Mengeskplorasi Batas Persepsi Pameran Imersif Affandi– Galeri Nasional November 2020 (original) (raw)
Related papers
JURNAL TATA KELOLA SENI
Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang terjadi belakangan ini menyebabkan perubahan dalam beberapa tatanan kehidupan masyarakat dan bentuk kegiatan publik, salah satunya adalah pameran seni rupa. Peralihan konsep dan cara pameran yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka kemudian menjadi virtual/daring tentunya hal ini dapat memengaruhi kualitas sebuah pameran, baik dari segi pelayanannya, konsep display maupun sistem informasi yang digunakan, sehingga pemangku kepentingan dalam pameran memiliki peran dan tanggung jawab untuk membuat suatu pameran tersebut tetap berkualitas dan memberikan pengalaman serta kepuasan kepada pengguna jasa meskipun pameran tersebut berbasis virtual. Pengujian kualitas pameran dilakukan dengan melakukan wawancara semi terstruktur kepada tujuh orang narasumber pengguna jasa pameran virtual/daring dan diukur melalui lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu Tangible, Reliability, Responsiveness, Empathy, dan Assurance. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pameran secara virtual/daring memberikan pengalaman yang baru bagi para pengguna jasa yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Meskipun mengalami situasi perubahan dari pameran secara tatap muka ke pameran secara virtual/daring, kualitas pameran masih sangat baik karena pemangku kepentingan memperhatikan tiap karya yang dipamerkan dari partisipan sebagai pengguna jasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi tangible (bukti fisik), reliabilitiy (keandalan), responsiveness (cepat tanggap), dan empati dalam pameran virtual memiliki kualitas yang baik dan secara positif memberikan dampak kepuasan terhadap pengguna jasa. Sedangkan pada dimensi assurance (jaminan), pemangku kepentingan tidak memengaruhi kepuasan terhadap pengguna jasa, karena kualitas assurance (jaminan) berasal dari kesadaran pengguna jasa dalam berkarya yang harus tetap mengikuti pameran walaupun dengan situasi yang berbeda. Kata kunci: pameran virtual, pemangku kepentingan, pengguna jasa, kualitas layanan Participants' Perceptions of the Virtual Agency of Art Exhibition Quality in the Covid-19 Pandemic Situation ABSTRACT The Corona Virus Disease Pandemic (Covid-19) that has occurred recently has caused changes in various structures of community life and forms of community activities, one of which is an art exhibition. The transfer of the concept and mode of the exhibition that was previously carried out face-to-face to virtual/daring, of course, can affect the quality of an exhibition, both in terms of service, display concept and information system used, so that stakeholders in the exhibition have roles and responsibilities. responsible for realizing exhibitions that remain of high quality and provide experience and satisfaction to service users even though the exhibition is virtually based. Exhibition quality testing is carried out by conducting semi-structured interviews with seven
Penerapan Konsep Arsitektur Naratif Terhadap Tata Ruang Pameran Pada Museum
Prosiding Seminar Nasional Pakar, 2019
Desain ruang pada museum sangat ditentukan oleh objek yang dipamerkan. Elemen ruang dan objek pameran saling mempengaruhi dan membentuk makna dalam suatu hubungan ruang. Permasalahan museum dewasa ini adalah ruang pameran museum sebagai salah satu elemen terpenting dalam sebuah museum kurang memperhatikan kesinambungan materi dengan tata ruang-ruang pameran museum. Tulisan ini bertujuan untuk menemukan kriteria alur serta tata ruang-ruang pamer museum yang sesuai dengan kaidah arsitektur naratif. Metode yang digunakan adalah metode komparatif melalui studi literatur dan preseden. Hasil Analisis menghasilkan dua kriteria dari masing masing aspek dalam perancangan narasi arsitektur. Pada akhirnya, arsitektur naratif menjadi pendekatan yang membantu perancang/arsitek menciptakan sinergi antara pameran dengan museum secara keseluruhan.
Serat Rupa Journal of Design
Mewadahi delapan etnis kebudayaan dengan sejarah yang berbeda-beda, Provinsi Sumatera Utara menyimpan cerita sejarah budaya yang berlimpah, sehingga menjadi penting untuk dapat membangun narasi etnisitas di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Keberadaan tata ruang pamer yang masih berkonsep traditional museum, menjadikan narasi pada ruang pamer kebudayaan di museum ini belum terbangun. Padahal, narasi dapat membangun komunikasi dalam menciptakan pemahaman antara manusia dan koleksi dengan ide cerita yang disampaikan. Tujuan penelitian ini untuk dapat menerapkan interior ruang naratif melalui konteks, konten, skenario, pesan dan pengalaman pengunjung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif yang dirangkum dengan pendekatan Design Thinking. Data diperoleh dari studi Pustaka, wawancara, dan observasi langsung ke ruang pameran Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Hasil dari penelitian ini adalah untuk menciptakan narasi yang maksimal pada ruang pameran, m...
Naratif Sebagai Penunjang Mitos di Museum
2012
Museum adalah wahana untuk menyampaikan suatu pesan (Horta, 1992: 324). Landasan makalah ini adalah pesan tersebut merupakan mitos dan benda-benda yang dipamerkan di dalam museum telah diberikan konotasi untuk mendukung mitos itu. Mitos yang dimaksud adalah konsep yang digagas oleh Barthes dalam Mythologies (1972). Untuk memperjelas atau menegaskan mitos yang ingin disampaikannya, museum sering menggunakan bahasa (teks verbal) yang menyertai objek pameran atau terpisah. Bahkan, sebagian museum mempunyai naratif, tidak sekadar teks verbal yang menerangkan objek-objeknya. Makalah ini menjelaskan bagaimana bahasa digunakan oleh Monumen Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) untuk menyampaikan mitosnya. Teori mitos Barthes digunakan untuk mengungkap isi mitosnya sementara teori naratif Danesi dan Perron digunakan untuk menguraikan naratif yang disampaikan agar mitos itu diyakini oleh pengunjung museum.
Periodisasi Seni Rupa Modern Indonesia - Ekspresionis
Adaptasi ekspresionisme di Indonesia dimulai dari seniman-seniman terkemuka tahun 1940 hingga 1960an, bersamaan dengan munculnya gaya Realisme di Seni Lukis Indonesia. Sanento Yuliman sendiri berpendapat bahwa pada masa ini terdapat dua kutub yang berdiri terpisah dalam proses pengkaryaan, mereka yang melukis dengan sumber objektif sekitar dunia dunia tempat mereka tinggal, dunia sosial, dan dunia yang nampak, mengedepankan indera dan kesan atau tanggapan dari keberadaan lingkungan yang sudah ada. Kedua, adalah kutub yang mencari visualisasi subjektif atau "dunia dalam" pelukis, watak mereka, tempramen, emosi, imajinasi dan seluruh proeses kejiwaan yang diolah dan dengan demikian mengubah kesan dan tanggapan mereka.
Galeri Seni Sebagai Intervensi Terhadap Jakarta Kota Lama
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)
The Kota Tua area, Tamansari District, West Jakarta is an area that is famous for its history. This area is not developing in the current era of modernization, thus making this area unattractive to visitors. To revive this area, it is necessary to intervene using the conservation conservation concept which aims to preserve the culture that has existed for a long time. The intervention was carried out by including a program of art galleries, educational areas, garden areas (public). To achieve success, data collection is carried out in the form of primary data such as site surveys, taking pictures from Google Maps and secondary data such as from journals, government publications and books. Next, an analysis process is carried out such as the needs in the area and the objectives to be achieved such as the preservation of the area contained in the form of buildings, historical items, paintings, sculptures and others, in addition to adding functions such as modern galleries that can att...
Kajian Naratologi pada Tata Pameran Tetap Museum Perjuangan Kemerdekaan di Jakarta
JSRW (Jurnal Senirupa Warna), 2018
This study on the permanent exhibition design of Museum Sumpah Pemuda and Museum Perumusan Naskah Proklamasi aims to get inputs from the visitors concerningthe displays that are attractive for them and the understanding of the historical narrative of both museums. Observation on the permanent exhibition of both museums and interviews with the experts and respondents were carried out along with theoretical study to support the analysis. Based on the analysis using a narratological approach through storyline, plot, characters, time and place setting, message and the values of independence struggle in the historical story accessible to the visitors, which are represented by the respondents, the conclusion is that in order to create attractive displays and to generate the visitors’ understanding, displays should be emphasizing the plot, characters and important messages, both by means of lights setting, using big dioramas, adjusting the collections to be displayed to the spaceavailable ...
Analisisestetika Karya Grafisat. Sitompul Yang Berjudul“Mau Karena Bisa”Dan“Toleransi”
Ekspresi Seni, 2016
Karya seni tidak semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan nilai-nilai estetik. Karya seni mestinya juga dapat memenuhi fungsinya yang lain, yaitu berupa pesan atau makna. Pesan moral, spiritual atau penyadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan dapat disampaikan melalui media seni. Sehingga karya seni dapat menjadi media tontonan sekaligus tuntunan.Karya yang berjudul"Mau Karena Bisa"dan "Toleransi" yang dibuat AT. Sitompulmerupakansuatukaryasenigrafis yang merekonstruksikan fikiran orang lain melalui fikiran si seniman dengan memvisualkannya ke dalam karya seni grafis. Pada visual yang tergambar, secara bentuk tentunya sangat sulit untuk dipahami. Untuk itu perlu pisau pembedah yang tepat untuk bisa menganalisis karya tersebut, baik dari segi nilai keindahannya ataupun pesan yang ingin disampaikan oleh si senimannya. Salah satunya dengancara menggunakan pendekatan estetika. Dengan pendekatan estetika kita dapat mengetahui unsur-unsur dan nilai keindahan apa saja yang terkandung pada karya tersebut.