Hubungan Antara Tinggi Badan Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24-59 Bulan DI Wilayah Kerja Puskesmas Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara (original) (raw)

Hubungan Antara Tinggi Badan Orang Tua Dan Pemberian Asi Eksklusif Terhadap Kejadian Stunting DI Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang

Jurnal Kebidanan Malahayati

Kejadian stunting merupakan permasalah pada gizi dan salah satunya dipengaruhi juga oleh faktor genetik (tinggi badan). Terjadi peningkatan kejadian stunting yang signifikan di Puskesmas Sepatan dimana tahun 2018 sebanyak 44 kasus dan tahun 2019 sebanyak 70 kasus. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tinggi badan orang tua dan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian stunting di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang. Metode penelitian menggunakan case control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang. Besaran sampel menggunakan rumus Yamane diperoleh sampel sebanyak 60 responden untuk masing-masing kasus dan kontrol dengan total sampel 120 responden. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Data diperoleh dengan cara menelpon orang tua balita atau kader dan menanyakan sesuai dengan kuesioner. Analisa data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian dari 120 orang t...

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Umur 24 - 60 Bulan DI Wilayah Kerja Puskesmas Patebon II Kecamatan Patebon

Jurnal Surya Muda, 2023

Permasaalahan gizi merupakan suatu tantangan bagi negara-negara berkembang saat ini. Salah satu permasalahan gizi diantaranya adalah stunting. Balita merupakan kelompok yang rentan mengalami stunting. Berdasarkan data dari Tahunan Puskesmas Patebon II, kasus stunting tahun 2021 sebanyak 22% meningkat dari tahun 2020 yaitu 21%. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada balita umur 24-60 bulan di wilayah kerja Puskesmas Patebon II kecamatan Patebon. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan kuantitaif dengan desain Cross Sectional Study. Total responden pada penelitian ini adalah 110 ibu balita yang diambil secara simple ramdom sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 25% dari 110 balita umur 24-60 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Patebon II mengalami stunting. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan kejadian stunting dengan variabel praktik pemberian makan, pemberian imunisasi, praktik kebersihan, kebiasaan aktivitas fisik dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Uji Gamma, p>0,05).

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan Di Posyandu Asoka II Wilayah Pesisir Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun 2014

Health science journal, 2014

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang muncul sebagai akibat dari keadaan kurang gizi yang terakumulasi dalam waktu yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu (praktik pemberian makan, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/Higyene, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan) dengan kejadian stunting anak usia 24-59 bulan di posyandu Asoka II wilayah pesisir Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar tahun 2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif melalui pendekatan analitik observasional dengan desain cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 62 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sampel (54,8%) memiliki masalah stunting dan selebihnya (45,2%) memiliki status gizi normal. Untuk pola asuh ibu, terdapat sekitar 72,6% sampel dengan praktik pemberian makan yang baik, terdapat sekitar 71,0% sampel dengan rangsangan psikososial yang baik, sekitar 67,7% sampel dengan praktik kebersihan/higyene yang baik, sekitar 53,2% sampel dengan sanitasi lingkungan yang baik dan terdapat sekitar 66,1% sampel dengan pemanfaatan pelayanan yang baik. Berdasarkan hasil uji chi-square, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara praktik pemberian makan (P=0,007), rangsangan psikososial (P=0,000), praktik kebersihan/ higyene (P=0,000), sanitasi lingkungan (P=0,000) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (P=0,016) dengan kejadian stunting anak usia 24-59 bulan di posyandu Asoka II wilayah pesisir kelurahan barombong. Untuk mencegah terjadinya peningkatan prevalensi stunting terutama pada Masyarakat Pesisir, diharapkan kepada orang tua terutama para ibu atau pengasuh agar lebih intensif dalam mengasuh anak dimana pola asuh menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan. Upaya dalam memperbaiki praktik pemberian makan, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/higyene, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan tinggi badan anak.

Hubungan Berat Badan Lahir Dan Panjang Badan Lahir Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24-59 Bulan DI Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Lasitahun 2019

2020

Stunting merupakan hasil jangka panjang kekurangan gizi pada anak dengan tinggi badan menurut umur ≤ -2 SD, yang akan berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental anak. Faktor yang dapat mengakibatkan seorang anak menjadi stunting yaitu berat badan lahir dan panjang badan lahir, namun hal ini dapat diatasi dengan perbaikan gizi dalam 1000 hari kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat badan lahir dan panjang badan lahir dengan kejadian stunting.Penelitian dilakukan di nagari Taruang-taruang dari bulan Agustus-Desember 2019. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 24-59 bulan di nagari Taruang-taruang dengan jumlah sampel 78 yang diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dengan observasi dan pengukuran TB/U. Analisa Hasil penelitian menunjukkan presentase stunting adalah sebesar 38,5%. Hasil analisis chi-square didapatkan nilai p ant...

Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 35-59 Bulan DI Wilayah Pustu Paniaran Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2022

Jurnal Kesehatan Tambusai, 2022

Data yang diperoleh di Desa Paniaran kecamatan Siborongborong kabupaten Tapanuli Utara tahun 2022 anak yang berumur 35-59 Bulan sebanyak 64 Orang yang stunning dengan pengetahuan Ibu baik 18 orang (45%) cukup 14 orang (35%) dan kurang 8 orang (20%). Berdasarkan frekuensi stunting 12 orang (30%) dan tidak stunting 28 orang (70%). Untuk mengetahui pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada anak umur 35-59 bulan di Desa Paniaran Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2022. Metode penelitian ini menggunakan penelitian analitik korelasional yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah populasi 64 orang. Berdasarkan hasil penelitian didapat pada tingkat pengetahuan dominan baik 18 orang (45%). Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang kejadian stunting di wilayah Pustu Paniara Kabupaten Tapanuli Utara pada Tahun 2022 dengan nilai p-value sebesar 0,001.

Hubungan Antara Karakteristik Ibu Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita (24-59 Bulan) DI Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Tahun 2021

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan

Stunting (tubuh yang pendek) didiagnosis melalui pemeriksaan antropometri. Pada tahun 2017stunting mengalami penurunan menjadi 26,4%. Pada tahun 2018 meningkat menjadi 35,7%. Faktor yang mempengaruhi stunting antara lain karakteristik ibu, pengetahuan dan pemberian ASI, serta asupan makan yang kurang, faktor kemiskinan dan pola asuh anak yang tidak memadai. Dampak yang ditimbulkan antara lain lambatnya pertumbuhan anak, daya tahan tubuh yang rendah, dan kurangnya kecerdasan. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu terhadap kejadian stunting pada balita.. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif korelatif dengan desain Cross Sectional, jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 74 responden menggunakan teknik simple random sampling, analisis bivariat menggunakan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan umur dan pekerjaan ibu dengan kejadian stunting pada balita (24-59 Bulan) di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar ...

Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-60 Bulan Di Puskesmas Jogonalan

Stunting didefinisikan sebagai tinggi badan menurut usia dibawah-2 standar median kurva pertumbuhan anak. Faktor-faktor stunting seperti berat lahir, stimulasi dan pengasuhan anak yang kurang tepat asupan nutrisi kurang, dan infeksi berulang serta berbagai faktor lingkungan lainnya. Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui hubungan berat badan lahir dengan kejadian stunting pada anak usia 24-60 bulan di Puskesmas Jogonalan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan metode yang digunakan adalah retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita stunting usia 24-60 bulan di Puskesmas Jogonalan sebanyak 190 balita. Teknik pengambilan sampel menggunakan Teknik Simple Random Sampling dengan cara acak dengan jumlah sampel 48 balita. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Analisa data menggunakan perhitungan Kolerasi Kendall Tau. Hasil penelitian sebagian besar responden mempunyai riwayat berat badan lahir normal sebanyak 36 balita (75%) dengan kategori pendek 23 balita (69,7%) dan kategori sangat pendek 13 balita (86,7%). Kesimpulan penelitian berdasarkan hasil perhitungan kolerasi Kendall Tau disimpulkan bahwa Tidak ada hubungan antara riwayat berat badan lahir dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60 bulan di Puskesmas Jogonalan dimana p = 0,680 (p>0,05). Saran kepada orang tua untuk meningkatkan pengetahuan tentang permasalahan pertumbuhan pada anak, salah satunya adalah stunting.

Tinggi Badan Ibu Sebagai Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 24-59 Bulan DI Kecamatan Pleret Dan Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta

Journal of Nutrition College

Latar belakang:Prevalensi stunting pada balita di Indonesia masih tinggi (30,8%). Salah satu faktor risiko stunting yaitu siklus malnutrisi kronis antar generasi yang terjadi antara ibu dan anak.Tujuan: Untuk menganalisis apakah tinggi badan ibu merupakan factor risiko stunting pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Pleret dan Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan total kasus sejumlah 43 anak dan total kontrol sebanyak 43 anak. Seluruh sampel diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel multistage cluster sampling. Variabel dependen yang diteliti adalah stunting, sedangkan variabel independent adalah tinggi badan ibu. Data dianalisis dengan menggunakan deskriptif statistik, uji chi-square dan regresi logistik ganda.Hasil: Tinggi badan ibu secara signifikan merupakan prediktor stunting (adjusted OR= 2,720; 95%CI: 1,050-7,049). Faktor lain seperti tinggi badan ayah, tingkat pendidikan...

Pola Asuh Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24-59 Bulan DI Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Sekupang Kota Batam

2021

Stunting merupakan bentuk dari proses pertumbuhan yang terhambat, dan merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian serius. Pola asuh ibu yang kurang khususnya dalam pemberian asupan makanan pada anak merupakan salah satu penyebab terjadinya stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh ibu dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sekupang Kota Batam Tahun 2020. Jenis penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Informan penelitian berjumlah 7 orang yang terdiri dari 5 orang ibu yang mempunyai anak usia 24-59 bulan yang mengalami stunting, 1 orang petugas gizi dan 1 orang petugas posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sekupang. Hasil penelitian diperoleh bahwa pola asuh ibu berdasarkan asuhan pemberian makanan, mayoritas ibu tidak memberikan ASI ekslusif, anak sudah diberikan makan dan minum di bawah umur 6 bulan, ibu memberikan sarapan pagi tetapi anak sulit makan dan lebih memilih jajan di warung, m...

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Pada Balita DI Paud Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai

Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 2019

Menurut WHO, prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20%atau lebih. Karenanya persentasi balita pendek di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatanyang harus di tanggulangi. Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia termasuk dalam 17negara, di antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting dan overweight padabalita (PSG, 2015). Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik dengan menggunakanpendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah orantua balita yang berada di PAUD Al Fitrahkec. Sei Rampah, kab. Serdang Bedagai berjumlah 32 orang, sampel diambil secara accidental sampling.Analisa data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pola asuhorangtua adalah baik ( 56,25 %) dan status gizi pada balita mayoritas tidak stunting, kemudian hasil ujimenunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan kejadian Stunting ...