Religi (original) (raw)

Religiusitas

Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain religi, religion (inggris), religie (belanda), religio (latin), dan dien (arab).

Karakter Religius

Kata karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.1Adapun Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak. Kebijakan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.2Sedang para ahli memaknai karakter secara beragam, diantaranya : a. M. Mahbubi, mengutip dari M. Furqon Hidayatullah, mengemukakan bahwa istilah karakter berasal dari bahasa latin yang memiliki makna dipahat. Diibaraatkan seperti sebuah balok granit yang memahatnya harus dengan hati-hati. Ketika sembarangan saat memukul, maka batu granit tersebut akan rusak. Karakter merupakan gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai yang dipahat dalam batu hidup tersebut, sehingga akan menyatakan nilai yang sebenarnya.3 b. Sedangkan Muchlas Samani dan Hariyanto, menyebutkan bahwa karakter dapat dimaknai sebagai value (nilai-nilai) dan kepribadian, cara berfikir dan berperilaku yang mempunyai ciri khas bagi setiap individu sebagai bekal hidup dalam bekerja sama baik terhadap lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Suatu karakter merupakan cerminan dari nilai apa yang melekat dalam sebuah entitas. Orang bisa terlihat mempunyai karakter yang baik apabila ia dapat menentukan keputusan dan siap mempertanggung jawabkan dari setiap keputusan yang telah dilakukan.4 c. Selanjutnya Hermawan Kertajaya dalam bukunya Grow With Character: The Model Marketing mengemukakan bahwa karakter adalah "ciri khas" yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah "asli" dan mengakar pada 1Departemen

Terapi Religius

Konflik dan tsunami dapat menyebabkan lingkungan menjadi rentan terhadap berbagai masalah sosial dan psikologi. Terutama anak-anak, sering menjadi korban dari keganasan konflik dan bencana alam seperti tsunami. Pengalaman itu terus terkenang dalam pikiran anak-anak yang dapat menjadi trauma. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kecemasan sosial dan memberikan terapi relaksasi religius sebagai intervensi mengatasi kecemasan sosial pada anak-anak. Subjek penelitian ini adalah anak-anak berumur 8 – 14 tahun yang merupakan anak yatim di pondok yatim Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) di Banda Aceh. Jumlah subjek sebanyak 46. Sebanyak 30 sebagai grup treatment dan 16 sebagai grup kontrol. Alat tes yang digunakan adalah Social Anxiety Scale for Children (SASC) dibuat oleh La Greca, Dandes, Wick, Shaw, & Stone, (1988). Alat tes diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian, menunjukkan kecemasan sosial pada anak-anak dengan tingkat sedang, kemudian analisa statistik, t test menunjukkan bahawa secara signifikan terapi relaksasi religius berhasil menurunkan tingkat kecemasan sosial dengan min yang lebih tinggi pada pretest (sebelum treatment) dibandingkan posttest (sesudah treatment). Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan kecemasan sosial berdasrkan jenis kelamin, status orang tua, dan penyebab kematian orang tua. Tetapi terdapat perbedaan signifikan berdasarkan asal tempat, kota mempunyai kecendrungan yang lebih tinggi mengalami kecemasan sosial dibandingkan anak-anak yang berasal dari desa. Keberhasilan terapi relaksasi religius, menurunkan tingkat kecemasan sosial pada anak-anak, merupakan pembenaran terhadap bentuk intervensi yang selama ini dilakukan oleh Pondok Yatim PKPU dengan berlandaskan agama. Selain itu kasih sayang dari guru-guru dan pengasuh pondok yatim sebagai pengganti orang tua dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada anak-anak.

Religi pada masyarakat prasejarah di Indonesia

2004

Buku ini membahas beberapa bagian pokok yang dikelompokkan dalam bab-bab. Bagian pertama membicarakan secara umum tentang sejarah perkembangan religi dari mulai munculnya religi sampai berkembang dan mencapai puncaknya pada akhir masa prasejarah. Pembahasan tentang religi ini dibatasi oleh religi yang primitif dan tradisional yang menyangkut kepercayaan-kepercayaan sederhana. Dalam bah ini akan dikupas tentang pengertian religi, teori tentang asal mula religi, pendekatan religi dalam bidang ilmu arkeologi, dan religi dalam masa prasejarah. Bagian kedua akan mengupas tentang bentuk-bentuk religi pada periode holosen yang akan menyinggung tentang hubungan antara seni dengan kepercayaan, sistem penguburan di dalam gua-gua, serta penguburan di bentang alam terbuka. Bagian ketiga akan mengupas tentang sistem penguburan dan konsepsi kepercayaan pada akhir prasejarah, yang menguraikan tentang sistem penguburan pada periode akhir prasejarah, konsepsi kepercayaan megalitik dan persebarannya,...

Komunikasi Religius Waria

Jurnal Penelitian Komunikasi, 2012

Waria dalam faktanya dianggap sebagai sampah masyarakat karena melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pandangan umum. Namun sebagai manusia ia juga memiliki kebutuhan yang bersifat fitrah, kebutuhan beragama. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana makna agama bagi waria ditinjau dari sudut pandang komunikasi. Melalui paradigm penelitian kualitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi dengan analisis data interpretasi subjektif. Teori fenomenologi, teori konstruksi sosial dan interaksi simbolik sebagai alat untuk melakukan analisis. Penelitian dilakukan di kota Bandung. Sebagai sesuatu yang fitrah, pada dimensi keyakinan, waria memaknai agama secara positif; keyakinan agama sebagai sumber kekuatan, pondasi, aturan, solusi, makanan, identitas, pelarian, dan privasi.

Dimensi Religi Dalam Pembuatan Pinisi

Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Pinisi merupakan salah satu contoh perwujudan pengetahuan masyarakat lokal dalam beradaptasi dengan lingkungannya secara harmonis. Pengetahuan ini, mencakup dimensi unsur religi yang sarat akan sejumlah makna, nilai dan simbol yang menjadi landasan membentuk harmonisasi dirinya dengan alam. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dimensi religi dalam pembuatan pinisi serta dinamika yang menyertainya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam sebagai teknik pengambilan data dan deskriptif analitik sebagai metoda analisis. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 di Desa Ara dan Tanah Beru Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba Sulawesi Tenggara. Pinisi sebagai bagiandari suatu budaya sarat akan sejumlah makna, simbol, dan nilai yang tertuang dalam setiap prosesi pembuatannya. Perubahan kondisi sumber daya dan intervensi modernitas pada setiap aspek kehidupan menyebabkan perubahan dalam aktivitas unsur religi yan...