAGA GIS & Quantum GIS) to analysis these data. Furthermore, this research is divided by two step (preprocessing and analysis) in order to analyse several indicators of watershed biophysic that consist of description of watershed location in the districs and sub districs level, the average and pattern of annual rainfall, topography, morphometric and land cover. The result has shows that Manikin watershed is located in the " transboundary " administration area although more dominantly in the Kupang Distric. This watershed also have 1.628 mm/year in average of annual rainfall that can be classify as low annual rainfall. In the northern area tends to be more plain and have lower elevations rather than in the southern area that dominating by steeper slopes and higher elevations that indicating the watershed divide area (lower to upper) in this respect. The size of Manikin watershed is relatively small (11.235,63 hectares) and it will influence the water yield to be lower regarding to the small area of catchment during the rainy season. Also, with strahler order classification shows that there are 5 different types of streamline order. Land cover in Manikin watershed was dominanting by shrubland that occupying 50.61% of entire watershed, while forest land cover is only found in the relatively small area (13.64%). Moreover, although in this research is only used FOSS GIS packages and free data (Landsat & DEM) but it can give the similar results of watershed characteristics identification like the commercial GIS softwares.

APLIKASI SIMODAS UNTUK PENENTUAN HIDROGRAF BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOKOTENIHAWU PULAU SABU NUSA TENGGARA TIMUR

River flood discharge is an indicator of the ability of a watershed to collect and drain rainwater. Of flood discharge is known to regulate the ability of a watershed hydrologic process. Information flood discharge can be used as a reference to estimate the maximum flood that occurred in a watershed. SIMODAS is software that can be used as information systems and hydrologic models for watershed management. This software is developed by integrating hydrologic models and spatial spread of Geographical Information Systems (GIS). This study aims to predict the flood hydrograph at the Lokotenihawu watershed, Sabu Island, Nusa Tenggara Timur using SIMODAS. The method used in this study is to estimate the spatial analysis of flood hydrograph at the Lokotenihawu watershed, Sabu Island, Nusa Tenggara Timur. Based on the results of the simulation models, it is known: 1) hydrograph obtained using SIMODAS in Lokotenihawu watershed having a hydrograph ordinate rapid rise but long descent. With a peak discharge of 9.322 m3/second and a volume of 338,400 m3. 2) SIMODAS is a model that has the ability to get data closer to field conditions, this is because SIMODAS an integration of hydrologic models with a geographic information system that can accommodate changes in the spatial interactive watershed. PENDAHULUAN Debit banjir sungai merupakan indikator dari kemampuan suatu DAS untuk menampung dan mengalirkan air hujan. Dari debit banjir dapat diketahui kemampuan suatu DAS untuk mengatur suatu proses hidrologi. Informasi debit banjir dapat digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan besarnya banjir maksimum yang terjadi pada suatu DAS. Informasi debit banjir sungai akan memberikan hasil lebih bermanfaat bila disajikan dalam bentuk hidrograf. Hidrograf dapat digambarkan sebagai penyajian grafis antara salah satu unsur aliran dengan waktu. Bentuk hidrograf pada umumnya sangat dipengaruhi oleh sifat hujan yang terjadi, akan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh sifat DAS yang lain seperti panjang sungai induk, kemiringan lereng DAS, arah DAS dan bentuk DAS (Sri Harto, 1993). Debit banjir dalam bentuk hidrograf banjir dapat digunakan untuk melakukan pendugaan banjir maksimum pada suatu DAS. Kurangnya ketersediaan data hidrograf merupakan suatu kendala dalam perencanaan bangunan air serta perencanaan dan merancang penanggulangan bencana banjir yang baik. Sehingga diperlukan suatu model hidrologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir pada suatu DAS. Penggunaan model hidrologi sebar keruangan memungkinkan untuk memprediksi proses-proses hidrologi dan hidraulik pada berbagai tempat dalam DAS dan atau daerah banjir dan pada kejadian banjir atau waktu tertentu (Sutanhaji, 2005). Integrasi model hidrologi sebar keruangan dan Sistem Informasi Geografis (SIG) mampu mensimulasikan proses hidrologi dengan menampung perubahan-perubahan keruangan dalam DAS secara interaktif, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan dengan efisien, efektif dan akurat dalam perencanaan DAS dan usaha-usaha perbaikan kondisi DAS. Model Hidrologi Sebar Keruangan (SIMODAS) adalah perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai sistem informasi dan model hidrologi untuk pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Perangkat

PERANAN AGROFORESTRI DALAM MEMPERTAHANKAN FUNGSI HIDROLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS

After a century of attention for 'watershed management' there is still a remarkable lack of clear criteria and indicators of the hydrological functions that society expects to be met from water catchment areas. The lack of realistic expectations leads to large public investments in 'reforestation' that are unlikely to achieve value for the money spent. Hydrological functions of watersheds, given the rainfall that the area receives, include the capacity to (1) Transmit water, (2) Buffer peak rain events, (3) Release water gradually, (4) Maintain water quality, (5) Reduce mass wasting (such as landslides), (6) Reduce soil erosion, and Maintain micro climate.

Pemanfatan Sistem Informasi Geografis (Sig) Untuk Pemetaan Imbuhan Airtanah Dan Kerentanan Airtanah DI Kawasan Karst (Studi Kasus DI Kecamatan Paliyan Dan Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul)

2017

Pemetaan imbuhan airtanah dan kerentanan airtanah merupakan bagian yang penting dalam upaya pengelolaan kawasan karst. Penelitian ini dilakukan di sebagian Kawasan Karst Gunungsewu di Kecamatan Paliyan dan Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran spasial tingkat imbuhan airtanah dan tingkat kerentanan pencemaran airtanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah APLIS yang memanfaatkan sistem informasi geografis (SIG) dengan analisis tumpangsusun (overlay). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian tempat (elevasi) dari permukaan laut, kemiringan lereng, litologi (batuan), zona infiltrasi, dan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai imbuhan airtanah dan tingkat kerentanan airtanah meliputi tingkat sangat rendah sampai dengan tinggi.