[MS] The Suitability of Mutawatir Concept As One of Research Methods in Islam (original) (raw)
Related papers
The International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 2020
Qiraat mutawatirah is a qiraat (the style of reading) agreed by ulama (scholars) qiraat as sahih (valid) and is considered as a correct of reading al-Qur’an. Reading al-Qur’an by using qiraat mutawatirah is an ibadah (worship) and it will be rewarded. To ensure any qiraats is qiraat mutawatirah, scholars placed specific requirements to differentiates between valid qiraats with the questionable and made up qiraats. Scholars founds that the requirements stated can also be used to validate modern research in authenticate obtained data. This research focusing on two main objectives which are to identify the requirements for qiraat mutawatirah and to analyze the requirements to be used for validation in authenticating research data related to Islamic-based research methodology. What are the requirements for qiraat mutawatirah? Can the requirements still be used in the modern research context? To answer these questions, qualitative research method and content analyzing was used in this re...
The meaning of maslahah is a fine or a profit. Theoretically, this mean that its important to study the context of maslahah to understand its benefits for people. Shariah law is required to guide the meaning of maslahah in our life. Maslahah encompasses both the aspect of living in the world and the here after. It is not merely on mental consideration in evaluating the good and bad, but rather based on rational Shariah law. PENDAHULUAN Dewasa ini masyarakat menghadapi perubahan sosial yang amat cepat. Perubahan masyarakat yang mengikut isu global disebut oleh para pakar sebagai perubahan kinetik (cinetic image). Hubungan interaksi sosial menjadi semakin kompleks. Hubungan itu cenderung berbentuk pertalian informasi dan teknologi. Hubungan yang semakin kompleks itu merupakan refleksi daripada dinamika perubahan sosial (social change), sains dan teknologi.
Kedudukan Metodologi Studi Islam di Antara Matakuliah Lain
Metodologi adalah suatu ketetapan atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah langkah yang sistematis, metodologi juga merupakan dasar bagi proses penemuan sesuai dengan disiplin ilmu yang dibangun oleh peneliti. 1 Mempelajari metodologi merupakan cara yang tepat untuk dikembangkan dalam disiplin ilmu tersebut. Artinya dalam memilih dan menetapkan metodologi, serta mana yang akan dipergunakan dan sudah layak atau belum jika menggunakan metodologi yang berkembang dalam disiplin ilmu tersebut. Hal ini menjadi penting karena banyak disiplin ilmu yang belum menemukan jati dirinya, untuk itu sangat wajar terjadi karena ilmunya di bidang penelitian masyarakat maupun penelitian alam telah menyediakan standar umum penelitian. Maka dari itu metodologi merupakan salah satu cara untuk meluruskan proses penemuan sesuai terhadap ketentuan disiplin ilmu serta metodologi studi islam merupakan cara yang tepat untuk pengembangan ilmu yang menyesuaikan dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi. Metodologi dapat diartikan sebagai suatu pembahasan konsep pemikiran sebagai metode yang terkait dalam suatu sistem pengetahuan. Akan tetapi kesadaran umat Islam terhadap pentingnya berbagai pendekatan metodologis dalam bidang pelajaran islam dan perhatian mereka terhadap persoalan-persoalan yang dihasilkan dari bermacam pendekatan ini sudah mulai muncul. Dengan adanya campur tangan metodologi dalam ilmu dasar keislaman ini telah membawa perubahan yang signifikan khususnya pada sistematis pengkajiannya. Di samping telah meningkatkan intelektual Islam yang berdimensi tauhid sesuai dengan paradigma ilmu dalam Islam dan tentunya metodologi terhadap ilmu-ilmu keislaman bukan merupakan suatu hal yang baru. Namun ditengah peradaban baru ini, tantangan yang harus dihadapi oleh studi islam adalah munculnya pandangan bahwa, kekuasaan studi islam baik berupa konsep, makna maupun fungsi harus dikembalikan seperti semula. 2 Tujuannya adalah agar metolologi studi islam dapat mencapai kedudukan yang sesuai dengan kebutuhan setiap muslim serta tetap hadir di tengah-tengah kita dan membawa makna yang berkaitan dalam kemajuan peradaban dan fungsi yang penting dalam membawa kemaslahatan manusia. Karena itu, fokus pembahasan ini adalah mengenai metodologi
Pengaplikasian Kaedah Hadith Al-Mawdu‘iy dalam Penyelidikan Berkaitan Islam
Malaysian Journal of Social Sciences and Humanities (MJSSH), 2016
Terdapat pelbagai penyelidikan yang telah dilakukan oleh para ilmuwan Islam, terutamanya ilmuwan Islam silam berhubung bidang-bidang yang mereka terokai seperti bidang akidah, fiqh, tasawuf, tafsir, hadith, falak, falsafah dan sebagainya. Dalam menerokai bidang-bidang tersebut, mereka menggunakan pelbagai kaedah penyelidikan. Namun, kebanyakan kaedah penyelidikan itu masih belum dikaji orang untuk diaplikasikan sebagai kaedah penyelidikan Islam. Atas sebab itulah kajian ini bertujuan mengkaji salah satu kaedah penyelidikan yang digunakan oleh para ulama Islam silam, iaitu kaedah hadith al-mawdu'iy. Persoalannya, apakah kaedah hadith al-mawdu'iy itu? Bagaimanakah kaedah tersebut dapat diaplikasikan dalam sesuatu penyelidikan berkaitan Islam? Untuk menjawab semua persoalan ini, perbincangan dalam kajian ini dibahagikan kepada dua bahagian utama. Pertama, mengenal pasti kaedah hadith al-mawdu'iy yang digunakan oleh muhaddithin dalam menghuraikan hadith-hadith Rasulullah SAW; dan kedua, menganalisis kesesuaian pengaplikasian kaedah hadith almawdu'iy tersebut dalam sesuatu penyelidikan berkaitan Islam. Sebagai hasilnya, kajian kualitatif ini mendapati kaedah hadith al-mawdu'iy sesuai diaplikasikan dalam penyelidikan berkaitan Islam. Kesesuaian ini berdasarkan dua aspek iaitu aspek penarafan sumber data dan aspek penganalisisan data.
Malaysian Journal for Islamic Studies, 2017
In conventional research strategies, research should be based on logical and empirical methods. To make it logical and empirical, usually the researchers will use inductive method or deductive method. Inductive method is a research strategy that concludes general conclusions from specific cases, while the deductive method is a formulation of specific conclusion based on general statements. The question is, whether the inductive method and deductive method is suitable as a research strategies which regard to the affairs of Islam that based on al-Qur'an and Hadith? Why don't an Islamic research strategy be build by adapting mantiq that has been refined by Muslim scholars? This paper answers the questions with two objectives. First, to identify methods of reasoning in logic. Second, to analyze the strategy of research by the approach of mantiq reasoning. This paper handled by a documentary study and content analysis method. As a result, there are three methods of mantiq reasoning that can be used as Islamic research strategies. First, istiqra'; second, qiyas; and third, tamthil also known as qiyas usuli. The analysis also found that istiqra', qiyas and tamthil are deeper methods and brought to the certainty level of knowledge.
Isu-isu Mutakhir Dalam ilmu Pendidikan Islam
2014
Ilmu pendidikan islam dalam satu dekade terakhir diwarnai dengan aneka wacana dan isu-isu mutakhir, diantaranya: Pendidikan anti korupsi, pendidikan entepreneurship, Parenting Nabawi, Multikulturalisme, hingga Islamisasi ilmu pengetahuan. Isu-isu tersebut muncul sebagai respon dari permasalahan dan tantangan yang mendera sistem pendidikan kita.
Metodologi Penelitian dalam Kajian Islam (Suatu Upaya Iktisyaf Metode-Metode Muslim Klasik
Islam. Hal ini berlandaskan bahwa Islam tidaklah meletakan ilmu itu dalam kerangka dikotomis. Yang membedakannya adalah nilai-nilai manfaat dan maslahat. Munculnya pemikiran yang diklaim sebagai paham dikotomis ilmu agamawi dan duniawi, secara historis, tampaknya salah satu konsekuensi dari era disintegrasi. Kelanjutannya, muncul statemen bahwa ilmu yang agamawi (ilmuilmu agama) harus mendapat perhatian yang lebih ketimbang ilmu yang duniawi (ilmu-ilmu dunia). Kemudian, pahala ilmu agamawi dipandang lebih banyak dibanding ilmu-ilmu duniawi. Statemen dan pandangan semacam ini tentu saja tidak memiliki dasar pijakan atau dalil yang jelas. Sedangkan metode-metode penelitian dalam kajian-kajian Islam ada empat macam, yakni: metode bayani, metode burhani, metode tajribi, metode 'irfani.
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir, 2021
Understanding the Koran requires knowledge of methodology to make it easier to ground the purposes of divine revelation to humans. There are many methods of interpreting the Qur'an, but all of these methods have not been able to meet the needs and demands of the times, so we need a new method that is scientific in nature and can answer the challenges of the times and human problems. The methodological method that is in line with scientific research methods and does not contradict the objectives of the Qur'an and prophetic treatises is the maud} u> 'y method or thematic method, where this method can be used in all scientific disciplines to find answers. The Qur'an about it is comprehensive, comprehensive, and can be scientifically justified
TAFSIR MAUDHU'I (Kajian Tematik Dalam Al-Quran
Pengkajian sebuah surat Al-Qur'an sebagai satu kesatuan yang utuh memang akan menghasilkan penafsiran yang memuaskan, apalagi di dalamnya dijelaskan misinya secara umum dan khusus, serta keterkaitan antara tema-tema yang ada sehingga akan nampak keseragamannya. Ulama yang menempuh metode penafsiran maudhu'i seperti ini diantaranya adalah Al-Alamah, Al-Fakr Razi yang amat berjasa dalam memulai penafsiran secara maudhu'i ini. Metode ini juga digunakan oleh DR. Muhammad Mahmud hijazi dalam Tafsir al-Wadhih, di dalam al-Muwafaqot, As-Syatibhi juga menulis sebuah kajian menarik tentang persoalan metode maudhu'i ini. Beliau berkata: "satu surat, walaupun memiliki hukum dan makna yang berbeda, tetapi sessungguhnya memiliki tujuan yang seragam".
METODE TAFSIR AL-QURAN BINT SYATHI' (Studi atas Kitab Al-Tafsîr Al-Bayânî Li Al-Qur'an Al-Karîm
Peradaban Islam dibangun atas peradaban teks. Al-Quran menjadi cermin peradaban umat Islam dalam menapaki langkah sejarah. Al-Quran telah menginspirasi para intelektual dan cendekiawan Muslim, sehingga dari teks-teks Al-Quran lahir berton-ton teks yang lainnya. Hal ini menjadi khasanah Islam sebagai salah satu peradaban besar dunia. Sekaligus menunjukan bahwa upaya penarikan makna teks Al-Quran belum dianggap final. Menganggap final sebuah penafsiran Al-Quran, secara filsafat telah menganggap bahwa makna Tuhan terbatas. Upaya rekonstruksi penafsiran terus dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan. Sakralitas terhadap kitab tafsir, mengisyaratkan pengkhianatan terhadap transendensi Tuhan dan ke Maha Kuasaan-Nya. Sebagaimana pendapat Abdul Mustaqim bahwa hakikat tafsir ialah sebagai proses dan produk yang kebenarannya sangat ditentukan dengan konteks ruang dan waktu. 1 Refleksi inilah yang kemudian menyebabkan berbagai intelektual Islam dan non-Islam berlomba-lomba dalam rangka menafsir teks Al-Quran. Wacana penafsiran Al-Quran dari zaman klasik hingga kontemporer menunjukan adanya pergeseran epistemologis yang jelas, baik berupa cara mendekati Al-Quran maupun anggapan terhadap teks Al-Quran. Perjalan tersebut telah membentuk imperium raksasa dan cerminan atas kebesaran peradaban Islam. Gamal Al-Banna berpendapat bahwa kecintaan umat Islam terhadap Al-Quran ikut mengalami pergeseran dari kecintaan terhadap Al-Quran kepada kecintaan terhadap penafsiran Al-Quran (bergerak menjauhi pusat, sentrifugal). Menurutnya pergeseran tersebut menunjukan ketergelinciran dan perbuhan orientasi dari yang asli menunju yang mewakili. 2 Pergeseran-pergeseran yang terjadi dalam dunia Qur'anic Studies, menggambarkan relativitas penafsiran teks Al-Quran, ditambah dengan berbagai tuntutan situasi kontemporer yang dirasa belum dialami oleh penafsir-penafsir klasik. Alasan inilah yang menyebabkan Bint Syathi seorang mufasir perempuan pertama abad 20 menggeluti dunia tafsir Al-Quran. Berbekal keilmuan sastra Arab, Bint Syathi mencoba mendekati teks-teks Al-Quran dengan metode semantik. Bint Syahti menganggap bahwa setiap bahasa memiliki kandungan keindahan di dalamnya, begitupun dengan Al-Quran. Setiap bahasa memiliki keindahan sastra yang mewakili cita rasa yang tinggi, asli, dan sempurna dalam seni tutur. Al-Quran menurutnya adlah kitab sastra Arab terbesar dengan mukjizat bayan-nya abadi, dan gagasan-gagasannya tinggi. Bagi 1