PENGARUH SEXISM DAN SELF ESTEEM TERHADAP SELF OBJECTIFICATION PADA MAHASISWI (original) (raw)
Related papers
WAHYU NURDIANAWATI, 2018
Artikel ini mendeskripsikan tentang prilaku adaptasi dan stratategi mahasiswa yang berasal dari luar pulau jawa dalam menghadapi fenomena homesickness. Prilaku adaptasi yang dimaksud adalah upaya mahasiswa perantau untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru. Banyak mahasiswa perantau yang mengalami masalah dalam melakukan adaptasi bahkan menyebabkan terjadinya homesick. Homesick sendiri adalah kondisi dimana seseorang yang berada jauh dari kampung halaman merasakan sakit akibat rindu dengan keluarga dan lingkungan dimana mereka berasal. Penyusunan artikel ini bersumber dari proses wawancara dengan mahasiswa perantau fakultas psikologi universitas 17 agustus 1945 surabaya yang berasal dari luar pulau dan kajian pustaka.
PERBEDAAN SELF ESTEEM PADA NARAPIDANA BARU DAN RESIDIVIS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I MALANG
This study aimed to determine differences between self-esteem in the new inmates and recidivists. The sample in this study is new inmates and recidivists an occupier in 1 a penitentiary in malang. The number of subjects in each group of subjects are as many as 100 people. Data retrieval technique used is simple random sampling. The data obtained through measurement tools that refers to the theory Coopersmith (1967). Analysis of the data in this study is using two sample t test or independent sample t-test. T test value in this study was 0.278, and T table is 1,972. The results of this study indicate that there is no difference in self-esteem on the new convicts and recidivist, because self-esteem on the new inmates and recidivism are in high and medium category. Keyword: self esteem, new inmates, recidivists ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan self esteem pada narapidana baru dan residivis. Sampel dalam penelitian ini adalah narapidana baru dan residivis yang menjadi penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I Malang.
PELECEHAN SEKSUAL SEBAGAI AKTUALISASI DIRI DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Masa anak telah dilewati dan orangtua bersyukur karena masa penuh bahaya penyakit anak-anak telah ditinggalkan tanpa akibat sampingan dari penyakit yang terlalu membebani hidup mereka. Perasaan lega yang baru saja timbul, tidak lama kemudian hilang dan diganti dengan rasa cemas. 1
AKTUALISASI DIRI MENURUT PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN TASAWUF
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup tidak lepas dari berbagai kebutuhan, baik itu kebutuhan yang bersifat material maupun kebutuhan yang bersifat spiritual. Untuk pemenuhan kebutuhan inilah yang menjadi stimulus berbagai perilaku manusia, yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya. Manusia akan merasa puas jika suatu kebutuhannya terpenuhi, namun akan merasa kurang dari sisi kebutuhan yang lainnya, sehingga individu akan melengkapi kebutuhan-kebutuhannya tersebut sepanjang hidupnya.
2013
Pondok pesantren adalah salah satu solusi pendidikan untuk memiliki wawasan keislaman dan kemanusiaan yang luas, berjiwa besar, dan ditantang untuk berani memasuki pergaulan nasional, bahkan internasional. Namun para santri dihadapkan pada situasi yang berbeda. Kegiatan yang dilakukan dengan sistem terpadu (24) jam yang sangat padat dan keadaan yang berbeda ketika di rumah, itu membutuhkan penyesuaian yang tinggi. Lingkungan pondok pesantren menjadi lingkungan sosial yang utama dalam mengadakan penyesuaian diri. Apabila santri tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka santri akan memiliki sikap negatif dan tidak bahagia. Sehingga dapat menimbulkan sikap prokrastinasi yang akan menghambat proses belajar mengajar di pondok pesantren. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri dengan prokrastinasi akademik pada santri asrama MTs Pondok Pesantren Pabelan Magelang dengan subjek penelitian berjumlah 91 siswa. Pengambilan data penelitian m...
ABSTRAK Kecerdasan emosi, sikap mandiri, dan lingkungan perlu dimiliki oleh seseorang untuk membangun intensi berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola hubungan kausal antara kecerdasan emosi, sikap mandiri, dan lingkungan terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa Universitas Gunadarma. Data yang digunakan merupakan data primer dimana sampel diambil berdasar simple random sampling sebanyak 200 mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma angkatan 2007 dan 2008. Model persamaan struktural digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan bantuan aplikasi AMOS 7.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kecerdasan emosi berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha dengan nilai CR 2,043 > 1,96 (2) Sikap mandiri berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha dengan nilai CR 4,359>1,96 (3) Lingkungan tidak berpengaruh terhadap intensi berwirausaha dengan nilai CR 0,580 < 1,96. Kata Kunci: kecerdasan emosi, sikap mandiri, lingkungan, intensi berwirausaha
ASPEK MEDIS PADA KASUS KEJAHATAN SEKSUAL
ABSTRAK Latar Belakang Kejahatan seksual adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan kepuasan seksual bagi dirinya dan mengganggu kehormatan orang lain. Bantuan dokter dalam kasus kejahatan seksual berupa pemeriksaan pada korban baik itu pemeriksaan fisik maupun pengumpulan sampel dari tubuh korban. Namun dalam kenyataan di lapangan sangat sulit bagi dokter untuk melakukan halhal tersebut. Tujuan Untuk mengetahui bagaimana aspek medis kasus kejahatan seksual Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel adalah rekam medis kasus kejahatan seksual di dua rumah sakit di kota Semarang yaitu RSUP dokter Kariadi dan RSUD Dokter Adhyatma MPH. Data rekam medis yang diperoleh dicatat menggunakan draft yang mengacu pada standar WHO terhadap kasus kejahatan. Hasil Didapatkan 95 kasus kejahatan seksual dari tahun 2015-2016 yang dilaporkan pada RSUP dokter kariadi dan RSUD dokter Adhyatma, MPH. 90% dari total kasus menerima informed consent yang diberikan oleh dokter. 57 % kasus terdapat hasil anamnesis waktu dan tanggal kejadian, 41 % kasus terdapat hasil anamnesis umum, 68% kasus terdapat hasil anamnesis riwayat seksual dan riwayat menstruasi korban. 13 kasus mengandung pertanyaan apa yang dilakukan korban seusdah kejadian, 98% kasus terdapat kronologis kejadian, 94% kasus terdapat identitas pelaku, sebanyak 74 kasus terdapat lokasi kejadian, 14% kasus terdapat hasil riwayat obatobat yang dikonsumsi korban, dan 88 % kasus terdapat deskripsi jenis kejadian seksual. Sebanyak 97% dari total kasus yang didapat terdapat hasil pemeriksaan fisik dan sebanyak 80% dari total kasus terdapat hasil pemeriksaan genitalia. Sebanyak 20% kasus terdapat dokumentasi pemeriksaan. Sebanyak 5% dari total kasus hasil pemeriksaan swab dan cairan sperma, sebanyak 1% dari total kasus yang dilakukan pemeriksaan darah dan urin. 17% dari total kasus terdapat hasil pemeriksaan kehamilan. Kesimpulan Aspek Medis Kejahatan seksual meliputi informed consent, anamnesis, pemeriksaan fisik yang terdiri dari pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan Top to Toe, dan pemeriksaan genital, Pemeriksaan penunjang yang terdiri dari pengambilan swab dan pemeriksaan cairan sperma, pemeriksaan darah dan urin, dan pemeriksaan kehamilan. Dokter dalam Kasus kejahatan seksual juga berperan dalam pengumpulan barang bukti pada tubuh korban. Kata kunci : Kejahatan Seksual, Aspek Medis, Peran dokter dalam Kasus kejahatan Seksual ABSTRACT MEDICAL ASPECT OF SEXUAL ABUSE Background sexual abuse is any act perpetrated by a person against another person that creates sexual pleasure for himself and disrupt the honor of another person. Doctor Assistance in the case of Sexual Abuse case is examination on the victim either physical examination or collecting sample from victim's body, but in reality it is very difficult for doctor to do the examination of sexual abuse victim.
HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT STYLE DAN SELF-ESTEEM DENGAN KECEMASAN SOSIAL PADA REMAJA
Relationship between Attachment Style, Self-Esteem and Social Anxiety Among Adolescence. The purpose of this study was to examine the relationship between attachment style, self-esteem and social anxiety among adolescence. Attachment style, self-esteem, and social anxiety scales were used to collect data from students of class X in a senior high school in Madiun, East Java. Using purposive sampling technique, 58 students were chosen to participate in this study. Path analysis was employed to examine the relationship between attachment style, self-esteem and social anxiety; attachment style and social anxiety; and self-esteem and social anxiety.The result showed that there are negative correlation between attachment style, self-esteem and social anxiety. Attachment style have both direct and indirect effect to social anxiety while self-esteem only have a direct effect to social anxiety. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara attachment style dan self-esteem dengan kecemasan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Peneliti menggunakan skala attachment style, self-esteem, dan kecemasan sosial sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Data diambil dari siswa SMA Negeri 1 Dagangan Madiun, yang duduk di kelas X. Peneliti mengukur attachment style, self-esteem dan kecemasan sosial pada 58 siswa yang telah terpilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dilakukan analisis jalur untuk menguji hubungan antara attachment style dan self-esteem dengan kecemasan sosial, attachment style dengan kecemasan sosial, dan self-esteem dengan kecemasan sosial. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara attachment style dan self-esteem dengan kecemasan sosial. Attachment style memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kecemasan sosial sementara self-esteem hanya memiliki hubungan langsung terhadap kecemasan sosial.