Konsep Rezeki Perspektif Wahbah al-Zuhaili Dalam Tafsir al-Munir (original) (raw)
Related papers
Tair Ababil : Perspektif Muhammad Abduh dan Wahbah az-Zuhaili
Syams: Jurnal Kajian Keislaman, 2020
In interpreting "Tair Ababil", there are many differences in the various narrations regarding the meaning (definition) of Tair Ababil. Some interpret it rationally and some interpret suprational. The problem examined in this article is: what is meant by Tair Ababil in Qur'an, and how do Muhammad Abduh and Wahbah az-Zuhaili interpret the Tair Ababil? The type of research used in this paper is library research using a qualitative approach. The methods used in this research are thematic method (al-dirasah almaudhu'iyyah) and comparison method (Muqaran) with descriptive-analysis and comparative-analysis data analysis techniques. The authors concludes, in Qur'an, when mentioning birds with lapaz "tair", the context is birds in general, whereas when mentioning birds specifically, Qur'an will directly mention names such as "guraban" and "hud-hud". Muhammad Abduh interpreted "Tair Ababil" as flies, mosquitoes and even microbes, which carry smallpox disease while Wahbah az-Zuhaili interpreted "Tair Ababil" as a group of the smallest black birds carrying stones that cause smallpox. Muhammad Abduh and Wahbah az-Zuhaili have differences and similarities in interpreting "Tair Ababil", differing in the method of interpretation of Muhammad Abduh with ra'yu and Wahbah az-Zuhaili with riwayah. The same in interpreting the intermediary Tair Ababil destroying Abrahah and his troops, namely the spread of smallpox brought by Tair Ababil.
Ketetapan Rezeki Dalam Perspektif Al-Quran
Novia Inriani & Rachmad Rizqy Kurniawan, S.EI., M.M., P.hd, 2021
Various discussions contained in the Qur'an, one of which is regarding sustenance and effort. The issue of sustenance and business is very much discussed among the general public, some of whom say that sustenance can be determined by humans with effort, and there are also those who say that only Allah provides sustenance without the help of humans themselves. Indeed, humans only try and the results are determined by Allah SWT. In this study the author uses the maudhū'i (thematic) method. Then from the results of the study the authors conclude that, sustenance and effort are very closely related so that Allah says that the sustenance promised by Allah must be picked up with earnest effort, it does not mean that humans just stand still and expect that sustenance will come by itself, but sustenance that we get depends on the efforts we have done.
Fenomena Mukbang Dalam Perspektif Al-Qur’An Menurut Wahbah Az-Zuhali
2021
ABSTRAK “MUKBANG PERSPEKTIF AL-QUR’AN MENURUT WAHBAH AZ-ZUHAILI” Oleh: Yulian Khairani Fenomena Mukbang sudah menjadi tren yang popular pada akhir-akhir ini, yang mana Mukbang tersebut merupakan vidio atau siaran langsung, di mana ditampilkan seseorang yang sengaja makan dengan porsi besar di depan kamera untuk di jadikan sebuah tontonan atau hiburan. Mukbang Ini pertama kali dilakukan di Korea Selatan, dan sekarang sudah diikuti oleh Negara-negara lain bahkan di Indonesia. Namun banyak yang tidak tahu tentang bagaiman fenomena Mukbang ini menurut pandangan al-Qur’an. Penelitian ini yang berjudul “Fenomena Mukbang dalam Perspektif al-Qur’an Menurut Wahbah az-Zuhaili” memiliki rumusan masalah bagaimana penafsiran Wahbah az-Zuhaili terhadap ayat-ayat fenomena Mukbang, dan bagaimana Kontekstualisasi fenomena Mukbang dalam al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode Library Research. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan sekunder. Kemudian ...
Bisnis Syariah; Transaksi Tidak Tunai Menurut Pandangan Wahbah Al-Zuhaily Dalam Tafsir Al-Munir
Jurnal Tabarru', 2022
Bisnis adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan lewat jalur perdagangan. Perdagangan atau jual beli dilakukan secara tunai maupun secara tidak tunai. Terkait dengan ketentuan dalam transaksi tidak tunai, Allah SWT menyebutkannya dalam Al-Qur'an pada Surat Al-Baqarah ayat 282-283 secara jelas. Dalam ayat ini diterangkan pencatatan transaksi tidak tunai ini ditujukan untuk melindungi hakhak orang yang bertransaksi agar tidak terjadi kehilangan barang/uang sebagai akibat dari perselisihan. Pencatatan ini juga dikuatkan oleh adanya saksi dari orang yang berprilaku adil, benar dan tidak berpihak kepada salah satu yang bertransaksi, sehingga transaksi secara tidak tunai akan terhindar dari keraguan dan penyelewengan. Transaksi secara tidak tunai dewasa ini dilaksanakan dalam bentuk akad murabahah. Akad murabahah yang dipraktekan lembaga keuangan syariah memunculkan berbagai macam praktek-praktek yang menyimpang dari kaedah syariah seperti yang dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 282-283 ini. Terkait dengan penjelasan dalam bentuk tafsir ayat tentang transaksi secara tidak tunai ini, Tafsir Al-Munir karya Imam Az-Zuhaili menjelaskan secara rinci ketentuan-ketentuan dalam transaksi tidak tunai tersebut. Karena kajian dalam penelitian berdasarkan pada telaah atas bacaan-bacaan terutama bacaan dalam Tafsir Al-Munir, maka penelitian ini tergolong kepada penelitian kepustakaan dengan metode kualitatif.
Konsep Rezeki Menurut Al-Sa’DI
ProsA IAT: Prosiding Al Hidayah Ilmu Al-Quran dan Tafsir, 2019
This research is about the concept of sustenance according to al-Sa'di. This research was made because this concept is a concept with different people's views in understanding what sustenance is like, some believe that sustenance is a business that obtains it in any way with halal or haram that is important business. And some argue that the sustenance comes not only from effort, but with istigfar, takwa and prayer, god will facilitate and provide His sustenance. but with some notes in it. The goal is to know what al-Sa'di's view of the concept of Sustenance is. The object of this research, the concept of sustenance according to al-Sa'di. The source of the data is divided into two, the primary data from the commentary of al-Qurān al-Sa'di, Ibn Katheer and Al Muyassar. The interpretation of the Qur'an and the saheeh hadeeths contained therein. Second, secondary data are books and articles and articles related to the theme of this research, among them the Keys of Sustenance and other journals also related to the concept of sustenance. These data are found through library studies. The conclusion in this study is that the concept of sustenance according to al-Sa'di is that sustenance has become a guarantee for all beings to obtain it and is commanded to seek sustenance in a lawful and good way, then there should be no doubt in the soul about sustenance. Keywords: Concept of Sustenance According to al-Sa'di ABSTRAK Penelitian ini tentang konsep rezeki menurut al-Sa'di. Penelitian ini dibuat karena konsep ini merupakan konsep dengan keyainan orang berbeda pandangan dalam memahami rezeki itu seperti apa, ada yang meyakini bahwa rezeki itu adalah sebuah usaha yang mana mendapatkannya dengan cara apa saja dengan halal maupun haram yang penting usaha. Dan ada juga yang berpendapat bahwa rezeki itu datang bukan hanya dari usaha akan tetapi dengan istigfar, takwa dan doa maka Allah akan memudahkan dan memberikan rezekiNya. tetapi dengan beberapa catatan di dalamnya. Tujuannya untuk mengetahui bagaimanakah pandangan al-Sa'di terhadap konsep Rezeki. Objek penelitian ini, konsep rezeki menurut al-Sa'di. Sumber data terbagi menjadi dua, data primer dari kitab tafsir Al-Qurān al-Sa'di, Ibnu Katsir dan Al Muyassar. Tafsir Al-Qur'an dan hadits-hadits shahih yang di dalamnya terkandung. Kedua, data sekunder yaitu buku-buku dan artikel dan artikel yang berkaitan dengan tema penelitian ini, di antaranya yakni Kunci-kunci Rezeki dan jurnal-jurnal lain juga yang berkaitan dengan konsep rezeki. Data-data Data-data tersebut didapati melalui studi pustaka. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa ternyata konsep rezeki menurut al-Sa'di adalah bahwa rezeki sudah menjadi jaminan bagi semua makhluk akan mendapatkannya dan diperintahkan untuk mencari rezeki dengan cara yang halal dan baik, maka tidak boleh ada keraguan dalam jiwa tentang rezeki.
Sekilas Tentang Tafsir Wahbah Al-Zuhaily
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist, 2019
Berbicara tentang penafsir al-Qur’an tidaklah akan terlepas dari membicarakan para mufassir ataupun penulis kitab-kitab tafsir terdahulu. Hal itu karena para mufassir masa kini merupakan penerus mufassir sebelumnya. Kalaulah ulama’ itu pewaris para Nabi dan salah satu tugas Nabi adalah menjelaskan maksud al-Qur’an maka wajarlah sejak awal ulama’ itu mengerahkan tenaga untuk melestarikan tafsir al-Qur’an demi kemaslahatan umat sebagai problem solving hari ini maupun di masa yang akan datang. Salah satu ulama’ masa kini yang turut mengerahkan tenaga dalam melestarikan tafsir al-Qur’an adalah Wahbah bin Mushtafa al-Zuhaily. Ia telah berhasil membuahkan karya tafsir yang tidak mudah rasanya dicapai oleh kebanyakan orang. Cendikiawan asal Suriah itu telah meninggalkan kitab tafsir berjilid-jilid dengan uraian-uraian yang begitu padat. Tidak berlebihan kiranya kalau penulis katakan bahwa buah karya Wahbah bin Mushtafa al-Zuhaily merupakan “emas” yang sangat berharga dalam dunia ilmu al-...
Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam
Penelitian ini membahas tentang ghibah perspektif sunnah. Ghibah merupakan membicarakan aib orang lain dan orang tersebut tidak senang. Larangan melakukan gi}bah tegas disebutkan dalam al-Quran dan hadis.Dampak yang ditimbulkan gi}bah dapat di rasakan secara langsung, diantaranya perselisihan, permusuhan, dendam dikalangan masyarakat dan lain sebagainyaPeneltian ini menggunakan metode maudhuiy, tahliliy, ijmaliy, dan muqarin. Sedangkan pendekatan yang digunakan historis dan teologis normatif. Dan teknik analisis yang digunakan teknik interpretasi tekstual dan kontekstual.Hadis-hadis yang terkait dengan ghibah dapat dijadikan hujjah karena dari segi sanad dan matan tidak mengalami kecacatan. Ghibah dapat dicegah dengan selalu mengingat Allah swt. dan senantiasa bersyukur
Komparasi Maslahat Perspektif Al-Tufi Dan Al-Syatibi
In comparing the masculine concepts of these two figures, the researcher concluded that the concept of maslahat al-T} u> fi> and al-Sya> t} ibi> only had differences at the epistemological level. If al-T} u> fi> positions maslahat as a supremacy of the law which is higher than the nas, while al-Sya> t} ibi is more careful by trying to combine the text massively and not justifying the reason beyond the limit set. In this concept of maslahah, al-Sya> t} ibi > excels in elaborating his theory in more detail as the goal of the Shari'ah so that it develops into a whole theory> s} id, while al-T} u> fi > does not formulate maslahat theory in one form of writing as in al-Sya> t} ibi > with the book al-Muwa> faqa> t essay.
Konsep Al-Muwalah Dan Analisis Corak Tafsir Al-Munir
BASHA'IR: JURNAL STUDI AL-QUR'AN DAN TAFSIR
This article discusses the concept of al-muwalah and the style of interpretation of al-Munir by Wahbah az-Zuhayli. The method used is a qualitative descriptive approach with an interdisciplinary interpretation study approach. The primary source for the discussion of this article is al-Munir's interpretation which was obtained from the library. The finding of this article is that az-Zuhayli's interpretation of the concept of al-muwalah shows a comprehensive style of interpretation with multi-disciplinary approaches. The interpretation of the verses on the concept of al-Muwalah by az-Zuhayli reflects that his interpretation is not only traditional, but also contains dynamic, tolerant, moderate, and humanist principles. The article also concludes that al-Munir's interpretation is included in the category of literary interpretation (al-adabi waal-ijtima'i), not the interpretation of socio-political movements (Adab-ijtima'i-siyasi-haraki).
Halaf Perspektif al-Qur’an (Kajian Tafsir Tahlili Terhadap QS. al-Taubah/9: 74)
2018
Hasil penelitian ini menunjukkan: a) halaf adalah sumpah yang diingkari oleh orang munafik b) Wujud halaf yaitu: Pertama, bersumpah dengan menggunakan nama Allah; kedua, bersumpah bohong untuk meraih angan-angan dunia, ketiga, bertaubat dari perilaku halaf c) Halaf dalam QS. al-Taubah/: 74 juga mempunyai dampak yang buruk dalam berbagai aspek, baik duniawi maupun ukhrawi, yaitu pertama, azab di dunia dan di akhirat, kedua, tidak punyam pelindung di dunia ketiga, tidak punya penolong di duni