Uji Lanjutan Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Bioaktivator dari Limbah Bonggol Pisang (MOL) dalam Proses Pengomposan Sampah Organik Rumah Tangga (original) (raw)

PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN MIKROORGANISME LOKAL BONGGOL PISANG SEBAGAI BIOAKTIVATOR

Jurnal Agriovet, 2018

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi MOL bonggol pisang terbaik berdasarkan lama waktu pengomposan dan kualitas kompos. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan mevariasikan dosis MOL limbah bonggol pisang sebanyak Lima perlakuan (D1= 100 ml, D2= 150 ml, D3= 250 ml, D4= 500 ml) dan perlakuan tanpa MOL (D0) sebagai kontrol. Data diperoleh dari pengukuran dan pemantauan setiap perlakuan, serta hasil uji laboratorium. Analisis data dilakukan secara menyeluruh pada setiap parameter dengan memperhatikan standar baku mutu kompos. Hasil penelitian menunjukkan, lama waktu pengomposan paling cepat terdapat pada perlakuan D2 yakni selama 12 hari, sedangakan kualitas kompos terbaik terdapat pada perlakuan D4 dengan kandungan N-total 0,92%, P 2 O 5 1,30%, dan K 2 O sebesar 1,67%. Kata Kunci : sampah organik, bioaktivator, MOL bonggol pisang, pengomposan

Pengolahan Limbah Batang Sawit Menjadi Pupuk Kompos Dengan Menggunakan Dekomposer Mikroorganisme Lokal (Mol) Bonggol Pisang

Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 2019

One of the main problem in palm plantations during the rejuvenations is the utilization of palm oil waste especially the palm trunks that reaching 220 m3/hectare. Based on that reason, we need a method of utilizing it that can increase the value from palm oil waste, not just for the benefits of oil palm farmers but also for the environment. Palm oil waste has the potential to become the raw material for making organic fertilizer (compost), it has a high nutrient content and can improve the quality of the fertilizer produced. The objective of this research was to produce a bio-fertilizer with a high quality based on the proper standards. This research was conducted in two stages including the produce of local microorganism (MOL) from banana stem and the composting stage. The composition of local microorganism materials was banana stem: cattle urine: coconut water: brown sugar with the raio of 2: 1: 1: 1. The composting stage was started after all materials were chopped and stirred ...

Pemanfaatan Bonggol Pisang Sebagai Bioaktivator dalam Proses Pengomposan Limbah Sekam Padi di Penggilingan Padi Desa Pelabuhan Dalam Ogan Ilir

Journal Health Applied Science and Technology

Composting is a method of organic waste management that aims to reduce and change the composition of waste into useful products. Composting naturally takes 2-6 months so it is necessary to use a bioactivator to speed up the decomposition process. This study used a banana weevil bioactivator as a source of local microorganisms because the nutritional content in banana weevil is a food source so that microbes develop well. The aim of the study was to determine the effectiveness of the banana weevil bioactivator in the composting process of rice husk waste at the rice mill in Pelabuhan Dalam Village, Pemulutan Ogan Ilir District. This research was conducted from April to June 2023. The research design used a descriptive method, by observing the changes in the rice husk waste compost until it was ripe including several concentrations of the banana weevil bioactivator used, namely 50 ml, 60 ml, 70 ml, 80 ml, 90 ml and 100 ml. as well as temperature, humidity, and color control. The resul...

Perbandingan Bioaktivator EM-4 dan Mikroorganisme Lokal Nasi (MOL Nasi) Pada Proses Pengomposan Limbah Teh PT. Perkebunan Nusantara XII– Lawang (Malang)

2017

Mikroorganisme efektif adalah suatu larutan yang terdiri dari kultur campuran berbagai mikroba yang bermanfaat bagi tanaman dan berfungsi sebagai bio-inokulan. Bio-inokulan selain EM-4 yang dapat digunakan sebagai bahan untuk mempercepat proses pengomposan adalah mikroorganisme lokal (MOL). MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung mikroba yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Mikroorganisme Lokal (MOL) terhadap proses pengomposan limbah rumah tangga. Kompos adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan (dekomposisi) sisa-sisa bahan organik secara biologi yang terkontrol sehingga menjadi bagian-bagian yang terhumuskan. Metode pengomposan yang digunakan adalah yaitu Efektif Mikroorganisme-4 (EM-4) mikroorganisme pengurai sebagai bio-inokulan. Mikroorganisme yang terkandung dalam EM 4 antara lain Lactobacillus sp, Khamir, Aktinomi...

Limbah Buah Pisang Sebagai Bioaktivator Alternatif Pada Pengomposan Sampah Organik

Jurnal Poli Teknologi, 2022

Banana fruit waste (LBP) can reduce environmental aesthetics both in terms of beauty and odor. One solution to overcome this problem is to use LBP as a natural bioactivator (BA) to help compost. The purpose of this study was to determine the composting time and compost quality. The research was carried out in two stages: making BA; and the composting process. The manufacture of BA was carried out for 14 days with 2 treatments of adding granulated sugar (GP): 200 grams of GP (notation S1); and 250 grams of GP (S2 notation) as well as one repetition, then stirred every 3 days until the solution becomes clear light brown and forms a thin nata layer on the surface. S1 meets the criteria as BA with a composting time of 30 days, by checking the temperature and weighing the compost every 3 days.

Rancangan Penyuluhan Tentang Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urine Sapi Potong Menggunakan Mikroorganisme Lokal (MOL) Bongkol Pisang Di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang

JURNAL PENYULUHAN PEMBANGUNAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil kaji terap (pemantapan materi) tentang proses pembuatan pupuk organik cair dari urine sapi potong menggunakan MOL bonggol pisang di laboratorium limbah STPP Malang, menyusun rancangan penyuluhan tentang proses pembuatan Pupuk Organik Cair dari urine sapi potong, mendiskripsikan perilaku peternak tentang pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urine Sapi Potong. Metode yang digunakan metode kuantitatif, di kelompoktani Karya Makmur II Desa Wonorejo Kecamatan Lawang dengan jumlah anggota 20 orang yang dimana dipilih secara Purposive Sampling. Parameter yang dilihat dari hasil kaji terap yaitu kandungan unsur hara seperti C-Organik, pH dan NPK. Penyusunan rancangan penyuluhan menggunakan metode analisis berdasarkan tahapan adopsi dan strategi penyuluhan. Skala pengukuran yang digunakan untuk melihat perubahan perilaku dari sasaran yaitu skala guttman, skala likert dan rating scale. Pengumpulan informasi tentang hal ini diperoleh dari kuesio...

Pengembangan Bioaktivator Berbasis Mikroba Berbagai Jenis Mol Untuk Pengomposan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit Dalam Memperbaiki Sifat Tanah Bekas Tambang Batubara

Agrifarm : Jurnal Ilmu Pertanian

Improvement of agricultural development requires improvement of supporting factors of agricultural cultivation, especially the improvement of soil conditions using organic fertilizers. Organic fertilizers should go through the composting process to provide nutrients faster for plants. The composting process requires bioactivators to accelerate the decomposition of organic matter. Selection of bioactivators used in the composting process should be more careful considering each organic material has a different C / N ratio. Composting of organic materials with low C / N ratios generally does not have many obstacles, but the composting of organic materials with high C / N as in oil palm empty bunches requires a bioactivator capable of decomposing high levels of lignin in oil palm empty bunches. Development of bioactivators is a step that must be done in order to find a bioactivator that can accelerate the decomposition process, especially for organic materials with high C / N as in oil ...

Isolasi dan Uji Aktivitas Selulolitik Bakteri Asal Limbah Bagas

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia

Bagasse is one of the by-products of granulated sugar industries or processed beverages that become waste in the environment. The bagasse will be overgrown by cellulolytic bacteria that produce cellulase enzymes. This study aims to isolate, characterize, and measure bacterial cellulase activity qualitatively and quantitatively. The research phase included isolation and characterization of bacteria, qualitative cellulase activity test, preparing standard curves and bacterial growth curves, crude extract cellulase production, constructing standard glucose curves, quantitative enzyme activity tests, and data analysis. Six isolates with macroscopic characteristics varied in color, elevation, margins, and colony shape; three bacillus isolates, one short bacillus isolate, and two cocci isolates were obtained. All isolates showed positive test results of amylum, triple sugar iron agar, and catalase; five citrate-positive isolates, and three motile-positive isolates. From the cellulase qual...

Uji Coba Arang Batang Pisang Teraktivasi Pada Pendegradasian Fosfat Pada Limbah Laundry

Jurnal inovasi teknik kimia, 2022

Usaha Laundry berkembang cukup pesat, dan tidak terlepas dari penggunaan detergen di dalam aplikasinya. Senyawa yang terdapat di dalam detergen salah satunya berupa fosfat, yang mana dalam kondisi berlebih dapat mengganggu keseimbangan ekosistem pada air yaitu menyebabkan eutrofikasi. Kandungan fosfat yang dihasilkan dari limbah suatu kegiatan usaha laundry yang diijinkan untuk dibuang ke badan air adalah 0,2 mg/liter. Untuk mendegradasi fosfat yang terdapat pada limbah laundry dapat memanfaatkan bioadsorben seperti arang batang pisang. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari seberapa besar pengaruh bioadsorben arang batang pisang yang telah diaktivasi menggunakan NaOH dan bagaimana pengaruhnya ketika dilakukan pengintegrasian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi proses difusi fosfat ke sisi aktif adsorben yaitu berupa massa adsorben, waktu kontak, dan kecepatan pengadukan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa peningkatan massa adsorben, waktu kontak, dan kecepatan pengadukan berdampak positif terhadap kinerja bioadsorben dalam menjerap fosfat di dalam air limbah laundry. Kondisi terbaik diperoleh pada kecepatan pengaduk 600 rpm, massa adsorben 5 gram dan waktu kontak 80 menit dengan persentase degradasi fosfat sebesar 80,7% .