Peninggalan Arkeologis di Kepulauan Bacan (original) (raw)
Related papers
Peninggalan Arkeologi Kolonial DI Kota Tomohon
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat, 2013
Tomohon city has a variety of potential archaeological resourcesr, from prehistoric era until Colonial era. Archaeological resources from colonial era in Tomohon currently still well maintained and utilized by the community. Archaeological resources from colonial era includes building a house of worship, school buildings, hospital buildings, and the building of homes. This research using descriptive eksploratif methods, with inductive reasoning, moving from the study of the facts or specifi c symptoms then summed up as symptoms of a general nature. Data collection using surveys, interviews and literature studies. Utilization of reserve building in the City of Tomohon Colonial culture largely remains as the initial function, namely as a house of worship, schools, hospitals, and home living.
Tinggalan Arkeologi Di Pura Penataran Kacang Bubuan Mas
Humanis, 2019
In Bali, the archaeological remains is still functioned and sanctified by the public by placing them in a temple, one of them is Penataran Kacang Bubuan Mas Temple, Ubud, Gianyar regency. The methodin this study is a qualitative committee method which will produce desktiptif data in the form of written words. Data analyis being applied in this research is the qualitative analysis,iconography analysis and contextual analysis. Some theories being applied in this research is the functional theory and semiotics theory. Based on the analysis, the conclusions are drawn in the form of archaeological heritage of 1 piece Ganesha statue,1 piece simpel statue (primitive statue), 6 pieces embodiment statues of bhatari, 2 pieces embodiment statues of bhatara, 1 piece lingga (tribhaga), 2 pieces animal statues, 1 piece priest statue, 1 pieces clownman statue, 4 pieces fragments of statues, 1 piece fragment waterless building fragment, 1 piece natural stone. Archaelogical remains in Penataran Kaca...
Kapata Arkeologi, 2016
Archaeological cultural resources in the Maluku Islands consist of a variety of aspects, including Prehistoric, Historic, Islamic, colonial and Ethnoarchaeology. These aspects are categorized in helping the mapping of archaeological research in the Maluku Islands. Functional structural archaeological remains integrated in the cultural unity of the social system as a symbolic interaction. Maluku Archipelago covers the two areas, namely Maluku and North Maluku. The problem this paper is how archaeological resources can show the interpretation of symbolic interaction. Archaeological remains (cultural resources); dolmen, caves, castles, old country/old settlement, menhirs, sultanate, Kapata / folklore is the basic structure of cultural understanding in the Maluku Islands. The goal is to know and understand the remains, archaeological remains were able to reconstruct the culture of human society Maluku Islands. Approach to research using library study. From the research that archaeologic...
Dua Peninggalan Arkeologi DI Kabupaten Bulungan: Telaah Materialisme Dan Unsur Enigma
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi
Mengaitkan tinggalan arkeologi dengan humanisme bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi menyadari bahwa arkeologi dekat dan bagian dari humanisme adalah suatu keniscayaan. Ada dua peninggalan arkeologi yang memiliki kesamaan yaitu dikenal kerena memiliki cerita yang bercampur dengan mitos, kepercayaan yang tak masuk akal atau dikenal dengan istilah misterius atau enigma. Peninggalan itu adalah batu tegak Lahaibara di Sungai Kayan, dan peninggalan Makam Syeh Maulana Maghribi di Sungai Pimping. Secara administratif kedua peninggalan arkeologi tersebut terletak di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Melalui metode observasi dan berpikir kontemplasi filsafat perennial digunakan untuk menjelaskan kemisteriusan atau enigma dari peninggalan-peninggalan tersebut. Pesan humanis yang bisa diperoleh bersifat hakiki menyangkut kearifan yang diperlukan dalam menjalankan hidup yang menjadi hakekat dari seluruh agama-agama dan tradisi–tradisi besar spiritualitas manusia. Peninggalan arkeo...
Pemetaan Potensi Tinggalan Arkeologi Masa Klasik DI Kabupaten Sarolangun
Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia
Penelitian ini membahas potensi tinggalan Arkeologi dari masa klasik (Hindu-Buddha) di wilayah Kabupaten Sarolangun. Pada tahun sebelumnya telah dilakukan penelitian serupa dengan cakupan Kecamatan Sarolangun dan hasilnya mengindikasikan adanya tinggalan Arkeologi klasik yang padat. Penelitian ini menggunakan metode predictive modeling yang dilaksanakan dengan Langkah awal penentuan titik-titik yang menurut toponim berkaitan dengan istilah klasik. Penelitian ini dilandasi oleh fenomena keberadaan kota-kota dan pemukiman di sepanjang aliran DAS Batanghari. Kabupaten Sarolangun dipilih karena sangat potensial menjadi tempat pendirian situs-situs masa klasik, terlebih lagi apabila dihubungkan dengan wilayah Kecamatan Sarolangun yang memiliki sensitivitas temuan masa klasik yang tinggi, indikasi toponim, dan keberadaan situs-situs serupa di wilayah sekitar, wilayah Kabupaten Sarolangun sangat penting untuk diteliti. Hasilnya menunjukkan adanya sebaran wilayah dengan sesitivitas tinggala...
Potensi Arkeologis Kepulauan Maluku
Amerta Berkala Arkeologi, 2015
Kepulauan Maluku dikenal dunia sebagai tempat produksi, jalur, dan tujuan pencarian rempah oleh negara-negara Eropa pada periode perdagangan masa lampau. Beberapa negara seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris telah memberi pengaruh perkembangan peradaban di Kepulauan Maluku. Beberapa penelitian di situs-situs bekas kerajaan Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo, dan bekas tempat kekuasaan lokal Orang Kaya di Banda telah memberi gambaran potensi sumberdaya budaya dan arti penting situs-situs itu bagi sejarah Nusantara. Belum semua informasi atau data yang diperoleh langsung dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas dengan berbagai media komunikasi. Untuk itu diharapkan data dan informasi yang ada dapat dimanfaatkan untuk kepentingan berbagai hal. Metodenya dengan memperlihatkan nilai penting dari hasil penelitian situs dan tinggalannya serta memberikan berbagai bentuk pemanfaatannya. Hasil pemanfaatannya antara lain melalui media penyaluran informasi publikasi, pengeluaran peraturan/ kebijakan, tata lingkungan, pengembangan wisata, program pendidikan, pengembangan konsep baru, pengembangan museum. Regulasi yang lebih membuka peluang peran publik dalam pengelolaan dan penyajian benda budaya juga masih perlu dikembangkan.Termasuk di dalamnya peningkatan berbagai bentuk program pameran, pendidikan, dan event yang lebih berorientasi kepada masyarakat. Abstract. Archaeological Potency of Maluku Islands and Its Utilitations. Maluku islands is known to the world, especially European countries, as a producer, part of trade route, and destination of spices during the trade period in the past. Some countries such as Portugal, Spain, the Netherlands, and the United Kingdom have influenced the development of civilization in the Maluku islands. Several studies on the sites of the former kingdoms of Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo, and the former site of the local authority of the rich society in Banda has given an overview of cultural resource potential and importance of the sites for the history of the archipelago. Not all the information or data obtained can be utilized directly for the benefit of the wider community with diverse communication media. Therefore it is hoped that the available data and information can be utilized for various purposes by showing their important values of sites and their finds as well as the variety of proper uses, among others publications, issuance of regulations/policies, environmental management, tourism development, educational programs, development of new concepts, or establishing and improving museums. Regulations that provide more opportunity for public involvement in management and display of cultural heritage items – such as exhibitions, education, and events that are more community-oriented – also need to be made.
Bencana Masa Lalu Di Kepulauan Maluku: Pengetahuan Dan Pengembangan Bagi Studi Arkeologi
Amerta Berkala Arkeologi, 2014
Bencana alam adalah fenomena yang senantiasa melekat dengan Kepulauan Indonesia sebagai suatu kawasan. Gempa bumi, aktivitas vulkanik hingga banjir telah menjadi pengalaman periodik dalam kehidupan masyarakat di wilayah ini. Karakteristik geografis Indonesia yang berada pada pertemuan lempeng-lempeng aktif serta bagian dari mata rantai vulkanis global adalah faktor natural yang membuat kepulauan ini rentan bencana. Tak heran selama satu dekade terakhir saja beberapa bencana besar telah terjadi. Studi sejarah budaya juga mencatat tentang fenomena bencana alam pada masa lalu di Nusantara. Ada yang memiliki dampak minim, namun ada juga yang berakibat hilangnya peradaban. Sebagai bagian dari himpunan luas pulau-pulau di sudut tenggara Asia, Kepulauan Maluku dihadapkan pada situasi serupa.Wilayah ini juga rentan terhadap bencana alam. Dengan karakteristik wilayah yang juga arsipelagik, Kepulauan Maluku menjadi saksi atas aktivitas alam yang terjadi di masa lalu. Tulisan ini mencoba mengamati fenomena bencana alam pada masa lalu di wilayah Kepulauan Maluku dari sudut pandang arkeologi dan kajian sejarah budaya.Studi pustaka dipilih sebagai pendekatan dalam kajian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa bencana alam telah menjadi fenomena yang melekat dengan perkembangan sejarah budaya di Maluku. Beberapa di antara bencana masa lalu tersebut bahkan menjadi faktor kunci dalam proses sejarah budaya di wilayah ini. Diharapkan kajian pada tahap mula ini dapat menjadi sumbangan pemikiran arkeologi dan kajian sejarah budaya dalam pengembangan model mitigasi bencana alam di Maluku. Abstract. Natural Disaster in The Past in The Islands of Moluccas: The Knowledge and Development For Archaeological Studies. Natural Disaster is a phenomenon that is a part of Indonesia's regional characteristics. Earthquakes, volcanic activities, and floods are periodical experiences for the people living on these islands. The geographical characteristics of Indonesia that is located in the collision area of active plates, and is part of global volcanic chains are the natural factors that make this region vulnerable to natural disasters. Hence, during the last decade alone a number of major natural disasters have occurred. Cultural historical studies of the region also recorded natural disaster phenomena in the past. Most of the events might have minor impacts, but several natural disasters of the past have resulted in loss of civilizations. As part of the vast groups of islands at the corner of the Southeast Asia Archipelago, the Moluccas faces similar situation. This region is vulnerable to natural disasters. Geographically constructed as an archipelagic region, the Moluccas had witnessed a number of disaster events in the past. This article tries to discuss the natural disaster phenomena in the Moluccas by framing the issue in the archaeological and cultural historical perspectives. Bibliographical study has been adopted as an approach in this research. This study found that natural disasters have become an inherent element in the cultural historical development of the region. Furthermore, several past events have become the key factors in the cultural historical process of the islands. It is expected that this preliminary research will positively contribute to the development of natural disaster mitigation model in the Moluccas.
Arkeologi di bagian barat laut provinsi Sumatera Barat
2007
Catatan sejarah menunjukkan bahwa setidak-tidaknya pesisir barat Pulau Sumatera telah berkembang sejak abad ke-14, ketika Kerajaan Pagaruyung diperintah oleh Adityawarman. Seiring perjalanan waktu, kebudayaan di sana berkembang silihberganti, dari masa prasejarah ke masa Hindu/Buddha, kemudian masa pengaruh Islam, dan kelak masa pengaruh kolonial Belanda. Perkembangan kebudayaan itu juga bergulir pada masa pendudukan Jepang, dan dilanjutkan pada zaman kemerdekaan. Jelas bahwa panjangnya sejarah masa hunian di daerah pesisir barat Sumatera itu meninggalkan sisa-sisa kebudayaan yang masih ada sampai saat ini.
Maluku Abad 13 Hingga Abad 20: Lanskap Arkeologi-Sejarah dan Perubahannya
Memindai Peradaban di Maluku: Buku Persembahan 25 Tahun Balai Arkeologi Maluku, 2020
Buku ini berusaha menggambarkan perjalanan kegiatan penelitian arkeologi yang telah dilakukan Balai Arkeologi Maluku selama 25 tahun, dari 1995 sampai 2020. Pada masa awal berdirinya Balai Arkeologi Maluku, kegiatan penelitian masih difokuskan pada kegiatan eksplorasi situs-situs, untuk mencari dan mendata tinggalan arkeologi yang ada di Kepulauan Maluku. Kondisi geografis Maluku yang berupa kepulauan mempunyai pengaruh yang besar terhadap bentuk budaya yang berkembang di dalamnya. Budaya maritim dengan tema perdagangan khususnya perdagangan rempah-rempah menjadi andalan kegiatan penelitian arkeologi di wilayah ini. Sampai pada munculnya bangsa-bangsa Eropa yang kemudian menguasai Maluku dengan pendirian benteng-benteng pertahanan di banyak pulau di Maluku. Banyaknya peninggalan benteng kolonial inilah yang membuat Maluku dijuluki “Negeri Seribu Benteng”.