Eufemisme Seks Dan Seksualitas Teks-Teks Hadis Dalam Kutub Al-Tis'ah (Kajian Semantik) (original) (raw)

Dimensi Eufemisme Hadis-Hadis Tentang Seksualitas Dalam Kutub Al-Tis’Ah

Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 2021

Tidak dapat dibantah pembicaraan seputar seksualitas di tengah kehidupan masyarakat merupakan pembicaraan yang tabu. Hal demikian tidaklah mengherankan, dalam landasan normatif teologis Islam, seperti halnya berbagai Hadis juga menggunakan bahasa yang santun dan sopan ketika membicarakan hal-hal yang berkaitan seksualitas. Penelitian kualitatif berupa kajian pustaka ini bertujuan untuk mengidentifikasi dimensi eufemisme pada matan hadis-hadis seksualitas dan menelusuri penyebab terjadinya pergeseran makna pada kosa kata hadis-hadis seksualitas tersebut. Sumber data primer penelitian ini adalah hadis-hadis seksualitas dalam Kutub al-Tis'ah. Teori yang digunakan adalah teori eufemisme. Terdapata dua kesimpulan penelitian ini. Pertama, matan dalam hadis-hadis seksualitas dieufemiskan dalam bentuk kinayah, qiyas, majaz dan metonimi dalam redaksi yang berbeda-beda. Kedua, variasi kosa-kata seksualitas dalam Hadis mengalami pergeseran makna dari makna sebenarnya yang disebabkan indikator-indikator tekstualnya, situasi performa teks, dan indikatorindikator kondisionalnya. Kata kunci: Hadis-hadis seksualitas; eufemisme; kutub al-tis'ah.

Seksual Dalam Al-Qur’An

Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an dan Hadis, 2019

Sexual has the meaning of the case relating to intercourse between men and women. Talking about sex is a taboo subject, but the Quran as a holy book talks about it. For this reason, this research will focus on discussing sexual issues discussed in the Quran. This research method uses qualitative technical-library research with a thematic interpretation approach (mawdu‘i). The results of this study conclude that: First, Halal sex can be mapped into six redaction: Rafath means sex because it is identical with dirty things; Mubasharah means sex because of meeting the skin; Qaraba means sex because it is so close; Taghaththa> means coming to have sex; Nikah means sex permisible with Sha>ri’; Dukhul means sex because it includes the male genitalia in the female genitalia for husband and wife. Secondly forbidden sex, al-Qur’an uses the bigha redaction, it is meaning coercion to women to become Prostitute; al-musafihat prostitute women in the context of accusations; Muttakhidat akhda...

DIGISEKSUAL DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Kajian Kontekstual Ayat-Ayat Tentang Seksualitas)

2020

Seksualitas merupakan fitrah yang dianugrahkan Allah SWT kepada makhluknya tak terkecuali manusia. Keberadaan seksualitas dalam kehidupan manusia telah ada sejak manusia diciptakan. Sejalan dengan dinamika perjalanan kehidupan manusia dimuka bumi, seksualitas menjadi bagian yang mengalami perubahan-perubahan dan terus berkembang sepanjang zaman sebagai akibat dari perkembangan pengalaman, pengetahuan dan peradaban manusia. Di era yang paling mutakhir ini, seksualitas pun menemukan bentuk baru yang tidak terlepas dari kecanggihan teknologi membentuk wajah digitalisasi seksual/ digiseksual. Melalui penelitian ini penulis bermaksud mencari perspektif Al-Qur’an mengenai fenomena digiseksual yang di era post-modern ini telah terjadi di beberapa belahan dunia terutama yang maju dalam teknologi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan mengambil data-data dari berbagai literatur (library research). Pada penelitian ini penulis menggunakan dua teori yakni teori continuity and ch...

Analisis Kualitatif Konsep Seksualitas dalam Al-Quran dan Hadist

Afkaruna: Indonesian Interdisciplinary Journal of Islamic Studies, 2016

This study is about the concept of sexuality in the Qur'an and Hadith. The concept of sexuality is one of the topics rarely discussed by Muslims. Topics on sexuality are sill regarded as dirty and taboo. Sexulaity is merely seen among the majority of society as a sexual intercourse between man and woman. This article seeks to uncover the concept of sexuality in al-Qur'an and Hadith by examining some Quranic terms and concepts and linking those terms/concepts. This research utilizes content analysis and proportional analysis units. The author argues that the concepts of sexuality in Islamic literature is not a taboo given that al-Qur'an and Hadith mentioned and discussed sexuality from various aspects, including physiological and psichological aspects.

Pelecehan Seksual Dalam Al-Qur'an

Jurnal Tafsere

Manusia dikenal sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dari sinilah, gejala sosial yang disebut dengan pelecehan sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat, yang biasanya terjadi pada kaum perempuan. Perilaku yang dapat dianggap sebagai tindak kekerasan terhadap perempuan ialah perilaku yang dilakukan oleh seseorang, yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, rasa cemas bahkan yang dapat menimbulkan efek trauma. Menurut Komnas Perempuan, yang dicatatkan pada CATAHU pada tahun 2020, kasus kekerasan seksual terhadap perempuan 299.911 kasus. Dalam hal ini, perilaku kekerasan tidak hanya berbentuk kekerasan fisik, akan tetapi juga dapat berbentuk kekerasan yang non fisik. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya persoalan reaksi jender yang sangat luas dan kompleks dalam aspek kehidupan manusia, seperti terdapat pada moral, agama, iman dan lain-lain. Tindakan pelecehan ini sering terjadi pada perem...

Qurrah al-‘Uyûn: Seksualitas dalam Literatur Fiqh Islam

ULUMUNA, 2006

Seksualitas dalam bingkai fiqh memberi panduan tentang mana yang harus dilakukan suami terhadap istrinya juga sebaliknya. Islam membingkai hubungan seks sebagai ibadah yang mengiming-imingi pelakunya mendapat pahala. Konon, pahala hubungan seks sebanding dengan pahala berjuang dalam perang melawan orang kafir. Pembahasan ini terkesan vulgar dan tak senonoh, tetapi begitulah ulama Islam memaparkan secara berani dan terbuka tanpa ada tendensi membeberkan pornografi. Dalam perspektif ini seksualitas adalah ibadah yang mengandung rambu-rambu yang harus ditaati, dan biasanya untuk menguatkan paparannya, fuqahâ’ mendasarkan pendapatnya pada al-Qur’an dan hadits. Menjejerkan aktivitas seksual dengan ayat-ayat al-Qur’an dan sabda Nabi menjadikan hubungan seksual sebagai ritual yang sakral. Fenomena sakralitas seksual tidak hanya ditemukan dalam Islam yang membingkai dalam spektrum ibadah kepada Tuhan, namun dapat ditemukan dalam Agama Hindu yang memahatkan sakralitas seksual dalam beberapa ...

Pembacaan Non-Homofobik Terhadap Ayat-ayat Sejarah Homoseksualitas Dalam Alquran: Menuju Penafsiran Sensitif-Seksualitas

Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

The Muslim understanding of the Qur'anic verses about the history of homosexuality particularly the phrase ma> sabaqakum biha> min ah} ad min al-'a> lamin for centuries reads that no man before your people (the prophets Lut's people, more than 20th BC) who ever took action fakhisha ' (which is then interpreted by the so-called' neo-orthodox 'as homosexuality). This understanding is in the contrary with the results result of an Egyptologist Greg Reeder saying that the first possible homosexual couple were Niankhkhnum and Khnumhotep, two manicurists at the age of the Fifth Dynasty of the Kingdom of Ancient Egypt (more than 25th BC). The contradiction then inspects a man on the question of "Whether Qur'an incorrectly cite the history?" Suspicion is suspended by al-Razi which provides a more accommodative alternative to the Reeder study, which is 'beyond what you do in it' which gives the possibility of a group of people who did homosexuality in the past 20 BC.

Seksualitas dalam Alquran, Hadis dan Fikih: Mengimbangi Wacana Patriarki

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, 2017

Discussing sexuality is often misunderstood only to be associated with sexual relations. In fact, sexuality is associated not only with biological aspect but also with experiences and expressions of the human being as a sexual agent. It is related to one's thought, feeling, and expression related to being sexual. Sexuality is a social construction that related to norms, values, and behaviors in different context. In Muslim society, sexuality has dual meanings: Sometimes discussing sexuality is appreciated but at the same time is prevented. This article explains sexuality from Islamic perspectives derived from Quran, Hadith, and Jurisprudence (Fiqh). This article shows that sexuality in Muslim society is influenced by cultural norms and religious doctrines. Doctrines derived from Quran, Hadith and Fiqh give significant influence on how people think and act concerning what is permitted and forbidden, appropriate and inappropriate related to being male and female. The explanations on sexuality in the Quran, Hadith, and Fiqh, in fact, appreciate human being as natural sexual being and fulfilling for both sexes. However, in reality, the dominant understandings of those sources are heavily influenced by patriarchal bias.

Epistemologi Pendidikan Seks dalam Al-Qur’an

2019

The characteristics of sex education in the Qur'an are preventive, universal, realistic-accurate. Preventive because the Qur'an has warned from the beginning to avoid negative sex so as not to fall into the humiliation as it has befalling the past. Universal because the Qur'an explains thoroughly all the problems about sex from before someone was born until he died. Realistic because the Qur'an recognizes that sex cannot be separated from human problems. The method of writing this paper is the Mawḍū'ī Interpretation (thematic) by identifying the verses of the Qur'an related to the theme. The purpose of writing this paper is to explain to the reader the concept of the Qur'an about sex education. To realize this goal, this paper outlines the meaning, purpose, object, phase, benefits of sex education in the Qur'an. The steps of the research are: identifying sexual problems that exist in society, then linking with the values contained in the Qur'an.

SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM KITAB FATHU AL-IZAR FI KASYFI AL-ASRAR AL-AWQAT AL-HARTSI WA KHILQAH AL-ABKAR

Al-Ibanah, 2021

This study aims to dissect women's sexuality in the book Fathu Al-Izar fi Kasyfi Al-Asrar Al-Awqar Al-Hartsi wa Khilqah Al-Abkar using the literature review method. The lack of Islamic sex education literature makes this book the foremost book studied in the traditional Islamic boarding school. There are several dimensions of female sexuality in each section of the discussion. But in general it centers on the last section of the discussion, "Bayan Asrar Khilqah Al-Abkar" (virgin secret explanation). This book generally uses a physiognomic science approach to explain the biological dimensions of female sexuality regarding vaginal anatomy and the high and low levels of female sexual desire.