IDEOLOGI (original) (raw)

Sastra dan Politik

Sanata Dharma University Press, 2018

Dalam sejarah sastra Indonesia, hubungan sastra dan politik senantiasa berada dalam sebuah tegangan yang sulit didamaikan. Kebijakan kesusastraan pada zaman pemerintahan Belanda menabukan ideologi, agama, dan politik. Pandangan itu cenderung bertahan terhadap perubahan sehingga tertanam keyakinan di kalangan ilmuwan dan masyarakat sastra Indonesia bahwa sastra itu harus apolitis dan tidak boleh memiliki tujuan moral dan politik apapun. Sastra seolah-olah tidak boleh terhubung langsung dengan kehidupan nyata karena sastra dipahami sebagai karya fiksi. Aspek-aspek historisitas di luar sastra dipandang sekadar background ataupun foreground yang tidak boleh merusak sifat hakiki karya sastra sebagai karya fiksi yang imaginer. Sastra pun cenderung dipahami sekadar sebagai bacaan hiburan tentang sebuah dunia alternatif, yaitu dunia yang tidak sama dengan dunia yang kita huni ini. Teori-teori kritik sastra terbaru memperlihatkan bahwa secara fundamental, sastra terlibat dalam kehidupan konkret manusia, dan bukan hanya sekadar gambaran abstrak sebuah dunia alternatif. Stephen Greenblatt –pelopor kritik New Historicism menolak pandangan bahwa sastra adalah dunia alternatif. Bagi dia, sastra justru mengintensifkan dunia yang satu dan sama ini. Dengan demikian, sesungguhnya tak ada yang tidak politis. Buku ini memperlihatkan tegangan dan dinamika hubungan antara sastra dan politik melalui kajian yang cermat terhadap representasi Tragedi 1965 dalam Negara Orde Baru. Melalui buku ini, pembaca mencermati dan memahami posisi politis dan sumbangan sastra di tengah-tengah perjuangan hidup manusia Indonesia dalam menegakkan derajat dan martabat kemanusiaannya. Mereka harus berhadapan dengan sekelompok penguasa yang juga berjuang dengan gigih untuk menegakkan kekuasaan mereka. Di sini diperlihatkan bentuk-bentuk tanggapan dan perlawanan sastra terhadap hegemoni polisis yang dimobilisasi penguasa dalam merepresentasi Tragedi 1965. Masyarakat cenderung memandang bahwa hukuman pembunuhan massal terhadap ratusan ribu orang-orang PKI dalam Tragedi 1965 bertujuan mendapatkan keadilan karena PKI telah melakukan pembunuhan keji di Lubang Buaya. Hukuman pembantaian itu, dalam kenyataannya, bukan untuk mendapatkan keadilan melainkan untuk menegakkan kekuasaan Orde Baru. Buku ini akan menjadi buku pertama yang membahas hubungan antara sastra dan politik. Mahasiswa dan para pakar dari berbagai bidang ilmu yang ingin memahanmi episteme Orde Baru dapat mengambil manfaat dari buku ini. Buku ini memberikan renungan bagi kita semua, bahwa pembangunan adalah untuk manusia, bukan manusia untuk pembangunan. Dimensi humanistik pembangunan merupakan sebuah keniscayaan. Sastra akan terus hadir untuk mengawal pergulatan manusia Indonesia dalam menegakkan martabat kemanusiaannya.

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN OLEH CENDEKIAWAN MUSLIM DI ZAMAN MODERN DALAM PRESPEKTIF ALI SYARIATI

M. Fahlevi, Reconstruction of Education by Muslim Scholars in Modern Age in Perspectives Ali Syariati, Thesis. Tarbiyah Faculty, stai-Madinatul Ilmi, Depok, 2013. This study aims to: (1) Knowing the view of Ali Syariati about understanding Muslim scholar (2) Knowing the view of Ali Syariati about characteristics of a Muslim scholar (3) Acknowledge the role of the Muslim scholar in the reconstruction of education in Modern Age. This study includes the type library research (library research) were analyzed Ali Syariati thinking about Reconstruction of Education by Muslim Scholars in Modern Age. Conclusions obtained from this research are: (1) Muslim scholar is a part of the Roushanfikr, it is so important for a scholar to have ideology they stand for and make life guidelines, according to Ali Syariati without loss of functionality and scholar ideology scholar will be alienated among Muslims. (2) Ali Syariati give a sense of the Scholars as having intellectual Ideology. (3) Characteristics of Scholars for Syariati is always related to humanism, due to the influence of scholars in the society are expected to be the driving force to provide the collective consciousness for mankind especially through education. (4) Ali Syariati looked that Islamic ideology in line with the spirit of renewal and it is the main task of a how they play an active role in a new ideology concocted formed according to his time without removing the essence of the values of the old ideology, that way one scholar can bring Muslims to progress and become a dynamic society.