The End of Driving and Transit-Oriented Development (original) (raw)
Related papers
TOD Transit Oriented Development 25 NOVEMBER 2015
Transit Oriented Development (TOD) menjadi salah satu bentuk perencanaan kota yang terintegrasi dengan memaksimalkan akses ke transportasi umum dengan memperhatikan jarak dan waktu tempuh yang nyaman bagi masyarakat untuk melakukan aktifitas kerja dan lainnya. Konsep Transit Oriented Development (TOD) akan sangat berpengaruh dalam menurunkan kebutuhan untuk mengemudi dan konsumsi energi hingga 85%, dimana konsep ini sangat memerhatikan jaringan transportasi masal termasuk perencanaan untuk pejalan kaki atau sepeda. TOD dapat diterapkan tidak hanya untuk sebuah kota yang mempunyai kepadatan tinggi dengan aktifitas perdagangan dan bisnis yang tinggi juga. Banyak kota-kota baru yang dibuat setelah Perang Dunia II di Jepang, Swedia, dan Prancis, menerapkan konsep TOD. Pengembangan TOD sangat maju dan telah menjadi tren di kota-kota besar khususnya di kawasan kota besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di Korea, Hongkong, Singapura, serta beberapa kota di Amerika Serikat dan Eropa yang memanfaatkan kereta api kota. Seluruh wilayah kota Paris memiliki stasiun metro dengan jangkauan tidak lebih dari 500 meter dari fasilitas sistem penyewaan sepeda dan mobil (Velib dan Autolib) untuk memudahkan perjalanan lanjutan.
Pondasi, 2019
ABSTRACTUrban sprawl causes the lifestyle of private vehicle use as the main preference in the choice of transportation modes which results in congestion, air pollution and energy use in the transportation sector which continues to increase. Transit Oriented Development (TOD) is an alternative solution in solving these problems, with the concept of urban development that maximizes diverse and integrated land use by promoting healthy lifestyles through walking and cycling and maximizing the use of mass transportation modes. Therefore, this research was conducted with the aim of knowing the application of the development of TOD for planning to achieve sustainable transportation.The variables used in this study are density, diversity, design and transit which are a combination of the theories of Cervero (1997) and ITDP (2014). The results of the study showed that the city of Surabaya was dominated by transit, Bandung Cit y and Jakarta City variables which were both dominated by density...
Pengembangan Kawasan Permukiman Suburban Berbasis Transit Oriented Development (Tod)
ATRIUM Jurnal Arsitektur
Title: The Development of Suburb Residential Area Based on Transit Oriented Development (TOD) The rapid growth and development of the city has impacted on the increasing of city population and traffic density which lead to various urban problems. The development of suburbs as a satellite city is considered as an appropriate solution to reduce the main city‘s load. This area could be developed into residential uses to provide living area for commuters. The railway that connects Solo and Wonogiri is considered as a major potential to create the integration between Solo as the main city and other areas as regional supports. Pasar Nguter Station is located on the route of Solo-Wonogiri railway and has great potential. The aim of this research is to examine and explore possibilities of Pasar Nguter Station to be developed as residential area based on Transit Oriented Development (TOD). This research will assess the existing condition surrounds Pasar Nguter Station based on the principal ...
Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Kota Surabaya belum terlihat mengusung konsep integrasi sistem transportasi kota dalam mengatasi permasalahan transportasi kota. Beberapa upaya pemecahan permasalahan transportasi di Kota Surabaya masih terfokus dalam peningkatan kapasitas jaringan jalan. Padahal paradigma kota-kota besar di dunia dalam mengatasi permasalahan kemacetan sudah mulai bergeser dari cara lama yang hanya dilihat dari penyediaan sistem jaringan menuju ke strategi inovatif melalui penerapan konsep-konsep yang mengedepankan integrasi antara penggunaan lahan dengan transportasi. Salah satu konsep yang mengusung konsep integrasi transportasi kota adalah Transit Oriented Development (TOD). Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji potensi penerapan TOD di Kota Surabaya. Dalam mencapai tujuan tersebut, digunakan tiga jenis metode analisis yaitu analisis deskriptif kuantitatif, deskriptif komparatif, dan deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa TOD berpotensi untuk dijadikan salah satu solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan kemacetan ditinjau dari penelitian terdahulu, perkembangan kondisi eksisting, dan perencanaan AMC Kota Surabaya ke depan yang mengusung pergerakan berbasis transit. Tidak hanya itu, beberapa manfaat lain yang dapat dirasakan dari pengembangan TOD di Surabaya antara lain kualitas udara yang membaik akibat penurunan jumlah kendaraan pribadi dan peningkatan ekonomi kota akibat arus distribusi barang dan orang yang lancar dan peningkatan pendapatan dari pajak pembangunan. Kata Kunci— Transit Oriented Development, kemacetan, angkutan massal cepat.
Pengembangan Konsep Transit Oriented Development (TOD) di Kota Tomohon
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur
Kemacetan kota dan perkembangan kawasan perkotaan tidak teratur menjadi permasalahan yang sering terjadi pada kota di Indonesia tidak terkecuali pada Kota Tomohon. Kedua permasalahan kota tersebut dapat diatasi dengan adanya Pengembangan kawasan TOD dan menjadi solusi dalam penyelesaian masalah tersebut karena sifatnya yang mengembangkan kawasan dengan transportasi berkelanjutan didukung dengan desain ramah pejalan kaki, tatanan lahan, dan pengawasan terhadap intensitas pemanfaatan ruangnya. Pengembangkan kawasan TOD membutuhkan pengidentifikasian terhadap kriteria pembangunnya, hasil identifikasi kemudian di optimalkan dengan membandingkannya dari standar kriteria kawasan TOD sebagai kebutuhan pengembangan kawasan TOD. Menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan proses analisis spasial dan optimasi dan dilakukan pada lima lokasi dalam Kota Tomohon yakni zona Terminal Beriman, zona Menara Alfa Omega, zona Alfamart Walian, zona Kantor Sinode GMIM, dan zona Alfmart Kinilow. Hasil...
Penerapan “Transit Oriented Development” di Kawasan Tugu – Kertanegara, Kota Malang
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota
ABSTRAK Konsep Transit Oriented Development (TOD) bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mengurangi ketergantungan tinggi terhadap kendaraan pribadi serta meningkatkan penggunaan transportasi publik seperti bus, kereta api, dan angkutan umum melalui aksesibilitas yang baik menuju titik transit. Konsep ini berkaitan dengan upaya peruntukan lahan bercampur (mixed use) yang dipusatkan pada titik-titik transit atau simpul transportasi dengan kemudahan akses kendaraan tidak bermotor, serta tingkat kepadatan yang tinggi di sekitar titik transit.
Journal of Regional and Rural Development Planning
The high number of commuters in Bogor Regency has triggered the development of settlements at transit areas. In addition, Bogor Regency is also connected to rail-based mass public transportation in the Jabodetabek area which supports the mobility of its population. This study aims to identify the suitability of a transit area to be developed with Transit Oriented Development (TOD) concept. The research location is among the transit areas of two intercity train stations and seven existing urban commuter line train stations in Bogor Regency. Observations focused on the area in a radius of 800 meters from the station which is assessed as the maximum distance a person can walk for 15 minutes. Potential locations are determined by the AHP (Analytical Hierarchy Process) and TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution) method on several variables that form the ideal TOD. The variables observed include aspects of transportation and aspects of land use which are de...
2021
Pelaksanaan penyelenggaraan kawasan TOD di Jabodetabek tentunya sangat penting untuk menerapkan kebijakan tata ruang yang saling bersinergi dan sinkron dengan kebijakan transportasi. Tetapi sinkronisasi ini tentunya sangat sulit karena kedua sektor tersebut baik di pusat dan di daerah berada di dalam kelembagaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu ada skenario kelembagaan agar koordinasi dan sinkronisasi kebijakan ini harus dilakukan. Selain itu adanya insentif dan dis-insentif dalam penerapannya dan hubungannya dengan subsidi di sektor transportasi karena kebijakan TOD ini dapat berjalan apabila ada jaringan angkutan umum massal yang terintegrasi serta payung hukum yang kuat. Penelitian ini dimaksudkan sebagai acuan dalam penguatan disisi regulasi dan kelembagaan khususnya Instansi terkait di Jabodetabek. Penelitian yang akan dilakukan dirancang dengan menggunakan metode yuridis normative yang juga dilengkapi dengan teknis pada sisi transportasi.
Perkembangan teknologi transportasi
a. Teknologi transportasi masa lalu dan masa kini 1) Transportasi darat Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi yang masih sederhana. Sebelum ditemukan mesin, alat transportasi seperti pedati, delman, dan kuda merupakan alat transportasi andalan. Teknologi transportasi tersebut masih menggunakan tenaga hewan dan manusia. Kemampuan jelajahnya juga masih sangat terbatas dan memerlukan waktu yang lama. Sekarang orang masih menggunakan alat transportasi tersebut namun tidak menjadi alat utama. Seringkali kuda dan delman digunakan sebagai sarana rekreasi saja.