Bertumbuh dalam masalah (original) (raw)
Arif Budiman, 2020
Oktober. Bulan di mana hujan turun dengan pasrah namun kenangan justru semakin memarah. Tiap rintik yang membasahi Ibu Pertiwi mengingatkannya pada cinta yang
BANTEN DALAM KEMELUT PEMBANGUNAN
Telah berakhir pemilihan Kepala Daerah secara serentak tiga bulan silam, Banten memiliki Gubernur terpilih yang dilakukan secara Demokratis, meskipun menyisakan kekecewaan bagi sebagian masyarakat karena perbedaan suara yang tipis. Namun haruslah kita maklumi, karena itu bagian dari konsekuensi Demokrasi, yang harus dilakukan saat ini adalah mengawal pemerintahan yang baru agar harapan masyarakat secara umum dapat terpenuhi melalui visi dan misi yang sudah dikampanyekan saat pencalonan. Baiknya, sebagai masyarakat Banten, kita tidak boleh tersekat dikarenakan hanya pada pilihan yang berbeda, tapi harus turut serta dalam pembangunan, itulah ciri dari masyarakat Demokratis dan Madani. Dr. Wahidin Halim, M.Si dan Andhika Hazrumy, M.AP. sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Banten terpilih wajib melakukan depolarisasi dari pergesekan pasca pemilu. Karena ketidakpuasan sebagian kalangan jelas akan menghambat pembangunan yang akan dilakukan, karenanya aktifitas menyatukan berbagai elemen masyarakat dari imbas pemilu jelas akan makin memperbesar sekat apabila tidak dirangkul. Tujuan yang ingin dicapai pun seperti visi dan misi yang sudah dicanangkan tidak akan berwujud apabila tanpa peran serta masyarakat. Sedikit mengingatkan kembali, saat kampanye lalu pasangan terpilih ini mengusung visi banten yang maju, mandiri, berdayasaing, sejahtera dan berakhlakul karimah, serta misi menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur, meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan berkualitas, meningkatkan akses dan pemereataan pelayanan kesehatan berkualitas dan meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Seperti pada umumnya, setiap politisi yang mencoba peruntungan dalam pertarungan politik, seperti pemilihan kepala daerah beberapa waktu lalu misalnya, selalu mengusung visi dan misi yang begitu muluk, serta program kerja yang begitu brilian, namun tanpa memperhatikan realita sesungguhnya keadaan masyarakat dan ketersediaan anggaran, sehingga sebagian besar angan-angan surganya tidak dapat direalisasikan. Sehingga momentum lima tahunan yang dihelat untuk memilih kepala daerah hanya menjadi rutinitas formalistik belaka, karena belum menyentuh hal-hal substansial, seperti pembangunan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Jadi jika kita lihat kacamata ilmiah perlu kita pertanyakan Demokrasi yang tersedia di Indonesia, terutama sekali kondisi banten, mengapa konstruksi demokrasi tidak berbanding lurus dengan pemakmuran masyarakatnya? Perlembagaan Demokrasi Formalistik Masih ingat di benak kita tentunya bagi yang pernah merasakan pemerintahan Orde Baru, Otoriterianisme dibangun untuk melanggengkan kekuasaan politik yang dikemas dalam bentuk kekaryaan atau disebut sebuah rezim yang mementingkan kepentingan golongan yang terlibat dalam program kekaryaan Presiden Suharto pada masa itu (kelompok ini disebut Golongan Karya), sehingga 1 Penulis merupakan Peneliti di YS Institute dan Mahasiswa S2 Program Ilmu Politik Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional, Jakarta.
Berakar, bertumbuh & berbuah : Kumpulan Khotbah Ekspositori, 2021
Buku ini dirancang untuk semua kalangan, baik akademis, para pelayan Tuhan maupun jemaat Tuhan secara umum. Melalui buku ini setiap pembaca dapat menikmati khotbah dosen.