Europe: Crossing Borders, Facing Contradictions [in] Remixing Europe (original) (raw)
Related papers
How Europe Remained Mostly White: Maintaining Boundaries, Restricting Access
Blackness in Western Europe, 2017
SD Muhammadiyah Sawangan merupakan sekolah yang telah terakreditasi A sementara SMP 19 Muhammadiyah Sawangan merupakan sekolah yang telah terakreditasi B. Kedua sekolah ini telah lama berdiri di Sawangan Depok dan memiliki sejumlah guru yang sangat berpengalaman dalam mengajar. Namun masih sedikit guru yang sudah bisa dan menguasai komputer dengan baik, hampir secara keseluruhan guru-guru dilingkungan mitra masih awam dalam menggunakan perangkat komputer khususnya powerpoint. Abdimas ini memberikan pelatihan powerpoint secara umum, pengenalan fitur-fitur dan penggunaanya dalam pembuatan suatu file Powerpoint yang dapat memberikan nilai tambah dalam penyampaian bahan ajar. Dalam penyampaiannya, peserta dikelompokkan dalam 2 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang terdiri dari guru-guru SMP 19 Muhammadiyah, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang terdiri dari guru-guru SD Muhammadiyah. Hasil yang diperoleh dari pelatihan ini cukup berdampak positif, pihak mitra menyatakan kepuasannya terhadap pelatihan yang telah dilaksanakan.
Émigré Creativity in a Historical Context
Society, 2019
Émigré writers such as Kahlil Gibran and Mikhail Naimy proved that it is possible to transcend their historical limitations to become leading literary figures. An examination of the historical context of these writers is important for a rich understanding of their works. The themes addressed in such literary works are better appreciated within their cultural environment, and not as objects detached from their times, author and readers[1]. It can be rightfully argued that such works cannot be fully appreciated without delving into the intricacies of the political ideologies and economic crises of previous centuries. This article does not aim to perform such an undertaking, regardless of its literary merit; however, it presents an overview of the historical context surrounding the Émigré literary movement as a product of two cultures bridged by immigration at the turn of the 20th century. This is based on the belief that a profound critical engagement with Émigré works is better achie...
Eurovision Song Contest dalam Menciptakan Identitas Bersama Eropa
European integration is a priority for countries in Europe. One of the ways in pursuing European integration is to establish a common European identity. By conducting the Eurovision Song Contest (ESC) since 1956, this media event is expected to create a common European identity. By competing participantas from each of the European countries as a concept of the show, the annual event grabbed a massive attention from the European society. In 2016, the ESC was awarded Charlemagne Medal, the most prestigious award in Europe given by Society for the Conferring of the International Charlemagne Prize of Aachen, since the ESC has given a major contribution to European unity. It then raises a question of how, as a competition event among each country, ESC unite these countries in a common identity. This article examines how the development of ESC in European society and the reason why the ESC can unite the people of Europe in a common identity. Integrasi Eropa merupakan salah satu prioritas bagi negara-negara di Eropa. Salah satu cara dalam mengupayakan integrasi Eropa adalah dengan membentuk suatu identitas bersama Eropa. Dengan mengadakan Eurovision Song Contest (ESC) sejak tahun 1956, diharapkan dapat menciptakan identitas bersama Eropa. Dengan format acara ajang kontes menyanyi antar peserta yang mewakili masing-masing negara Eropa, acara tahunan tersebut meraih perhatian yang sangat besar dari masyarakat Eropa. Pada tahun 2016, ESC menerima penghargaan Charlemagne Medal, penghargaan paling bergengsi di Eropa yang diberikan oleh Society for the Conferring of the International Charlemagne Prize of Aachen kepada ESC sebagai media yang telah memberikan kontribusi besar terhadap persatuan Eropa. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan bagaimana sebagai sebuah ajang perlombaan antar masing-masing negara ternyata dapat menyatukan negara-negara tersebut dalam satu identitas yang sama. Dalam artikel ini, diulas bagaimana perkembangan ESC dalam masyarakat Eropa dan penyebab mengapa ESC dapat menyatukan masyarakat Eropa dalam satu identitas yang sama.
From Sevilla to the world: the transnational and transgeneric initiative of La Zanfoña Producciones
Contemporary Spanish Cinema and Genre, 2009
This chapter analyses the works of the Sevillian production company La Zanfoña from a generic and a transnational perspective. La Zanfoña is taken as an example of the de-centralization of the Spanish audiovisual industry in the 1990s and 2000s. Among other things, the chapter looks at films such as El factor Pilgrim (2000), Astronautas (2004) or 7 vírgenes (2005), offering one of the first studies of filmmaker Santiago Amodeo or the presently acclaimed director Alberto Rodríguez.
Brexit, Integrasi Eropa dan Regionalisme ASEAN
Abstrak Kemenangan Brexit dalam referendum tanggal 23 Juni 2016 yang lalu menimbulkan spekulasi mengenai disintegrasi Uni Eropa. Banyak orang percaya bahwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan disusul oleh negara-negara anggota Uni Eropa yang lain. Integrasi regional akan berakhir dengan tragis. Seperti halnya gempa bumi yang meluluh-lantakkan apa yang ada di permukaan bumi, Brexit akan menghancurkan tatanan ekonomi dan politik Eropa yang semakin tersentralisir di Brussel dan mengembalikan kedulatan ke masing-masing negara. Tulisan ini tidak menyangkal bahwa keputusan rakyat Inggris untuk keluar dari Uni Eropa memiliki dampak yang besar bagi Eropa. Memahami Brexit sebagai awal dari disintegrasi Eropa adalah sebuah kesimpulan yang terlalu prematur dan berlebihan. Integrasi regional di Eropa yang telah mengubah interaksi antar negara serta geopolitik di Eropa menjauh dari karakter yang zero-sum terlalu berharga untuk dikorbankan. Tidak ada negara yang siap untuk melakukannya, termasuk Inggris. Bagi ASEAN, Brexit memberikan pelajaran berharga bagi regionalisme yang semakin berkembang di Asia Tenggara. Brexit , keluar dari Uni Eropa, adalah keputusan yang diambil oleh rakyat Inggris melalui referendum tanggal 23 Juni 2016. Banyak pengamat, media maupun para politisi melihat keputusan tersebut sebagai sebuah gempa bumi yang dahsyat dan menimbulkan reaksi berantai menuju ke disintegrasi Eropa (BBC 2016; The Guardian 2016). Keputusan yang tak terbayangkan sebelumnya itu, sekarang menjadi realitas yang harus dihadapi oleh Eropa. Sekalipun masih harus melalui proses negosiasi yang panjang, rumit dan mungkin juga alot sebelum akhirnya Inggris secara resmi keluar dari Uni Eropa, hasil referendum secara jelas mengisyaratkan bahwa Eropa tidak lagi sama seperti sebelumnya. Dan, dengan kapasitas Uni Eropa sebagai kekuatan global, tidak dapat dipungkiri 'gempa bumi' Brexit tidak hanya berdampak bagi Eropa, melainkan juga global. Tulisan ini berargumen bahwa
EU External Action in International Economic Law and the Challenges Posed by the EU’s Hybrid Nature
2020
serta bagaimana sosiologi hukum Islam terhadap faktor dan upaya pencegahan pernikahan dini di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Hukum dilihat dari prespektif sosiologi, hukum dan penegaknya tidak dapat bisa dilepaskan dengan objek atau masyarakat korelasi itu tidak akan bisa dipisahkan, selain karena masyarakat adalah objek, prespektif sosiologi memandang bahwa hukum yang efektif adalah hukum yang hidup di masyarakat.