KARAKTERISASI BATUAN KARBONAT FORMASI RAJAMANDALA BERDASARKAN FORAMINIFERA BESAR DI DAERAH PADALARANG, JAWA BARAT (original) (raw)

ANALISIS FASIES BATUAN KARBONAT PADA RESERVOIR BATUAN KARBONAT BERDASARKAN DATA PETROFISIKA PADA LAPANGAN “DWT”, FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

ANALISIS FASIES BATUAN KARBONAT PADA RESERVOIR BATUAN KARBONAT BERDASARKAN DATA PETROFISIKA PADA LAPANGAN “DWT”, FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA, 2017

Meningkatnya perkembangan dunia industri dan kebutuhan masyarakat dunia akan energi fosil sebagai sumber energi utama semakin meningkat. Berbagai macam kegiatan eksplorasi telah dilakukan untuk meningkatkan penemuan sumber minyak bumi yang ekonomis untuk kemudian diproduksi, maupun dengan mengingkatkan perolehan minyak bumi dari sumur-sumur tua yang telah diproduksi melalui tahap perolehan pertama (primery recovery). Pada penelitian ini dilakukan analisa secara kuantitatif maupun kualitatif pada 3 data well log sehingga nantinya diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan litofacies secara vertikal dan menentukan zona prospek pada daerah penelitian. Pada kedalaman 2020.85-2024.65 diinterpertasikan fasies grainstone (B) dengan komposisi foraminifera besar dan alga merah dengan kualitas reservoir yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik ke arah vertikal dikarenakan perubahan nilai porositas ke arah vertikal lebih baik.sehingga fasies yang baik untuk menjadi reservoir pada batuan karbonat ada pada fesies grainstone. Zona prospek pada sumur DWT-13 terdapat pada FS.7 kedalaman (2008,79 – 2022,05) ,interval yang mengandung hidrokarbon dengan ketebalan gross 13,24 M Zona prospek pada sumur DWT-01 ada pada interval TOP BRF (1879.93-1906.34) , interval yang mengandung hidrokarbon dengan ketebalan gross = 27.5 M dan hasil perhitungan Net Res = 0.69 (69%) dan Net Pay = 0.49 (49%). Zona prospek pada sumur DWT-13 terdapat pada interval TOP BRF (18.79.93 – 1906.34), interval yang mengandung hidrokarbon dengan ketebalan gross 26,41 M, hasil perhitungan Net Res = 0.22 (22%) dan Net Pay = 0.07 (7%). Kata kunci : Fasies, Karbonat, Petrofisik, Reservoir

STUDI MIKROFASIES SERTA DIAGENESIS BATUAN KARBONAT ANGGOTA BATUGAMPING FORMASI PAMUTUAN DAERAH SINDANGJAYA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN CIKALONG, KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT

Aspek mikrofasies dan diagenesis batuan karbonat Anggota Batugamping Formasi Pamutuan telah dipelajari guna mengetahui mekanisme pengendapan batuan dan sejarah proses geologi paska pengendapan batuan. Sampel-sampel batugamping yang telah diambil secara sistematis berdasarkan pada runtunan stratirafi hasil pengukuran penampang stratigrafi rinci pada formasi batuan yang berumur Miosen Tengah tersebut dan telah dipakai untuk bahan pengujian petrografi di laboratorium. Analisis petrografi telah dilakukan terhadap empat belas sampel batugamping yang memperlihatkan bahwa jenisnya adalah wackestone, packstone, grainstone, floatstone, rudstone, dan framestone. Lingkungan pengendapan batuan karbonat Anggota Batugamping Formasi Pamutuan tersebut meliputi fasies landaian laut dalam, tepian cekungan, lerengan terumbu depan, dan terumbu organik di tepi paparan. Beragam proses diagenesis yang terjadi pasca pengendapan batuan yang meliputi : penyemenan, pemikritan, pemampatan, neomorfisme, dan pelarutan.

MODEL KEBERLANJUTAN LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

ABSTRACT The research aimed was to analyze index and suistanable mined out of coal area in Kutai Kartanegara District, East Kalimantan. Methode that used do with field survey, discuss with expert and Multi-Dimensional Scalling (MDS) with RAP-BENGKAWAN in Kutai Kartanegara District. The research results show that in the research area can be devided to five dimension suistanable, the first is ecological dimension have bad suistanable grade (46,15%), second is economical dimension have medium suiatanable grade (58,19%), thirth is social dimension have bad suistanable grade (37,83%), fourth is department and law dimension have bad suistanable (48,65%), and finally is technological dimension have medium suistanable grade (68,60%). This suistanable grade need to upgrade so mined out area in Kutai Kartanegara District to be suistanable, and there are three scenario, first is conservatif-pesimistic, second is Moderat-Optimistic and finally is Progresif-Optimistic

PALEOSEANOGRAFI FORMASI TONASA BERDASARKAN KANDUNGAN FORAMINIFERA DAERAH BARRU, SULAWESI SELATAN

Abstrak Secara Administratif, daerah penelitian terletak di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian berada di Sungai Barru, Sungai Palakka, Sungai Pange, dan Sungai Ralla. Lokasi tersebut sangat baik untuk dilakukan stratigrafi terukur dan studi fosil khususnya foraminifera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pembentukan batuan dengan membuat rekonstruksi paleoseanografi Formasi Tonasa yang terdiri atas napal dan batugamping, berdasarkan kelimpahan fosil foraminifera. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode measuring section, dari sampel terpilih kemudian dibuat preparasi untuk pengamatan foraminifera kecil maupun foram besar. Selanjutnya determinasi spesies foraminifera dengan menggunakan mikroskop binokuler dan mikroskop polarisasi, kemudian analisis foraminifera baik bentonik maupun planktonik untuk menentukan umur relatif batuan, interpretasi lingkungan pengendapan, suhu, serta salinitas air laut ketika batuan tersebut terbentuk. Berdasarkan kelimpahan foraminifera kecil dan foram besar, diperoleh umur relatif batuan dari Eosen Bawah – Eosen Atas (P9-P16), selama pengendapan napal dan batugamping terjadi siklus pengendapan antara lingkungan neritik tepi – neritik tengah – neritik luar, pada kondisi temperatur air hangat (berkisar 35 o / oo) dengan kondisi salinitas berada pada normal marine lagoon dan paparan karbonat. Perselingan napal dan batugamping menunjukkan perubahan kondisi lingkungan pengendapan, secara umum pengendapan berlangsung relatif dari arah Baratdaya – Timurlaut atau dari Sungai Barru hingga Sungai Ralla. Perubahan litologi dengan dominasi batulempung karbonatan di bagian utara kemudian beransur didominasi oleh batugamping ke arah selatan yaitu di Sungai Ralla dengan kandungan foram besar yang melimpah.

PEMETAAN KERAWANAN BANJIR DI DAS LOJOHAN, KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH BERBASIS KONDISI FISIK WILAYAH

Berkembangnya industri perkapalan di sekitar muara Sungai Sambong, Kabupaten Batang, Jawa Tengah menyebabkan beberapa masalah. Saluran sungai yang menjadi outlet utama DAS Lojohan menjadi terganggu dan memicu terjadinya genangan. Meningkatnya laju perubahan penggunaan lahan di daerah hulu meningkatkan aliran permukaan dan mempercepat waktu konsentrasi banjir puncak. Kondisi tersebut menjadi penyebab utama banjir pada hilir Sungai Sambong yang menimbulkan genangan sehingga mengganggu beberapa aktivitas warga. Tingginya curah hujan juga menyebabkan genangan di beberapa tempat. Penelitian ini dilakukan di DAS Lojohan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah dengan tujuan : (1) mengidentifikasi karakter fisik dan jenis bahaya banjir yang terdapat di DAS Lojohan dan (2) memetakan tingkat kerawanan bencana banjir secara spasial di DAS Lojohan. Metode penelitian mencakup beberapa tahap mulai dari pengumpulan data, pemrosesan, hingga hasil akhir dalam penentuan daerah rawan bencana. Analisis tingkat kerawanan bencana banjir dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) melalui pengharkatan beberapa parameter yang berpengaruh terhadap bencana tersebut. Hasil skoring parameter fisik menghasilkan tiga kelas kerawanan banjir yaitu rendah, sedang dan tinggi. Daerah yang masuk pada kelas kerawanan tinggi terkonsentrasi di daerah hilir Sungai Sambong. Daerah dataran fluviomarin yang seluruhnya berada di lowland area menjadi daerah yang paling rawan terhadap bencana banjir. Kata kunci : kerawanan banjir, karakter fisik wilayah, DAS Lojohan

ANALISIS FACIES DAN SEJARAH DIAGENESA BATUAN KARBONAT FORMASI

ABSTRAK Tulisan ini membahas tentang fasies litologi dan sejarah diagenesa yang terekam pada batuan karbonat Formasi Rajamandala di daerah Padalarang dan sekitarnya, lokasi pengamatan di daerah Togogapu, Gunung Hawu, Gunung Pabiasan, Lampegan, Gunung Pawon dan Gunung Masigit, Gunung Manik dan Sanghiyangtikoro. Pembelajaran batuan karbonat yang menyangkut facies, sistem pengendapan, proses dan sejarah diagenesa yang terjadi bersamaan atau setelah pengendapan batuan sangat penting karena berpengaruh dalam membangun karakter reservoir batuan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berdasarkan studi pustaka, analisis data observasi singkapan dan hasil deskripsi petrografi dari sampel batuan. Di lapangan dilakukan observasi singkapan, deskripsi megaskopik, indikasi diagenesa dan foto serta pengambilan sampel batuan. Sampel batuan yang telah diambil dibuatkan sayatan tipisnya untuk diamati secara mikroskopik seperti fosil, tekstur, porositas dan mineral mineral yang terbentuk selama proses diagenesa. Interpretasi didasarkan data observasi lapangan atau singkapan dan analisis petrografi batuan. Batuan karbonat Formasi Raja Mandala dapat dikelompokan dalam. beberapa facies batuan adalah a) Facies batuan karbonat berlapis, b) Facies rudstone, c) Lepidocyclina packstone, d) Foraminifera wackstone, e) Foraminifera wackstone-packstone, f) Facies coral-algae boundstone, g) Facies platy coral. Batuan karbonat secara umum diendapkan pada daerah komplek Reef, yaitu mulai dari Backreef/Lagoon, Core reef, Fore reef atau Basinal/Slope. Beragam indikasi diagenesa berupa kompaksi, sementasi, penggantian, pelarutan, stilolit, rekahan dan karstifikasi, indikasi tersebut dijumpai diseluruh facies batuan yang ada. Lingkungan diagenesa ditafsirkan mulai dari zona marine burial, marine phreatic hingga vadose , sedangkan tahapan diagenesa dapat dibagi tiga (3) fase yaitu fase 1 (satu) Kala Oligosen akhir – Miosen awal pada masa pengendapan, fase 2 (dua) Kala Miosen awal – Pliosen yaitu masa penindihan sedimen di atas formasi Rajamandala dan fase tiga (3) Kala Pliestosen-Resent yaitu pada masa pengangkatan, perlipatan dan ekspos diikuti denudasi atau erosi.

GENTRIFIKASI DI DESA WISATA KARANGSALAM, BATURRADEN, JAWA TENGAH

Jurnal Analisa Sosiologi 12 (2) April , 2023

Karangsalam Village is a tourist village that relies on natural tourism and has become widely known since 2016. The existence of this natural tourism has led to massive capital penetration since 2017. Since 2017 in the north of the natural tourism vehicle in Karangsalam village there have been 47 cafes and an Entertainment area. This study aims to trace the forms and impacts of gentrification that occurred in the tourist village of Karangsalam, Baturraden, Central Java through tourism. The method used in this research is descriptive qualitative. The primary data in this study were obtained by conducting in-depth interviews with informants from cafes/entertainment venues around the Karangsalam tourist village and several tourism village administrators. The findings obtained are that there has been gentrification in the Karangsalam tourist village which was initiated by capital penetration in the form of building cafes/entertainment venues. This phenomenon shifted land use in Karangsalam village from what should prioritize Karangsalam residents by the mandate of Law Number 6 of 2014 concerning Village Administration, to utilization that prioritizes the economic benefits of carriers of capital entering the village. The conclusion from these findings is the discovery of the impact of gentrification in the form of internal migration of citizens, rising land prices, and inequality of employment.