Struktur dan Proses Sosial Budaya (original) (raw)
Related papers
EIARAH mencatat bahwa kebesaran bangsa Indonesia dibangun karena kekuatan maritim. Sebut saja kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, mereka bisa menguasai kawasan Asia Tenggara. Fakta itu, hingga kini tidak terbantahkan. Keliru jika bangsa ini tidak belajar dari sejarah untuk kembali menjadi bangsa yang besar dan disegani.
Ketika kita berbicara tentang struktur sosial, maka sesungguhnya kita berbicara mengenai sesuatu yang saling bergantung dan membentuk suatu pola tertentu yang terdiri atas pola perilaku individu, kelompok, institusi, maupun masyarakat secara luas.
Pendidikan Sebagai Proses Sosial Budaya
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya 1 . Pendidikan mencerminkan kehidupan dan kondisi suatu masyarakat; program pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kekuatankekuatan sosial-budaya, sejarah, dan filosofi yang semuanya akan memberikan arah kepada pendidikan. Karena itu kajian tentang keadaan sosial budaya sangat penting. Studi tentang keadaan sosial budaya dan kaitannya dengan pendidikan melahirkan bermacam mata kuliah, tergantung dari disiplin ilmu yang dipakai seseorang, seperti: dasar-dasar sosial pendidikan, dasar-dasar sosiologi pendidikan, sekolah dan masyarakat, antropologi pendidikan, dan dasar-dasar sosial budaya pendidikan 2 . Selain diajarkan pada tingkat pendidikan tinggi, kajian tentang sosial-budaya juga diajarkan pada tingkat sekolah. Sebagai suatu lembaga sosial, sekolah tidak dapat menghindari diri dari pengaruh latar belakang sosial budaya masyarakatnya. Sekolah didirikan dengan tugas: (1) menyampaikan warisan kebudayaan, (2) menyampaikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai, (3) mengembangkan potensi-potensi baik individual maupun masyarakatnya, (4) mengembangkan warga negara yang setia dan percaya akan negerinya. Untuk mengimplementasi tugas sekolah tersebut diperlukan kerjasama antarwarga sekolah maupun dengan pihak lain yang 1 Ibid., hlm. 2. 2 Imran Manan. 1989. Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dikjen Dikti Proyek Pengembangan LPTK. Hlm. 4-5.
SISTEM SOSIAL BUDAYA DALAM MASYARAKAT DAN DI INDONESIA
Abstrak -Kebudayaan mempunyai banyak pengertian, tidak terkecuali para ahli sosial juga berusaha merumuskan berbagai definisi tentang kebudayaan. Namun dari pengertian itu masih kurang memuaskan,dan ada dua aliran yang mengartikan kebudayaan itu sendiri yaitu aliran idiasional dan aliran behaviorisme atau materialisme. Kebudayaan itu sendiri tersusun dari beberapa komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Dalam perubahan kebudayaan meninjau dari nilai-nilai sosial dan budaya, yang disebut dengan proses modernisasi. Perubahan sosial adalah menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional yang disebut proses modernisasi kebudayaan. Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global pada saat kini dan mendatang.
Konstruksi Sosial Masyarakat Tentang Tradisi Ruwatan Sukerta
Paradigma, 2020
Manusia menjalani kehidupan sehari-hari sebagai mahkluk sosial menginginkan kehidupan yang damai. Namun manusia pada kenyataannya mengalami krisis sosial. Ruwatan dipercaya sebagai pembebasan diri dari berbagai malapetaka. Hal ini menjadikan ruwatan bisa bertahan sampai sekarang. Adapun yang masih mempertahankan budaya ini adalah kelompok masyarakat Dukuh Pakis, Surabaya. Pernyataan ini menjadi menarik karena pada umumnya kelompok masyarakat kota tidak terikat dengan adat/tradisi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konstruksi sosial masyarakat Dukuh Pakis beserta krisis dalam Ruwatan Sukerta. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teori Konstruksi Sosial Berger. Lokasi dalam penelitian ini berada di Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya. Subyek riset meliputi ketua pelaksana, peruwat, peserta ruwatan, dan warga sekitar Sanggar tempat pelaksanaan Ruwatan. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Teknik analisis ini menggunkan teknik interaktif karya Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman analisis data dilakukan dengan tahap reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan proses konstruksi sosial pada masyarakat Dukuh Pakis, dimulai dari tahap eksternalisasi (adaptasi). Pelaku budaya mengenalkan tradisi Ruwatan Sukerta kepada masyarakat Dukuh Pakis. Selanjutnya proses obyektivikasi (pelembagaan) yang terlihat dari kontribusi masyarakat Dukuh Pakis pada pelaksanaan tradisi Ruwatan. Terkahir tahap internalisasi dimana masyarakat mulai melestarikan ritual Ruwatan hingga diwariskan kepada generasi sesudahnya. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Dukuh Pakis memaknai Ruwatan sebagai ritual pembuang sial secara efektif. Selain itu Ruwatan sebagai budaya asli masyarakat Jawa harus tetap dilestarikan oleh masyarakat Kota Surabaya.
Konsep Sosial dan Budaya Masyarakat
2019
Manusia akan merasa dirinya berharga bila berada bersama dengan manusia lainnya. Interaksi manusia dengan sesamanya tidak hanya dalam lingkungan kelompok melainkan dapat melintasi batas negara. Hubungan sosial yang dilakukan manusia adalah sebuah kebutuhan bagi manusia itu sendiri oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk social. Konsep social dalam arti masyarakat, menurut Ranjabar, 2013 : 17. Adalah segala sesuatu yang bertalian dengan system hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai social, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya. Para ahli sosiologi sepakat dengan assumsi teori The structural-Functional Perspektif, bahwa msyarakat adalah suatu bagian yang terintegrasi, dimana para anggota masyarakat tersebut memiliki peran dan memiliki efek bagi anggota masyarakat lainnya. Holmes.1988 : 15-16 menyatakan :
At-Ta'dib
Keterkaitan bahasa dengan konteks sosial budaya yang sangat erat telah membantu bahasa itu sendiri untuk melahirkan varian-varian cabangnya. Paling tidak, satu bahasa standar memiliki satu varian cabang yang disebut dengan bahasa percakapan "yang tidak standar". Perbedaan tingkat bahasa inilah, yang menyebabkan munculnya fenomena diglossia, sehingga dalam bahasa Arab, misalnya, terdapat bahasa fushâ dan Âmiyah. Meskipun perbedaan antara keduanya tidak terlalu mencolok, namun tetap saja mampu menggambarkan tingkat sosial masing-masing penuturnya, Fushâ dianggap sebagai bahasa resmi dan milik masyarakat struktur sosial tinggi, sedangkan Âmiyah dianggap tidak resmi dan dimiliki oleh masyarakat struktur sosial rendah. Sebenarnya keresmian dan kehalusan bahasa ini banyak didasarkan pada unsur kepantasan, dan standar kepantasan yang diterapkan oleh masing-masing bangsa berbeda-beda. Bahasa adalah cerminan budaya masyarakat penuturnya, sehingga dapat dikatakan bahwa seksisme dalam bahasa Arab adalah cerminan budaya patriarkis masyarakatnya. Masyarakat Arab memandang segala sesuatu yang berhubungan dengan wanita harus dilindungi dan dijaga, dan pria memiliki peran sentral dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Maka dari itu, dalam bahasa Arab, hampir semua kata yang menunjukkan wanita (mu'annats) adalah kata bertanda (marked), yang asalnya adalah kata dengan pengertian laki-laki (mudzakkar). Tanda-tanda yang dibubuhkan biasanya dalam bentuk ta' marbûkah, alif maqcûrah, dan alif mamdûdah. Contoh lain dari hal ini dapat dilihat pada fenomena pemberian nama yang baik pada anak-anak perempuan, sehingga dengan nama yang baik ini anak-anak perempuan mereka dapat terjaga dan terlindungi.