Kosmologi Laut Dalam Tradisi Lisan Orang Mandar DI Sulawesi Barat (original) (raw)

Kosmologi Laut dalam Tradisi LIsan Orang Mandar

Jurnal Aksara, 2017

Abstrak Tulisan ini bertujuan menggambarkan kosmologi laut dalam tradisi lisan nelayan Mandar, Sulawesi Barat dengan menggunakan metode etnografis dan kualitatif. Hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah menjelaskan pandangan orang Mandar melalui ekpresi tradisi lisan yang dianggap penting yang dilakukan oleh nelayan Mandar ketika akan dan sedang melaut. Data dalam penelitian ini meliputi ekspresi budaya dalam tradisi lisan seperti ritual laut dan sastra lisan yang dimuat dalam pertunjukan ritual tersebut. Sastra lisannelayan Mandar akan dianalisis dengan komposisi skematik lisan yang dianjungkan oleh Ong dan Sweeney. Kata Kunci: Kosmologi laut, Nelayan Mandar, dan Komposisi Skematik Lisan Abstrack This paper aims to describe the cosmology of the sea in Mandar’s oral tradition fisherman of West Sulaweis by using ethnographict and Qualitatif methods. The out put of this paper is to describe Mandar’s perspective and their rituals throught oral traditidion, which is important for the fisherman when they were in the sea. The corpus of this research including the culture expressions such as oral tradistion and ritual The oral story of Mandar’s community will analize by schematic composition that introduced by Ong and Sweeney. Key Words: Cosmology of the Sea, Mandar Fisherman, and Oral Schematic Composition

Kearifan Lokal Hajat Laut Budaya Maritim Pangandaran

Panggung

Hajat Laut (sea celebration) as a tradition of Pangandaran coastal community has been changing as the changing of the people's social structure. Pangandaran, a regency which is famous of sea tourism object, still maintains the ritual of Hajat Laut containing local wisdom. This writing is aimed at analyzing how Hajat Laut as a primordial cultural heritage of nautical community adapts with the social economy development of the people. Mircea Eliade's view is applied to trace the old views containing local wisdom. Meanwhile, Thomas Kuhn's proposition bridges the discussion on paradigm dynamics toward the events of Hajat Laut. in addition to literature study, the data are obtained through observation based on characteristics of qualitative research. The result shows that Hajat Laut as the heritage of primordial society passes through an interpretation process from each of the generations. The anomaly existing in the process of paradigm debates place Hajat Laut in the presence and position adjusting to the live development need of Pangandaran society as a tourism city. At the same time, the economic, social, and religious needs are fulfilled by keep maintaining the local wisdom of the culture.

Budaya Bahari Dam Tradisi Nelayan DI Indonesia

Sabda : Jurnal Kajian Kebudayaan, 2017

There are at least five phenomena which mark the complexity of maritime culture and fisherman tradition in Indonesia; social group of the maritime society, the development of economic sectors concerning sea products, social hierarchy in the daily maritime activities, the relationship between the elements of maritime culture and life sectors of the society, and the continuation and alteration of maritime culture's elements. In order to acquire a deep study on the complexity of maritime culture, there are several concepts used in this paper: Koentjaraningrat's concept of "three forms of culture", Sanjek's concept of "the dynamic culture and creation", and Vadya's concept of "contextual progressive explanatory method". The forms of maritime culture include the system of culture, belief, institution, and production technology. Meanwhile, the dynamics of maritime culture and fisherman tradition is determined not only by the internal factors but also the external forces, such as, innovation on technology, government policy, university interventions, nongovernmental organizations, donor institution, and regional, national, and even global market. Apparently, those external forces have brought negative impacts on the life of maritime society, marked by the decrease of economic prosperity, natural resources and sea environment. The negative impacts can be avoided by applying communitybased management in the development of maritime culture.

PENGHAYATAN NILAI BUDAYA LOKAL MADURA PADA SANTRI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL ULUM MASARAN

Khoirul Holis, 2022

Penghayatan Nilai budaya lokal Madura pada Santri Pondok Pesantren Miftahul Ulum Masaran sangat penting dilaksanakan karena Santri di Pesantren ternyata tidak diberikan pengetahuan tentang nilai-nilai budaya lokal khusunya Madura secara spesifik dimana mereka tumbuh, berkembang, dan akan kembali ke tengah masyarakat setelah menyelesaikan studinya. Pesantren kenyataannya memiliki sub kultur yang berdiri sendiri dan tidak membaur dengan masyarakat secara langsung. Mereka hidup dengan sistem dan pola yang sudah baku di Pesantren. Di sisi lain, penguatan nilai- nilai budaya lokal Madura bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat karakter generasi muda Madura yang banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai global yang menerobos nilai-nilai yang ada di masyarakat. Generasi muda diharapkan dapat meneruskan dan melestarikan nilai budaya Madura.

Tradisi Lisan DI Madura

Okara: Jurnal Bahasa dan Sastra, 2014

Tradisi lok-olok merupakan tradisi pembacaan puisi (deklamasi) Madura yang biasanya identik dengan momentum tradisi kerapan sapi. Dalam tampilannya, tradisi sastra lisan ini tergabung dalam satu seni pertunjukan dengan musik saronen dan tarian khas Madura. Puisi berbahasa Madura yang diteliti dalam tradisi ini penting untuk didalami guna memahami dan menangkap pesan moral tradisional masyarakat Madura, tanpa menghilangkan unsur keindahan dalam bahasa maupun struktur estetisnya.

Pemertahanan Bahasa Mandar oleh Suku Mandar yang Berdomisili di Kota Makassar Sulawesi Selatan

Indonesian Journal of Social and Educational Studies

This study aims to describe:(1) the pattern of maintaining the Mandar language by the Mandar tribe domiciled in Makassar City, South Sulawesi, (2) describing the supporting factors for the maintenance of the Mandar language by the Mandar tribe living in Makassar City, South Sulawesi. This type of research is descriptive qualitative research using an ethnographic approach which is also supported by a sociolinguistic approach. This research was conducted in one of the domicile places of the Mandar tribe, namely Toddoppuli Raya, precisely in Toddopuli RW 006 RT 002 Borong Village, Manggala District, Makassar City, South Sulawesi. Data collection techniques in this study were interview techniques, questionnaires and recording protocols. Data analysis techniques were carried out by processing data related to data collection, data reduction, and drawing conclusions.The results of the study indicate the patterns and factors that support the maintenance of the Mandar language by the Mandar ...

Makna Simbolik Tradisi Ritual Massorong Lopi-Lopi Oleh Masyarakat Mandar DI Tapango, Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat

Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya

Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentang upacara massorong lopi-lopi pada masyarakat Mandar di Desa Tapango, Kabupaten Polman, Provinsi Sulawesi Barat. Tradisi ritual ini merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai penolak bala, agar kampung mereka terhindar dari mara bahaya. Di samping itu, tradisi ritual ini juga merupakan ajang silaturahmi antarmasyarakat, baik yang bertempat tinggal di Desa Topango maupun di perantauan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tradisi ritual massorong lopi-lopi terkandung makna simbolik dari lopi-lopi yang digunakan sebagai alat ritual, begitu pula sesajen yang dihidangkan, serta peralatan yang digunakan. Masyarakat di Desa Tapango meyakini bahwa dengan melaksanakan ritual massorong lopi-lopi, segala bencana dan wabah penyakit yang akan menimpa mereka akan hanyut dan hilang...

Kearifan Lokal Masyarakat Lamalera: Sebuah Ekspresi Hubungan Manusia Dengan Laut

Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Makalah ini bertujuan melihat kearifan lokal yang dibentuk oleh sebuah masyarakat nelayan dilihat dari perspektif psikologi lingkungan. Makalah ini merupakan studi literatur, dimana informasi diperoleh dengan cara mengkaji literatur yang terkait dengan teori-teori adaptasi lingkungan, kearifan lokal serta kehidupan masyarakat Lamalera. Kearifan lokal yang berkembang di masyarakat Lamalera mengenai norma berburu paus telah berusia ratusan tahun. Kearifan itu merupakan perbauran yang kental antara tradisi dan ajaran Katolik. Kearifan yang muncul tidak hanya menjaga kelestarian dan kesimbangan ekosistem laut namun juga menjaga keseimbangan dalam berhubungan dengan sesama warga masyarakat. Keseimbangan alam tersebut terancam ketika Pemerintah Daerah mengeluarkan ijin untuk penambangan emas. Kearifan lokal yang muncul sabagai reaksi dari adanya stimulus ini adalah penolakan terhadap penambangan emas di Lamalera dengan alasan akan merusak keseimbangan ekosistem yang mengakibatkan terputus...

BUDAYA BAHARI DAN TRADISI MASYARAKAT MARITIM NUSANTARA

Wilayah Indonesia memiliki hamparan laut seluas 6,4 juta kilometer persegi atau 77% dari total wilayah keseluruhan. Sebagai negeri kepulauan terbesar di dunia, membuat sebagian besar masyarakat Indonesia hidup dan bergantung pada sektor kemaritiman. Hal inilah yang membuat budaya bahari dan tradisi antar satu daerah dan daerah lainnya memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memperoleh kajian yang lebih mendalam tentang kompleksitas budaya maritim, mengetahui konsep dan model kehidupan masyarakat maritim dari waktu ke waktu, mengetahui perbedaan sistem keyakinan serta tradisi maritim dan teknologi kebaharian yang berkembang di berbagai daerah di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan secara selektif dengan metode studi literatur dari beberapa laporan penelitian, karya tulis dan jurnal terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan dan ciri khas di berbagai daerah di Nusantara. Konsep dan model kehidupan masyarakat maritim yang terbagi ke dalam 5 bagian besar : (1) Kategori Sosial Kebaharian, (2) Kategori Usaha Ekonomi, (3) Kelompok Sosial Eksternal, (4) Kategori Karakter Kepribadian, (5) Perkembangan Dinamika Kebaharian. Sistem Teknologi Kebaharian juga memiliki ciri khas masing-masing di berbagai daerah. Perahu serta alat untuk menangkap ikan yang berbeda-beda tentunya mempunyai makna serta keunikan masing-masing. Sistem keyakinan yang dianut dipercayai dapat menjadi pemecahan masalah serta perlindungan bagi masyarakat maritim di Nusantara. Kata kunci : budaya bahari, perbedaan, Nusantara