Kemunculan Aliran Islam dan Prospek Pluralisme di Indonesia (original) (raw)
Related papers
Pluralisme dan Fenomena Aliran Keagamaan Dalam Islam
Tulisan ini tidak untuk ikut-ikutan memvonis atau bahkan menghujat aliran-aliran di lingkungan umat Islam yang belakangan ini muncul, karena 1) kapasitas untuk melakukan itu tidak penulis miliki, baik dari sisi intelektualitas keagamaan (karena bukan seorang ulama, kyai, ustadz, tokoh agama, dll), maupun membawa suara ormas-ormas Islam yang ada; 2) penulis hanyalah seorang guru agama yang terbatas pada pengajaran agama yang sangat spesifik, yang bahkan secara metodolgis kurang populer di kalangan kebanyakan umat Islam, yaitu ilmu kalam, ilmu perbandingan agama, dan hubungan antaragama, yang didalamnya hanya mengangkat fakta-fakta keagamaan yang terlepas dari penilaian "benarsalah"nya suatu fakta keagamaan itu; 3) Perbedaan, mengkuti pendapat Nurcholish dan para cendekiawan Islam (ulama) lainnya, adalah sangat alamiah (Sunnatullah), yang setiap orang memiliki kecenderungan untuk berbeda; 4) Oleh karena itu, atas basik keguruagamaan itulah, penulis hanya mencoba merefleksikan pemahaman atas fakta yang ada, baik berdasarkan fakta sejarah maupun fakta yang sekarang sedang terjadi. Atas dasar perbedaan dan keragaman pandangan inilah menjadi fokus tulisan ini.
Pluralisme adalah sebuah ideologi di mana kita saling toleransi antar suku, agama, dan ras. Kata 'pluralisme' merupakan salah satu istilah yang sedang banyak diperbincangkan di era globalisasi, terutama di negara berkembang yang memiliki budaya yang beraneka ragam seperti di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan Indonesia itu sendiri merupakan negara yang menganut pluralisme berdasarkan adanya berbagai macam agama, suku, ras yang dimiliki masing-masing setiap Warga Negara Indonesia.
Islam Dan Masyarakat Pluralistik Indonesia Dalam Perspektif Dakwah
Dakwatuna: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Islam
Da'wah and society are complementary sides of the coin in the process of Islamic da'wah. Da'i and the community who are both elements of da'wah become vital objects in the process of success of da'wah. Da'wah that is oriented to an individual piety and generally social must pay attention to things that are very urgent, namely the local wisdom of the local community. For example in the hegemony of the struggle and the long journey of da'wah in Indonesia, which lives with the heterogeneity of society and the majority is Muslim and has religious characteristics. Differences in race, ethnicity, culture, ethnicity, language, and accent from various regions are used as the foundation and fundamental value of religious religiosity as a belief. As a form of purification and for the effectiveness of the implementation of da'wah, every da'wah interpreter or dai must rely on the texts of the Qur'an and Hadith. Expertise in an effort to respond to the con...
Berislam Dalam Bingkai Indonesia: Membaca Konsep Pluralisme Abdurrahman Wahid
MOZAIK: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, 2015
Abstrak Sebuah kenyataan historis bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, plural, dan beragam. Setelah Indonesia ini lahir, masyarakat bangsa ini semestinya menyadari bahwa mereka adalah tidak satu, banyak suku, banyak agama, dan banyak latar belakang budaya yang berbeda. Demikian pula seiring dengan perkembangan zaman dan di era globalisasi ini, jelas keragaman semakin tampak. Masyarakat Indonesia, pada era ini, tidak hanya harus bisa bergaul dengan sesama bangsa Indonesia, akan tetapi juga harus dapat menerima bangsa lain sekaligus pengaruh budayanya. Dalam konteks ini, penting kiranya untuk mengkaji pemikiran Gus Dus, sebutan akrab Abdurrahman Wahid. Diketahui bahwa Gus Dur salah satu intelektual yang banyak menyuarakan gagasan-gagasan pluralism baik dalam tulisan-tulisannya maupun tindakan nyata. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan mengungkap pemikiran Gus Dur. Khususnya, bagaimana seharusnya ber-Islam dalam bingkai Indonesia dalam pandangan Gus Dur?
Penjelasan mengenai Islam dan Pluralisme oleh Buya Yahya yang merupakan pimpinan dari Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah di Cirebon
Urgensi Pluralisme Dalam Beragama Bagi Masyarakat Indonesia
2019
As a very pluralistic country in the world, the country of Indonesia is inhabited by various ethnic groups and various religions which until now remain exist and become an example for all countries in the world as countries that have many differences as explained above, but they still live in togetherness and stay in harmony. It is undeniable that the potential for conflict must remain in the midst of communities that have many differences, the Ambon, Poso conflicts, and even conflicts that have occurred in North Maluku in 1999 including the last one that occurred in Tolikara Papua is evidence that the potential for conflict must watch out for. To provide a comprehensive understanding to the public about how to respond to existing differences, the concept of pluralism should be introduced to the community early on. The concept of pluralism should be dialogue between religious communities that exist. The forum for religious harmony must be intensively and regularly held meetings to discuss in as much detail as possible how to teach each Ummah about the diversity and differences that must be understood by each adherent of the existing religion. Some conflicts that have occurred including in North Maluku are valuable lessons for all of us, that the impact of the conflict is only detrimental to all parties. Victims of property lives and good relations between religious communities are damaged, with the conflict should make us increasingly understand each other that difference is a blessing for us. Keywords: The beauty of pluralism Abstrak Sebagai Negara yang sangat majemuk di Dunia, Negara Indonesia dihuni oleh berbagai suku bangsa dan berbagai agama yang hingga kini tetap eksisis dan menjadi contoh bagi semua Negara di Dunia sebagai Negara yang memiliki banyak perbedaan seperti telah dijelaskan di atas, akan tetapi mereka tetap hidup dalam kebersamaan dan tetap rukun. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa potensi konflik pasti tetap ada di tengah-tengah masyarakat yang memiliki banyak perbedaan tersebut, konflik Ambon, Poso, bahkan konflik yang pernah terjadi di Maluku Utara pada tahun 1999 termasuk terakhir yang terjadi di Tolikara Papua merupakan bukti bahwa potensi konflik tersebut harus diwaspadai. Untuk memberikan pemehaman yang komprehensif kepada masyarakat tentang bagaimana menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada, maka konsep pluralism seyogiyanya diperkenalkan kepada masyarakat sejak dini. Konsep pluralism hendaknya didialogakn antar ummat beragama yang ada. Forum kerukunan ummat beragama harus seacar intensif dan berkala melakukan pertemuan-pertemuan untuk membicarakan sedetail mungkin bagaimana mengajarakan masing-masing ummat tentang keberagaman dan perbedaan yang mesti dipahami oleh masing-masing penganut agama yang ada. Beberapa konflik yang pernah terjadi termasuk di Maluku Utara merupakan pelajaran
Kontruksi Wacana Pluralisme Agama DI Indonesia
Research Report, 2010
In Indonesia, the plurality and pluralism primarily associated with religion as if ditaqdirkan always in a problematic position. One of the problematic side of diversity is the potential for conflict. Of course, this seemed odd, because any religious teachings emphasize on the equality and human equality. This is a perenial all religious vision. Potential conflicts in the diversity of religions as such are beyond the perenial area of religion, but more occurred in areas of social construction. This study is a literature, namely research conducted by examining a number of library materials that aims to describe and / or reconstruction of certain social phenomena in an objective and accurate. In this study, the materials are reviewed literature is written by Nurcholish Madjid and M. Dawam. Both these figures have a big attention to the development discourse of pluralism in Indonesia.
Islam adalah agama samawi terakhir yang diturunkan Allah untuk seluruh umat manusia sebagai rahmatan lil alamin, sekaligus penyempurna risalahrisalah sebelumnya. Islam dengan risalahnya yang universal dan inklusif merupakan satu-satunya agama yang bisa menerima agama-agama lain sebagai sebuah pemahaman keyakinan. Secara formal, Al-Qur'an juga mengakui nabi-nabi dari agama-agama sebelum Islam dan tidak membedakannya satu sama lain. Islam tidak menjadikan perbedaan agama untuk tidak berbuat baik dan menjalin interaksi sosial, berbuat adil dalam kehidupan masyarakat selama tidak menimbulkan kerancuan aqidah dan tidak memusuhi umat Islam.
Moderasi Islam (Wasathiyyah) di Tengah Pluralisme Agama Indonesia
FUADUNA : Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan, 2019
Negara Indonesia merupakan Negara yang majemuk dari sisi agama, budaya, dan suku. Hal ini dapat menjadi potensi kemajuan bangsa dan sebaliknya juga dapat mengancam eksistensi Negara. Persoalan yang sering menjadi sorotan adalah pluralisme agama, karena agama merupakan sesuatu yang lebih sensitive dibandingkan dengan perbedaan lainnya. Islam di Indonesia merupakan agama mayoritas yang harus mengambil peran dalam menstabilkan kehidupan bernegara. Pandangan yang moderat tentang keragaman agama di Indonesia harus selalu dipupuk untuk menjadikan Indonesia menjadi Negara yang damai dalam kemajemukan. Oleh karena itu diperlukan upaya bagaimana menjadikan moderasi Islam sebagai cara untuk mengakomodir pluralisme agama di Indonesia. Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa Islam tidak menganggap semua agama itu sama tapi memperlakukan semua agama itu sama dengan mengedepankan tasamuh (toleransi), kemudian syura (musyawarah) antar agama, dan punya sikap musawah (tidak diskriminatif).