Studi Kitab Tabyin Al Islah Karya K H a Rifa I Kalisalak (original) (raw)
Related papers
At-Tahfidz: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Aisyah Abdurrahman or better known as Bintu Syati 'is a very famous female mufassirah in her era. The existence of Amin al-Khulli's style of thought - who is also Bintu Syathi's teacher and husband - made Aisyah Bintu Syathi's preference in explaining or using methods in her interpretation. The book that is in the hands of this author is Bintu Syati's monumental work in the field of interpretation "Al-Tafsīr Al-Bayāni Li Al-Qur'ān Al-Karīm" which is very concerned with enthusiasts of al-Qur'an studies. This book consists of two volumes, each of which includes 7 chapters, consisting of the letters al-Dhuha, al-Insyirah, al-Zalzalah, al-A'diyat, al-Nazi'at, al-Balad, and al-Takatsur. While the second volume consists of the letters al-Alaq, al-Qalam, al-Ashr, al-Lail, al-Fajr, al-Humazah and al-Ma'un. Thus this commentary only contains 14 short suras, taken from juz 'Ammah, chapter 30 of the Qur'an.After studying further, the st...
2018
The study of hadith book is important and must be preserved in order to enrich the knowledge about hadith, one of them is the study of book of Al-Arba'in namely the Al-Fikriyyah Al-Khil'ah book bi Syarh Al-Minhah Al-Khairiyyah by Syaikh Mahfūdz Al-Tirmasī and the book Al-Arba'ūna Al-Buldāniyyah Arba'ūna Hadītsan 'an Arba'īna Syaikhan min Arba'īna Baladan by Syaikh Yasin Al-Fādāī. Based on the results of the study, there are differences in motivation and drafting methods of these two hadith books. The compilation of the Al-Khil'ah Al-Fikriyyah book is due to the existence of the Al-Bukhari Tsulatsiyat book which numbered 22 hadiths, so that the author was motivated to complete it into 40 hadiths which as a whole had a high sanad (isnad ‘ali). While the method of composing the book Al-Khil'ah Al-Fikriyyah was compiled with the names of books starting from Kutub Al-Sittah, Al-Muwatha 'and Tsulatsiyat al-Bukhari. The motivation for compiling the b...
ANALISIS KITAB TAFSIR MA'ALIM AL-TANZIL KARYA IMAM AL-BAGHAWI
PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SUNAN AMPEL SURABAYA SURABAYA 2019 KATA PENGANTAR Bismillahhirrohmanirrohim, segala syukur selalu terlimbah atas segala nafas yang telah Tuhan titipkan. Dengan begitu banyak waktu dan kisah yang telah terlewati. Serta telah melimpahkan rahmat dan segala hidayah-Nya, hingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang telaah salah satu kitab tafsir, yaitu kitab tafsir Ma'alim Tanzil karya Imam Baghawi. Tidak terlupa sholawat serta salam kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa terang pada gelapnya masa itu. Tidak lupa penulis menggucapkan terimakasih tak terhingga kepada dosen pengampu, Bapak Dr. H. Abd. Kholid, M.Ag yang telah memberikan ilmu, bimbingan, serta segala arahan yang bersifat sepanjang hidup. Juga kepada pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian tugas makalah ini, baik dalam hal memberikan sumbangan berupa pikiran maupun materi.
CORAK PENAFSIRAN JALALUDDIN AL-SUYUTI: STUDI ATAS KITAB TAFSIR JALALAYN
EMPIRISMA, 2015
Tafsīr Jalālayn is one among other exegetical works commonly used in Indonesia, particularly in pesantrens. It is well-known that this work is relatively concise and straightforward that people can easily understand it. This paper attempts to discuss the authors of the work with a focus on Jalāluddīn al-Suyūṭī who completed and continued the work of Jalāluddīn al-Maḥallī. It will examine al-Suyūṭī's types and methods in his interpretation work after the latter. Pendahuluan Kajian al-Qur'an memiliki wilayah yang sangat luas, sehingga tidak berlebihan jika ia diibaratkan sebagai lautan ilmu yang tidak bertepi. Berbagai macam ilmu telah muncul berkat kehadiran al-Qur'an, mulai dari asbāb nuzūl, nāsikh mansūkh, muḥkām-mutashābih, hingga makkī-madanī, dan begitu seterusnya. al-Qur'an memang memiliki daya magnet yang luar biasa, tidak saja bagi orang Muslim, tetapi juga bagi non-Muslim atau orientalis. Dalam tulisan ini penulis ingin melihat sejauh mana penafsiran ulama terhadap kitab suci al-Qur'an dari berbagai aspeknya. Penulis mengambil objek kajian tafsīr Jalālayn karya al-al-Suyūṭī dan al-Maḥallī yang cukup monumental di kalangan pesantren. Tafsīr Jalālayn sangat berguna bagi mereka yang baru mengenal kitab tafsir karena bahasanya yang mudah dimengerti, singkat, dan lugas. Tafsir ini masyhur di kalangan pesantren di mana sudah ada semacam kesepakatan bahwa kitab-kitab yang dijadikan sebagai bahan pengajian di sana disesuaikan dengan gradasi tingkat kemudahan bahasa dan materi. Dengan kata lain, pendidikan tafsir di pesantren didasarkan pada pola penyajian materi yang sederhana dan tidak rumit. 1 * Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1 Muhammad Yusuf, dkk., Studi Kitab Tafsir Menyuarakan teks yang Bisu, (Yogyakarta: Teras, 2004), hlm. 151. Tafīr Jalālayn sengaja dipilih karena kitab tafsir ini merupakan penyempurna dari guru al-Suyūṭī, al-Maḥallī yang wafat sebelum penulisan tafsir itu sendiri rampung dilakukan. Sedangkan, al-Suyūṭī juga memiliki tafsir yang tidak kalah populernya di kalangan mufasir lain, yakni tafsir Dūr al-Mansūr fī Tafsīr bil Ma'thūr. Dengan kenyataan tersebut, penulis ingin membandingkan antara kedua tafsir tersebut dari sisi metodologi yang digunakan maupun dari sisi bahasanya. Ada kemungkinan Imam al-Suyūṭī berbeda penafsiran antara kitab tafsir yang satu dengan yang kemudian dalam ayat yang sama. Maka dari itu, tulisan ini akan mengulas kedua bahasan tersebut. Mengenal Tafsir al-Jalālayn dalam Lintas Sejarah Tafsīr Jalālayn ditulis oleh dua orang ulama yang hidupnya hampir berdekatan masa, yaitu al-Maḥallī yang lahir pada tahun 791 H dan meninggal pada tahun 864 H, dan Imām al-Suyūtī yang lahir pada tahun 849 H di Kairo dan meninggal pada tahun 911 H. Pada 3 Oktober 1445-17 Oktober 1505, keduanya tinggal dan hidup di Mesir. Bahkan dikatakan bahwa al-Suyūṭī pernah belajar kepada al-Maḥalli. 2 Dengan demikian, keduanya hidup di zaman 2 Farūq 'Abd al-Mu'ṭī, Jalāluddīn al-Suyūṭī, (Libanon: Dār al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1992), hlm. 16.
BUKU PANDUAN PENGKAFIRAN: Evaluasi Kritis Tibyān fī Ma’rifat al-Adyān karya Nūr al-Dīn al-Ranīrī
Jurnal THEOLOGIA
The aim of this article is to critically evaluate the thought of Nūr al-Dīn al-Ranīrī, particularly his thought in Tibyān fī Ma'rifat al-Adyān. The book contained his accusation of others as being a kafir. This Indian origin theologian explained the history of religions from the times of Adam to the times of Jesus. He claimed that those pre-Islamic religion had perverted. He discussed also Islamic theological schools such as Rafidi, Khawarij, Jabbariyah, Qadariyah, Jahmiyah, Murji'ah and Karamiyah. He said that those schools are perverted as well. According to him, only Ahl al-Sunnah wa 'l-jamā'ah is the right theology. He also discussed various ideologies and the practices of mysticism that have ever grown and claimed that those are perverted too, except the akhlaqi tasawwuf. This article reviews the historical background of Aceh chronically till this "guidance book of takfir" come into existence. For that cause, the content of Tibyān fī Ma'rifat al-Adyānwill is discussed in brief. Finally, the theological thought of al-Ranīrī regarding the unity of being. The article focuses on the criticism over the attack of al-Ranīrī against the concept of the unity of being held by Hamzah Fansūrī and Shams al-Dīn al-Sumatranī. Abstrak: Tulisan ini bertujuan melakukan evaluasi kritis atas pemikiran Nūr al-Dīn al-Ranīrī, khususnya dalam bukunya Tibyān fī Ma'rifat al-Adyān. Dalam buku tersebut dia mengkafirkan banyak pihak. Teolog asal India itu mengulas sejarah agama-agama sejak Adam hingga Isa al-Masih. Dia mengatakan agama-agama tersebut telah menjadi agama yang sesat setelah Islam muncul. Selanjutnya dia membahas aliran-aliran teologi seperti Rafidi, Khawarij, Jabariyah, Qadariyah, Jamamiyah, Murji'ah dan Karamiyah. Dia mengatakan semua aliran teologi tersebut adalah sesat. Menurutnya aliran yang benar hanya Ahl al-Sunnah wa 'l-Jamā'ah. Selanjutnya dia mengulas berbagai itikad dan praktik mistisme yang pernah berkembang dan mengatakan semua itu sesat kecuali aliran tasawuf akhlaqi. Tulisan ini mengulas tentang latar belakang Aceh secara kronologis hingga "buku panduan pengkafiran" tersebut hadir. Selanjutnya diulas secara ringkan isi Tibyān fī Ma'rifat al-Adyān. Terakhir dilakukan evaluasi kritis atas pandangan teologis al-Ranīrī tentang Waḥdat al-Wujūd. Tulisan ini berfokus pada kritik atas serangan al-Ranīrī terhadap pemikiran Waḥdat al-Wujūd yang dipegang oleh Hamzah Fansūrī dan Shams al-Dīn al-Sumatranī.
STUDI HADIS TERHADAP KITAB AL-KAFI AL-KULAINI
Kerasulan Nabi Muhammad s.a.w. merupakan upaya Tuhan dalam melaksanakan misi agama Islam dan sekaligus menjelaskan firmannya dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Dia didampingi oleh sahabat dan pengikut yang memiliki semangat yang tinggi untuk menyampaikan dan mengajarkannya, memelihara dan membukukannya.
I’jaz Bayaniy dan Perkembangan Kajian Menerusi Al-Qur’an
‘Abqari Journal
Kemukjizatan al-Qur’an atau I’jāz al-Qur’an merupakan satu bentuk ilmu yang menjelaskan tentang keagongan al-Qur’an dalam pelbagai bentuk disiplin ilmu. Salah satu pecahan utama adalah melibatkan penggunaan gaya bahasa yang meliputi tatabahasa, balāghah dan linguistik. Kajian ini bertujuan menerobos perkembangan I’jaz Bayāniy dalam kajian al-Qur’an berdasarkan karya dari sarjana terdahulu. Pendekatan melalui analisis kualitatif terhadap hasil karya sarjana lampau dilihat sebagai satu metodologi utama kajian ini. Hasil penelitian mendapati, penggunaan istilah I’jaz Bayāniy tidak hanya tertumpu kepada ilmu bayān sahaja, bahkan meliputi ilmu ma’ani dan badi’. The Miracle of the Qur’an or I’jāz al-Qur’an is a form of knowledge that explains the greatness of the Qur’an in various forms of disciplines. One of the major discussion involves the use of language styles that include grammar, balāghah and linguistics. This study aims to examine the development of I’jaz Bayāniy in the study of...
Ilmu Balaghah: Tasybih dalam Manuskrip “Syarh Fī Bayān al-Majāz wa al-Tasybīh wa al-Kināyah”
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA
Abstrak - Salah satu kategori manuskrip nusantara adalah manuskrip yang keberadaannya di Indonesia berasal dari pertukaran ilmu para ulama nusantara yang belajar ke Makkah dan Madinah lalu kembali ke tanah air membawa naskah berbahasa arab, kemudian naskah tersebut di pelajari oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan kajian keilmuan.Ungkapan tasybih populer di pakai oleh kalangan pujangga arab sejak masa keemasan karya sastra terukir dalam sejarah periode Jahiliyah. Gaya bahasa tasybih merupakan upaya penutur untuk mengungkapkan sesuatu dengan menyerupakan hal yang ia maksud dengan sesuatu lain yang memilki kesamaan efek dan akibat. Ilmu bayan secara bahasa adalah penjelasan, penyingkapandan keterangan. Sedangkan secara istilahilmu bayan berarti dasar atau kaidah yang menjelaskan keinginan tercapainya satu makna dengan macam-macam gaya bahasa.Metode yang di gunakan dalam penelitian ini di bagi menjadi dua tahap, pertama : metode filologi, di gunakan untuk membaca dan menganalisis tek...