Nahdatul Ulama [Indonesia] (original) (raw)

Ormas Nahdhlatul Ulama (Kebangkitan Ulama)

Yudhi Fachrudin PENDAHULUAN Nahdlatul Ulama (NU) adalah sebuah fenomena yang unik dan menarik untuk ditelurusi tentangnya. Sebagai sebuah organisasi dengan pengikut terbesar dan terbanyak di Indonesia. Organisasi yang didirikan oleh para ulama tradisional sebagai penggagas dan penggeraknya. Salah satu Organisasi nonpemerintah paling besar yang mengakar di kalangan bawah. Dan yang penting, sebuah organisasi sosial keagamaan dengan mengakarkan gerakkannya pada kultural yang mampu eksis di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi Hal ini tidak terlepas dari pandangan keagamaan Ahlisunnah wal Jama'ah (Aswaja) sebagai teologi sekaligus pola berfikir yang dijalankan warga NU. Kiprahnya sangat besar bagi Indonesia baik sebelum maupun setelah kemerdekaan khususnya dalam pengembangan masyarakat (community development) sebagai bagian dari keprihatinnya. Segala dinamika yang terjadi pada NU, Bagaimana Sejarah, Arti dan tujuantujuan pendiriannya, Tradisi-tradisi kultural, Pandangan-pandangan keagamaannya serta Kiprahnya dalam eksistensi pengembangan masyarakat sipil (civil society) menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Dalam makalah singkat ini sekilas membahas tentangnya. PEMBAHASAN A. Sejarah dan Latar belakang Pendirian Nahdlatul Ulama (NU) NU lahir dari proses hasil istikharah ulama besar (KH Khalil Bangkalan dan KH Hasyim Asy'ari) dengan isyarah tongkat dan tasbih. Keorganisasi NU cepat menyebar. Data tahun 2000, jaringan NU meliputi 31 Wilayah, 339 Cabang, 12 Cabang Istimewa, 2.630 Majelis Wakil Cabang/MWC dan 37.125 Ranting. Selain itu juga membentuk baik melalui Lembaga-lembaga, maupun perangkat badan otonomnya (Muslimat, Fatayat, GP. Ansor, IPNU-IPPNU, dll). Mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat TPQ, PAUD sampai pada perguruan tinggi, membangun rumah sakit, koperasi, membuat media cetak maupun elektonik (ada koran Duta masyarakat, Harian Bangsa, Majalah, Buletin, TV 9 dan NU Online), membentuk Aswaja centre, membentuk Himpunan pengusaha NU (HPN) 1 . Latarbelakang kelahiran NU Kelahiran NU dimotori oleh para ulama pesantren yang memiliki kesamaan pandangan dan wawasan keagamaan. Yang pada 31 Januari 1926 atau pada 16 Rajab 1344 H sepakat membentuk organisasi bernama Nahdlatul Ulama, yang berarti "Kebangkitan Ulama", Organisasi ini dipimpin KH. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Begitu juga kelahiran NU tidak bisa dilepaskan dari konteks waktu yang mengitarinya. Perkembangan dunia Islam di Timur Tengah, sebagai gelombang perubahan yang mempengaruhi perjalanan sejarah, kebudayaan dan politik di Indonesia serta terjadinya kolonialisme Belanda 2 . KH. Masdar Farid Mas'udi berpendapat, Nahdlatul Ulama hadir, antara lain sebagai reaksi atas gerakan puritanisme Wahabi yang gemar menuding pihak lain sebagai bid'ah dan tersesat. Tak henti-hentinya Wahabis ini mempersoalkan tradisi, khususnya tradisi NU, dan menganggapnya sebagai yang harus diberantas; membersihkannya dari muka bumi adalah jihad suci, kalau perlu dilakukan dengan prinsip fasist yang cenderung menghalalkan segala cara 3 . lanjutnya bagi seorang Nahdiyin, perbedaan tafsir, madzhab, atau aliran dalam tiap-tiap agama adalah cermin dari keluasan makna yang terkandung dalam ajaran-ajaran kitab-kitab suci. Demikian 1 Diakses dari http://www.nu.or.id/, NU+dari+Ulama+untuk+Ummat+dan+Negara, pada tanggal 18 Maret 2013 2 Kacung Marijan, Quo Vadis NU setelah kembali ke Khittah 1926, (Jakarta: Erlangga, 1992), cet. 1, hal. 2. 3 Munawir Abdul Fatah, Tradisi Orang-orang NU, (Jakarta: Pustaka Pesantren, 2007). Cet, 3. Hal.xi juga kekayaan budaya dan sejarah umat masing-masing adalah cermin dari kekayaan ciptaan Allah dalam kehidupan manusia. Senada dengan itu, Muhammad Thaha Ma'ruf kelahiran NU karena persoalan agama dalam suasana perdebatan munculnya beberapa alira baru yang mengusung ide modernisme 4 . Begitu juga latar belakang berdirinya NU tidak lepas dari situasi kolonialisme yang turut mendorong organisasi Ulama ini. Para pendirinya berkeinginan menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan ummat Islam. Secara langsung pembangkitan rasa nasionalisme ini dimaksudkan untuk melawan Belanda. Maka dengan turutnya para pemimpin Agama (Ulama, Kiai) perjuangan cukup besar. Bisa dilihat dari Pemberontakan Diponegoro, Perang Paderi, Pemberontakan Banten, Pemberontakan Surabaya peran ulama cukup besar. Pendapat lain mengatakan NU didirikan untuk mewakili kepentingan kiayi, vis a vis pemerintah dan juga kaum pembaru dan untuk menghambat perkembangan organisasi-organisasi yang hadir terlebih dahulu 5 . Keberagaman analisa seputar kelahiran Nahdlatul Ulama menunjukkan tingginya respons masyarakat terhadap organisasi para ulama ini, pada awalnya menurut Saifuddin Zuhri sesuatu yang wajar, sebab kelahiran NU saat itu memang tidak menarik bagi para politisi, kaum pergerakkan, akademisi, peneliti. Namun Martin Van Bruinessen memandang, Tujuan-tujuan pendiriannya lebih bersifat konkret dibandingkan dengan usaha melakukan perlawanan terhadap serangan kaum pembaharu. Tujuan-tujuannya berhubungan dengan perkembangan internasional pada pertengahan tahun 1920-an, penghapusan jabatan khalifah, serbuan kaum wahabi atas Makah, dan pencarian suatu internasionalisme Islam yang baru. Raja Su'udi sebagai penguasa baru negeri Hijaz gencar melakukan gerakan penyamaan satu madzhab (Wahabi), bagi kalangan pesantren hal ini mencemaskan yang akan membatasi kebebasan bermadzhab di Mekah dan Madinah. Untuk menyampaikan pandangan-pandangan dari ulama Pesantren, KH. Abdulwahab Chasbullah sebagai ulama yang mewakili kepentingan pesantren, Namun karena tidak mendapat respon dan tidak diakomodir dalam hasil rekomendasi Kongres V Umat 4 Moeh Thaha Ma'ruf dalam Pedoman Pemimpin Pergerakkan, (Jakarta: PBNU, 1954), hal. 103 5 Hilmy Muhammadiyah dalam NU: Identitas Islam Indonesia, Jakarta: Elsaf, 2004, cet.1, hal.116 An Nu'man atau Imam Ahmad bin Hambal, dan mengerjakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan Agama Islam". Dan Pasal III, yang berbunyi, "Untuk mencapai maksud perkumpulan ini, maka diadakan ikhtiar: a. mengadakan perhubungan di antara ulama-ulama yang bermadzab tersebut dalam Pasal II; b. memeriksa kitab-kitab sebelum dipakai untuk mengajar, supaya diketahui apakah itu daripada kitab-kitab Ahlussunah atau kitab-kitab ahli bid'ah. c. menyiarkan agama Islam berasaskan pada madzab sebagai tersebut dalam Pasal II dengan jalan apa saja yang halal; d. berikhtiar memperbanyak madrasah-madrasah yang berdasar agama Islam; e. memperhatikan hal-hal yang berhubungan masjid-masjid, surau-surau, begitu juga dengan hal ikhwalnya anak-anak yatim dan orang yang fakir miskin; f. mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian, perniagaan dan usahaan yang tidak dilarang oleh Syara' agama Islam 9 ". Tujuan Utama NU adalah mempertahankan tradisi keagamaan, dalam beberapa hal ia lebih dapat dilihat sebagai upaya menandingi daripada menolak gagasangagasan dan praktik-praktik yang lebih dahulu diperkenalkan kalangan reformis 10 . K.H. Hasyim Asy'ari menegaskan prinsip dasar organisasi NU. Rumusan beliau tuangkan dalam kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian direalisasikan dalam khittah NU, yang dijadikan sebgai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang social, keagamaan dan politik. ‫ا‬ ‫على‬ ‫تبكوا‬ ‫ال‬ ‫أهله‬ ‫غير‬ ‫وليه‬ ‫اذا‬ ‫الدين‬ ‫على‬ ‫وابكوا‬ ‫أهله‬ ‫وليه‬ ‫اذا‬ ‫لذين‬ (Jangan kalian menangisi agama, bila ia dikuasai oleh ahlinya. Dan kalian tangisilah agama itu, bila ia dikuasai oleh yang bukan ahlinya). Mainsterm yang cukup terkenal di kalangan NU, "Al-Muhafazhah 'alal Qadimish Shalih wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah". (Menjaga dan mempertahankan tradisi lama yang baik dan berkreasi untuk membuat peradaban baru yang lebih baik). 9 Kacung Marijan, op. cit., hal, ix 10 Martin van Bruinessen, NU: Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, dan Pencarian Wacana Baru, (Jakarta: LKIS, 2009, cet. VII, hal. 14 menafsirkan kembali ajaran Ahlussunah wal Jama'ah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan Negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU. Di bidang Agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilainilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas. Gerakan keummatan dalam bidang pendidikan sangat berpengaruh adalah melalui jalur pesantren, guru ngaji, dan pendidikan diniyah yang didirikan oleh warga NU. Sampai ada jargon bahwa NU itu pesantren besar dan Pesantren adalah NU kecil. Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat. E. Tradisi-Tradisi dan Nuasa Sufistik NU NU adalah sebuah organisasi sosial keagamaan yang dari awal tidak malu-malu mengusung tradisi lokal. Karenanya NU selalu menampilkan wajah Islam yang khas lokal dan moderat yang tidak jarang justeru terasa minoritas di tengah-tengah masyarakat muslim dunia. Dalam buku Tradisi orang-orang NU secara lengkap dituliskan Tradisi-tradisi warna NU; pertama; berhubungan dengan landasan-landasan yang menjadi pegangan warga NU, diantaranya; landasan Ahlussunah Wal Jama'ah, mengikuti sabahat Nabi, mengikuti mayoritas, mengikuti ulama, hukum bermadzab, kitab-kitab muktabarah, thariqah muktabarah, system pengambilan keputusan sehingga sulit bagi NU terlepas dari fitnah ahli bidah. Kedua berkaitan masalah Ibadah; mengucapkan niat secara jelas, doa iftitah, membaca basmalah, doa qunut, mengangkat tangan, membalikkan tangan, tahiyat, salam, wiridan, zikiran, 2 kali adzan jum'at, jum'atan kurang, qabliyah dan...

Organisasi Sosial Keagamaan Dan Pendidikan Islam (Nahdatul Ulama)

2022

Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah. Selain itu, NU sebagaimana organisasiorganisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan yang lahir di masa penjajah, pada dasarnya merupakan perlawanan terhadap penjajah. Hal ini didasarkan, berdirinya NU dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri, sekaligus merupakan kebangkitan kesadaran politik yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam umumnya.

Persinggungan Nahdlatul Ulama dan Tarekat

2014

Kebijakan NU terhadap Tarekat, Bagi NU, tidak ada diskriminasi dalam hal Tarekat. Semua tarekat dianggap sah atau bahasa lainnya mu’tabarah asalkan sesuai dengan ajaran Ahlu Sunnah versi NU. Selain itu, silsilahnya bersambung hingga Rasulullah saw tanpa terputus. Hal ini didasarkan pada penelusuran teks-teks keputusan Bathsul Masail mulai pertama sampai dengan yang paling baru, tidak ada keputusan atau fatwa yang menyatakan Tarekat yang sesat atau tidak sesuai dengan Islam.

Nahdhatul Ulama Dan Perubahan Budaya Politik DI Indonesia

El-HARAKAH (TERAKREDITASI), 2010

The aim of article to descriptive relationship between Nahdhatul Ulama institution and change of political culture in Indonesia. The first, explore many terminology of political culture, type of political culture and political behavior. Secondly, this article to analysis ideology of Nahdhatul Ulama and democracy. The last, this article recommended the new role of Nahdhatul Ulama to contribution in change of political culture in Indonesia.

Pemikiran dan Gerakan Nahdlatul Ulama (NU)

Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan “Kebangkitan Nasional”. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana – setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan. Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan “Nahdlatul Fikri” (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota. K.H. Hasyim Asy’arie, Rais Akbar (ketua) pertama NU. Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Pembaruan Pendidikan Islam Nahdlatul Ulama

Nizham Journal of Islamic Studies, 2014

This article tries to understand and explain the basic concept and the essence of the NU educational reform (tajdīd) and the relationship of its schoolship view and its contribution to the Islamic educational resurgence after the Indonesia independence in meeting the new demands and the challenges of the modern era. Using the socio-historical-phenomenological approach, the result concludes that the basic concept of the NU educational reform is identical with the dinamization in the sense of change toward the correction and perfection of the condition of the Islamic education which is unbeneficial for its future. The essence of the effort is more focused on the substantial aspects of education than the technical-pedagogical ones in charge of the reposition and reactualization or revitalization of the social function of the Islamic education of the modern era. By reposition means the effort to redetermine the position of system and institution of traditional Islamic education, especially pesantren and madrasa, in order that they are suitable for new demands of modern education through the rehabilation of their old and absolete elements, and inovation by means of entering new and useful elements in to enpower their social functions optimally. Reactualization or revitalization means the effort to reactivate the basic principles of the classical Islamic education which are almost forgotten, on which the modern Islamic education hold them as the philosophical guidances for the universality of their values. Such effort are inseparable from the ideas and activities of the existence of the independence and progressive pesantren teachers (ulama) so that the conservativness of the schoolship views of the NU do not hinder and even motivate it to modernization. Its approach which enpowering the traditon legacies, and being integrally combined with the new elements of modern education distinguishes clearly theconcept of NU educational reform from the similar effort of the Muslim reformists which rest too much on the new elements of modern education. The new model of the system and institution of NU education has given valuable contributions not only to the completion and enrichment of the national education system and institution but also the strengthening the pillars of tenacity of the national culture as a whole.

Tradisi Pendidikan Nahdhatul Ulama

Darul Ilmi: Jurnal Ilmu Kependidikan dan Keislaman

This study aims to find out how the tradition of Nahdlatul Ulama scholars in the field of education in the Tabagsel. This research method is qualitative research with a phenomenological approach. The instrument used in this research is descriptive analysis. Collecting data obtained from the field and then carried out data classification. The classified data is then processed and analyzed based on what is found according to the point of view. From this analysis, an analysis is carried out by confirming the findings related to the data which will be discussed in detail in a result and discussion. The results of the study indicate that the tradition of the ulama in the Nahdlatul Ulama organization has gone hand in hand with the times. The tradition of the ulama in the Nahdhatul Ulama organization, especially in the field of education. Researcher suggestions for the development of educational institutions need to be pursued in order to improve the quality and quantity of graduates. For ...

Peran dan Strategi Nahdlatul Ulama sebagai organisasi masyarakat di Indonesia

Halu Oleo Legal Research, 2022

Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis Apa peran dan strategi Nahdlatul Ulama sebagai organisasi masyarakat dalam paradigma hukum di Indonesia dan Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Kebijakan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi independen dalam masyarakat Indonesia yang pluralisme. Metode Penelitian ini adalah metode dengan pendekatan Yuridis normatif atau penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum normatif, yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Kesimpulan penelitian ini adalah Nahdlatul Ulama pimpinan Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme yang berdasar atas syariat Islam ala Ahl al-Sunnah wal-Jamā’ah. Bukti sikap nasionalis yang tunjukkan Nahdlatul Ulama’ adalah peristiwa dimana sebelum negara Republik Indonesia merdeka, para pemuda di berbagai daerah mendirikan organisasi bersifat kedaerahan, seperti Jon...

ASAL USUL ISLAM NUSANTARA

2019

Islam is a religion that have the biggest follower in Indonesia, in fact Islam followers in Indonesia are sitting in the first place among other countries in the world. Islam that came from Arab through Muhammad SAW can reach Indonesia that is very far away from the origin. Of course it will be interesting to know how can Islam came to Indonesia or Nusantara, so we can know how Islam came and grow in Indonesia. There are 2 theories about the time Islam Came to Nusantara, on 7 and 13 century, meanwhile there are 5 theories about how Islam came to Nusantara that grew, there are Gujarat theory, Arab theory, Persian theory, Chinese theory and Maritim theory.