Analisis Pendapatan Petani Jagung Hibrida Dan Padi Tadah Hujan DI Bunga Mayang Oku Timur (original) (raw)
Related papers
2019
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis usahatani jagung pada lahan tadah hujan di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2019. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yaitu penelitan dengan cara mendeskripsikan keadaan di lapangan dari sejumlah individu yang di wawancara secara langsung. yang dijadikan sampel dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi usahatani jagung hibrida di Kecamatan Muara Badak berjalan dengan baik dimana sudah dapat memberikan keuntungan dimana nilai R/C ratio >1 yaitu sebesar 1,4. Kendala yang dihadapi adalah tingkat produktivitas yang rendah akibat lahan tadah hujan yang mengalami kekeringan dimusim kemarau dan kurangnya penguasaan petani terhadap teknik budidaya serta pemasaran sehingga keuntungan yang didapat masih rendah.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh
Rp. 17.559.688,70 sedangkan rata-rata biaya usahatani jagung hibrida sistem TOT Rp. 13.337.025,54. Rata-rata pendapatan usahatani hibrida dengan sistem OTS di Desa Bangunharja Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis yaitu Rp 8.573.770,12, sedangkan rata-rata pendapatan usahatani jagung hibrida dengan sistem TOT yaitu Rp. 12.790.334,46 untuk satu hektar dalam satu kali musim tanam. 2) Nilai signifikansi pada biaya dan pendapatan usahatani jagung hibrida sistem OTS dan TOT sebesar 0,000 Dimana dalam pengambilan keputusan independent simple t-test menyatakan bahwa jika Sig. (2-tiled) lebih kecil dari 0,050 maka terdapat perbedaan yang signifikan anatara variabel biaya dan pendapatan usahatani jagung hibrida sistem OTS dan TOT.
Analisis Pendapatan Petani Jagung di Masa Pandemi Covid-19
2021
Covid 19 has a very broad impact on socio-economic life globally, nationally and even in rural areas. Sosio-economic restrictions due to Covid-19 affecting agriculture system starting from distribution chain and marketing of agriculture input and output, agriculture processing system and farmers’ income in rural area. The objective of this research is to analyze the income of corn farmers at Peleru village Mori Utara Sub-District Morowali Utara District at Covid-19 Pandemic. This research used qualitative approach with case study. 10 corn farmers was chosen as the key informants. Research result showed that the average cost of corn farming at Peleru village is amount IDR 2.513.510 per Ha per planting season. From the average land area of 1,1 Ha, the farmers obtained a production amount 2.580 kg per planting season. From the price of IDR 2.500 per Kg, the farmers get average income IDR 6.450.000 per planting season. Research result showed that the average net income of the farmers at...
Berkala Ilmiah AGRIDEVINA, 2020
A person's attitude to product attributes varies because of the trust and evaluation of the attributes owned by the product, will ultimately determine the purchase interest of a product, based on its superior attributes. The research objectives are: 1). Analyzing the attitude of farmers' confidence in choosing Hybrid and Non Hybrid seeds in corn farming. 2). Knowing the superior attributes of hybrid and non-hybrid corn seeds that are chosen by farmers. 3). Analyze the economic feasibility of Hybrid and Non Hybrid corn farming. To find out the first and second objectives, the Fishbein multi-attribute model analysis is used, while the third objective is to use farm economic analysis, namely the analysis of the cost and revenue ratio (Return and Cost Ratio). Research results: 1). Farmers consider the most important attributes in choosing hybrid corn seeds (P-21), (Bisi-2) are Production, Growth Power, Brand, Efficiency of Fertilizer Use, Seed Availability and Seed Price. While the attribute of resistance to drought is seen as the least important compared to other attributes. The most important attributes of Non Hybrid (local) corn seeds are Seed Price, Growth Power, Production, Brand, Drought Resistant and Efficient Fertilizer Use. Whereas the attribute of Seed Availability is seen as the least important compared to other attributes. 2). The superior attributes chosen by farmers in corn farming using Hybrid seeds (P-21), (Bisi-2) are Production, while Non Hybrid (Local) corn seeds are Seed Prices. 3). Corn farms that use Hybrid (P-21) and (Bisi-2) seeds, are more efficient than Non-Hybrid (Local) seeds, and are economically profitable and feasible.
Abdi Insani
Desa Bebidas di Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Pulau Lombok yang berada di kaki Gunung Rinjani. Desa ini terdampak langsung bencana gempa di tahun 2018 dan pemulihan ekonominya relatif lambat. Penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan manusia yang meliputi potensi produk hasil pertanian/perkebunan, potensi lahan pekarangan, potensi tenaga kerja masyarakat serta potensi kawasan pariwisata Taman Terasering Desa Bebidas yang terhubung dengan kawasan wisata Sembalun. Kegiatan penyuluhan ini memanfaatkan potensi tersebut dengan melibatkan peran aktif mahasiswa peserta KKN Tematik Unram tahun 2019. Tujuan kegiatan adalah pemberdayaan ekonomi melalui diversifikasi tanaman buah-buahan dan jamur tiram dan pengembangan agroindustri. Hasil usaha binaan dapat dipasarkan di kawasan wisata sehingga mempercepat kebangkitan sektor wisata Desa Bebidas sekaligus meningkatkan pendapa...
Mimbar Agribisnis: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis
ABSTRAK Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dengan nilai ekonomis yang tinggi mengingat kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein pengganti beras juga dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak yang memiliki komposisi cukup dominan. Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki kedudukan sebagai daerah penghasil jagung dengan jumlah produksi 151.646 ton pada tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Besarnya biaya produksi pada usahatani jagung hibrida per satu kali musim tanam, (2) Besarnya pendapatan dan penerimaan usahatani jagung hibrida per satu kali musim tanam. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan analisis deskriptif yang dilakukan di Desa Cihaur, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dari anggota populasi yang berjumlah 180 orang, dan diambil responden sebanyak 64 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Besarnya biaya produksi pada usahatani jagung hibrida sebesar Rp3.686.567,97 per 0,77 ha per satu kali musim tanam, 2) Besarnya pendapatan pada usahatani jagung hibrida sebesar Rp6.070.791,41 per 0,77 ha per satu kali musim tanam dan penerimaan sebesar Rp9.757.359,38 per 0,77 ha per satu kali musim tanam. Berdasarkan analisis R/C dan B/C Ratio, usahatani jagung hibrida di Desa Cihaur Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka layak dan menguntungkan untuk diusahakan.
Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Hibrida DI Desa Sumari Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala
AGROTEKBIS : E-JURNAL ILMU PERTANIAN, 2021
This research aims to find out how much the income of Hybrid corn farming in Sumari Village, Sindue District, Donggala Regency. This research was carried out in February to April 2019. Determination of respondents was carried out using the simple random sampling method. The number of respondents determined as a sample in this study was 31 people from the total population of 108 people. The results of the analysis show that the average acceptance of hybrid corn farmer respondents is Rp. 9,346,129.03 / 0,67ha / MT or equivalent to Rp. 13,949,446.32 / ha / MT, the average total cost of respondents to hybrid corn farmers is Rp.3,498,054.20 / 0.67ha / MT or equivalent to Rp. 5,220,976.42 / ha / MT, so that the income obtained by the respondents of hybrid corn farmers is Rp. 5,848,074.83 / 0.67ha / MT or equivalent to Rp. 8,728,469.90 / ha / MT.
2019
Upaya peningkatan pendapatan petani dari suatu usahatani, secara umum sangat tergantung pada besarnya jumlah biaya produksi. Terutama untuk persediaan lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja, yang kesemuanya sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya penerimaan maupun pendapatan yang di peroleh petani/responden dari hasil usahataninya. Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latarbelakan diatas maka permasalahannya adalah berapa produksi dan pendapatan usahatani jagung hibrida di desa Kaliburu Kecamatan Sindue Tombusabora. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini bulan april 2019 dapat diambil kesimpulan: Besarnya rata-rata biaya pada usaahatani Jagung di Desa Kaliburu Kecamatan Sindue Tombusabora Kabupaten Donggala sebesar Rp 4,980,904,- per hektar dalam satu kali musim tanam. Sedangkan penerimaannya adalah sebesar Rp 13,904,000,- per hektar dalam satu kali musim tanam, diperoleh dari hasil panen jagung pipilan kering sebanyak 4,213 kilogram dengan...
Jurnal AGRISEP: Kajian Masalah Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis
Jangkat District is one of the districts which is the center for producing rice in Merangin Regency. Determination of the research’s location was conducted purposively, namely Muara Madras Village and Pulau Tengah Village, which are the two villages with the largest rice field planting area in Jangkat District. Sampling in this study using the simple random sampling method or a simple random method in which all of population has the opportunity to be used as a research sample and obtained as many as 57 samples. The purpose of this study were (1) To determine the benefits of lowland rice farming in Jangkat District, Merangin District and (2) to determine the contribution of lowland rice farming to household income of farmers in Jangkat District, Merangin Regency. Profit analysis results show that the average revenue of farmer on rice farming is Rp. 10,749,401/ha. While the average total cost, both real and calculated, is Rp. 8,098,506/ha. So that the average profit obtained from ric...
Analisis Pendapatan Dan Risiko Usahatani Jagung DI Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur
Jurnal ilmu-ilmu agribisnis, 2022
This study aims to examine the comparison of income, risk, risk mapping, and risk management strategies by farmersof corn farming in dry land and rainfed land. The survey was conducted in Metro Kibang District, East Lampung Regency in January 2021. The respondents were randomly selected as many as 70 farmers consisting of 40 dry land farmers in Margototo Village and 30 rainfed land farmers in Kibang Village. The data were analyzed using the income difference test, the coefficient of variation difference test, risk mapping, and descriptive analysis of farmers' strategies. The results showed that the income of corn farming grown in dry land and in rainfed land was different, but both were profitable. The risk of production and income of corn farming in dry land is greater than in rainfed land. The risk mapping in dry land and rainfed land shows that the highest risk source come from pests. In general, dry land farmers and rainfed land farmers have similar strategies, i.e: doing replanting and spraying pesticides for controlling pests.