(Table 2) CApalynoflora results of the Burdigalian–Langhian time interval in Turkey (original) (raw)

ARTIKEL KELOMPOK 1 ASPERGILLOSIS ZOONOSIS

Aspergillosis. Untuk mengetahui tentang penyebab penyakit aspergillosis, angka kejadian aspergillosis, cara penularan aspergillosis, gejala aspergillosis, cara mendiagnosis aspergillosis, pencegahan aspergillosis, serta cara pengendalian dan pengobatan aspergillosis. Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Aspergillosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Aspergillus. Penyakit Aspergillosis disebut juga Brooder Pneumonia , mycotic pneumonia, atau pneumomycosis. Penyakit infeksi ini umumnya memengaruhi sistem pernapasan, namun juga dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti kulit, mata, atau otak.

ANALISIS FLAVONOID TOTAL AKAR TABAR KEDAYAN (Aristolochia foveolata Merr)

Al-Kimia, 2018

The tabar kedayan (Aristolochia foveolata Merr) plant located in the Malinau district of East Kalimantan has considerable biological active prospects as antioxidant, antibacterial, antiamuba, anti-inflammatory, antihepatotoxic and antiviral. One of the secondary metabolites in this plant is the flavonoids that can be used as antioxidants.The aim of this research are to analyze total flavonoid content of root tabar kedayan in fractionation with various nonpolar, semipolar and polar solvents. The analysis used in the determination of total flavonoid content using spectrophotometric method. Data of analysis used standard curve method based on absorbance data and concentration of standard solution. The results of this study obtained the highest total flavonoid average on ethyl acetate fraction of 1,09%±0,03 then n-hexane fraction of 0,52%±0,05 and the smallest level of ethanol-water fraction of 0,40%±0,03.

KAPANG Paecilomyces lilacinus DAN Verticillium chlamydosporium

2014

Paecilomyces lilacinus AND Verticillium chlamydosporium FUNGI AS BIOLOGICAL CONTROL OF FASCIOLOSIS Fasciolosis is a worm disease caused of Fasciola gigantica and an important problem in husbandry especially for cattle. Controlling of this worm disease can be conducted by prevention and treatment. The use of antihelminthic is commonly causes a resistance problem. Natural control by mold such as Paecilomyces lilacinus and Verticillium chlamydosporium can be applied to reduce egg of F. gigantica. Although it was recently found, in vitro study gave satisfied result. This gives a new hope in controlling the disease although the extend application still needs to be studied. This paper discussed about the use of P. lilacinus and V. chlamydosporium for reducing F. gigantica population.

Respons Fisiologi Crocidolomia pavonana terhadap Fraksi Aktif Calophyllum soulattri

HAYATI Journal of Biosciences, 2006

The objective of this study was to evaluate the physiological response of the cabbage head caterpillar Crocidolomia pavonana treated with an active fraction of Calophyllum soulattri bark extract. Extraction of the test plant materials were performed with maceration method using methanol, continued by counter-current distribution separation in ethylacetate and water. Methanol fractionation of C. soulattri was performed by vaccuum liquid chromatography and the bioassays were conducted by a leaf-feeding method. The results showed that the dichloromethane fraction of C. soulattri had strong insecticidal activity against C. pavonana larvae, with LC 50 of 0.05%. Sublethal treatments with the active fraction at LC 15 , LC 50 , and LC 85 reduced the relative growth rate of the fourth instars by 48.9-94.1%. The treatments with the fraction at LC 15 and LC 50 to the fourth instars reduced the activity of invertase and protease enzyme by 20.7-24.1 and 14.4-25.14%, respectively, but increased the activity of trehalase by 26.7-120% as compared with controls.

VARIASI TEMPORAL DAN STABILITAS FISIK DAN KIMIA SENYAWA BIOAKTIF KAROTENOID RUMPUT LAUT COKLAT Turbinaria decurrens

Jurnal Pascapanen Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 2014

Pada pengembangan senyawa bioaktif karotenoid dari rumput laut coklat Turbinaria decurrens sebagai produk nutrasetikal atau pangan fungsional, pengetahuan mengenai variasi temporal dan stabilitas fisik dan kimia senyawa tersebut merupakan hal yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan variasi temporal dan stabilitas fisik dan kimia senyawa karotenoid dari T. decurrens. Bahan baku T. decurrens diambil dari Pantai Binuangeun, Banten. Kuantifikasi kadar karotenoid pada sampel dilakukan terhadap ekstrak kasar etanol dari sampel dengan menggunakan teknik spektrofotometri UV-Vis. Variasi temporal kadar karotenoid dilakukan dengan pengambilan sampel pada musim penghujan (Februari), musim peralihan (April dan Oktober), serta musim kemarau (Juni dan Agustus), pada tahun 2012. Analisis variabel air (DO, pH, suhu, temperatur, salinitas, fosfat, dan nitrogen anorganik terlarut) dari titik pengambilan sampel juga dilakukan, untuk mengetahui faktor utama yang mempengaruhi produksi senyawa ini di alam. Analisis stabilitas senyawa dilakukan dengan perlakuan penambahan asam, basa, oksidator, dan suhu. Hasil pengujian menunjukan bahwa kadar karotenoid temporal dari alga ini berkisar 0,002-0,063 mg/g (bobot segar). Analisis korelasi terhadap variabel air menunjukkan bahwa kadar karotenoid dipengaruhi faktor musim, tidak tergantung pada variabel air lokal. Terkait dengan probabilitas fungsinya dalam fotosintesis, kadar tertinggi senyawa ini terdapat pada musim penghujan. Karotenoid dapat meluruh sebesar 84% pada perlakuan asam, 15% pada perlakukan basa, 28% pada perlakukan oksidasi, dan 15% pada suhu tinggi (70 °C). Dengan demikian, pada pengembangannya sebagai produk pangan fungsional atau nutrasetikal, diperlukan teknik mikroenkapsulasi untuk menjaga stabilitas fisik dan kimia senyawa karotenoid T. decurrens. KATA KUNCI: karatenoid, Turbinaria decurrens, variasi temporal, stabilitas fisik dan kimia ABSTRACT On the development of carotenoids bioactive compounds from brown seaweed Turbinaria decurrens as nutraceuticals or functional food products, the temporal content variation and the physical and chemical stability of its compound are important to know. This study aimed to explain the temporal content variation and its physical and chemical stability of carotenoid from T. decurrens. The raw material was taken from Binuangeun Beach, Banten. Quantification of carotenoids content in the sample was performed on the crude ethanol extract of the sample using UV-Vis spectrophotometry techniques. Temporal variation of carotenoid content was measured on the sample taken in the rainy season (February), transitional season (April and October), and the dry season (June and August), in the year of 2012. Water analysis (DO, pH, temperature, salinity, phosphate, and dissolved inorganic nitrogen) from the point of sampling were conducted to determine the main factors affecting the production of these compounds naturally. The compound stability analysis was done by treating the extract with acid, base, oxidator and temperatures. The results showed that temporal carotenoid content of T. decurrens ranged from 0.002 to 0.063 mg/g (fresh weight). Correlation analysis on the water parameters showed that carotenoid content were influenced by seasonal factors, and not dependent on local water variables. Related to functional probability in photosynthesis, the highest content of these compounds were in the rainy season. The carotenoid could decayed by 84% in the acid treatment, 15% in alkaline treatment, 28% in the oxidation treatment, and 15% at high temperature (70 °C). Therefore, for further development as a functional food or nutraceutical, the microencapsulation techniques should be applied to maintain physical and chemical stability.

ANALISIS KEANEKARAGAMAN COCCINELLIDAE PREDATOR DAN KUTU DAUN (Aphididae spp) PADA EKOSISTEM PERTANAMAN CABAI

papers, 2016

ABSTRAK Coccinellidae merupakan salah satu famili dari ordo Coleoptera yang memiliki keanekaragaman spesies dan kelimpahan yang cukup tinggi. Beberapa spesies Coccinellidae bersifat predator pada serangga yang berukuran kecil dan bertubuh lunak. Coccinellidae predator memiliki pola sebaran yang cukup luas, mampu hidup pada berbagai jenis habitat, salah satunya adalah eksosistem pertanaman cabai. Pemanfaatan Coccinellidae predator sebagai agens hayati dengan metode konservasi maupun augmentasi perlu didukung dengan ketersediaan data-data tentang Coccinellidae predator yang potensial. Pada saat ini informasi tentang Coccinelidae predator dan mangsanya pada tanaman cabai masih terbatas. Untuk itu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mempelajari keanekaragaman Coccinellidae predator dan kutu daun (Aphididae spp.) sebagai mangsa pada ekosistem pertanaman cabai. Coccinellidae predator dan kutu daun dikoleksi secara langsung (hand picking) dan menggunakan jaring ayun (Sweep Sampling Method). Data keanekaragaman spesies dianalisis menggunakan indeks Shannon-Wiener dan kemerataan spesies dianalisis dengan indeks Simpson. Perbedaan tingkat keanekaragaman pada masing-masing lokasi penelitian ditentukan dengan program Primer versi 5 For Window. Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 10 spesies Coccinellidae predator dan 6 spesies kutu daun. Spesies Coccinellidae predator yang paling melimpah adalah Menochilus sexmaculatus (Fabricius) (Coleoptera: Coccinellidae) sedangkan Aphis gossypii (Glover) (Homoptera: Aphididae) menjadi spesies kutu daun yang paling melimpah diantara 6 spesies lainnya. Hasil analisis ineksd keanekaragaman Coccinellidae predator dan kutu daun lebih tinggi di Kenagarian Ganting (Kota Padang Panjang) jika dibandingkan dengan Kenagarian Tungkar (Kab. 50 Kota) dan Kenagarian Sungai Pua (Kab. Agam). ABSTRACT Coccinellidae is a family of the order Coleoptera which have species diversity and abundance is high. Some species of Coccinellidae predators in some insects are small and soft-bodied. Coccinellidae predators have a fairly wide distribution pattern, able to live in a variety of habitats, one of which is a chili crop ecosystem. Utilization of Coccinellidae predators as biological agents with conservation and augmentation method should be supported by the availability of data on potential Coccinellidae predators. At this time Coccinelidae information about predators and prey in pepper still limited. For that conducted research with the aim to study the diversity of Coccinellidae predators and aphids (Aphididae spp.) prey on chilli crop ecosystem. Coccinellidae predators and aphids collected hand picking and using a net swing. Data were analyzed species diversity using Shannon-Wiener index and evenness of species analyzed by Simpson index. Differences in levels of diversity at each study site is determined by the program Primer For Window version 5. This study found as many as 10 species of

Makalah Sistem Morfologi Tumbuhan - BATANG (CAULIS) dan AKAR (RADIX)

Ade R. Tamada, 2023

Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh-tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Radix merupakan organ utama (organa principalia) yang terdapat pada cormophyta. Akar tapak lebih jelas pada tanaman yang hidup didarat/tanah dan telah terbentuk sejak tanaman itu masih berupa embrio, yang disebut radicula (akar lembaga), akar umumnya terdapat dalam tanah, kebanyakan berbentuk silindris atau seperti papan dan biasanya dianggap polisemmetris. Akar tidak mempunyai nodi (buku-buku) dan internodia (ruas-ruas) berbentuk memanjang seperti benang-benang atau kerucut yang panjang, kebanyakan akar tidak memiliki klorofil, karena itu tudak berfungsi dalam fotosintesis. Kebanyakan akar tumbuh secara geotropisme positif (arah tumbuh kea rah pusat bumi) hidrotropisme positif (arah tumbunya menuju kearah sumber air), fototropisme negatif (arah tumbunya menjauhi arah datangnya berkas sinar). Akar dapat bertambah panjang dengan bagian ujungnya yang dapat tumbuh terus, karena mempunyai ujung vegetatif yang bersifat meristematis. Biasanya akar tidak dapat membentuk organ-organ lainnya, sepeti tunas, daun, bunga dan lainnya.

PAPER BIOKIMIA KARBOHIDRAT

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul ''

BASIS BIOLOGI CAKALANG

Skipjacks in the western and southern waters of North Maluku Province were caught using pole and line with FADs. Skipjack usually swims near the surface water and tends to be classified as a juvenile skipjack that caught during fishing activities. The study objective was to analyze biological data of skipjack including length weight relationship, growth, length at first maturity/lm and catch size, size composition and gonad maturity. Skipjack samples were caught in the waters of the western (zone A) and southern (zone b) areas of North Maluku Province, from April 2012 until May 2013. The sudy results show the value bof skipjack caught around FADs at zone A and B were similar as b=3. This indicates that the growth of skipjack in both areas was categorized as in isometric pattern. L∞ of skipjack caught at zone A was 75 cm at the age of 56 months and at zone B was 76 cm at the age of 56 months. Lm value skipjack caught in zone A and zone B was obtained by 43 cm, with a range of long-forked skipjack caught in zone A from 26.0 to 72.0 cm, and at zone B from 26-to 71 cm , The gonad maturity at zone A and B, was obtained in the similar stages as maturity stages I, II, III,IV, and V. TKG V of the skipjack caught around FADs zone A is found in March and B in July, so it can be presumed skipjack in two zones throughout the year with peak spawning occurs in March for zone A and B in July. ABSTRAK Penangkapan cakalang di perairan barat dan selatan Provinsi Maluku Utara dilakukan dengan meng-gunakan huhate (pole and line) dengan alat bantu rumpon. Cakalang yang berkumpul di lapisan per-mukaan air cenderung tergolong ikan-ikan yang berumur muda yang tertangkap saat aktivitas penang-kapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalis data biologis cakalang yaitu: hubungan panjang berat, pertumbuhan, ukuran panjang pertama kali matang gonad dan layak tangkap, komposisi ukuran, dan tingkat kematangan gonad. Sampel cakalang dikumpulkan dari perairan barat (zona A) dan selatan (zona B) Provinsi Maluku Utara, yang dilakukan dari April 2012 sampai Mei 2013. Hasil penelitian menunjukkan nilai b=3 untuk cakalang yang tertangkap di sekitar rumpon zona A dan B. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan cakalang dikedua zona tersebut berpola isometrik. Nilai L ∞ caka-lang yang tertangkap zona A dapat mencapai 75 cm pada umur 56 bulan dan di zona B mencapai 76 cm pada umur 56 bulan.Nilai L m cakalang yang tertangkap di zona A dan zona B diperoleh sebesar 43 cm, dengan kisaran panjang cagak cakalang yang tertangkap di zona A berkisar antara 26,0-72,0 cm, dan di zona B berkisar antara 26-71 cm. Tingkat kematangan gonad cakalang yang tertangkap di zona A dan zona B, diperoleh beberapa tingkat kematangan gonad yaitu TKG I, TKG II, TKG III, TKG IV, dan TKG V. TKG V dari cakalang yang tertangkap di sekitar rumpon zona A ditemukan pada bulan Maret dan B pada bulan Juli, sehingga dapat diduga cakalang di kedua zona memijah sepanjang tahun dengan puncak terjadi pada bulan Maret untuk zona A dan Juli zona B.