Walennae,Jurnal Arkeologi Sulawesi Selatan dan Tenggara Vol. 5 No 9, November 2002 (original) (raw)
Related papers
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol. XIII No. 25, Maret 2010
2010
Relief art style that can be interpreted as a redundancy to a certain style, at certain times and places can be used as an indication for the presence of outside influences that affect a work relief. In addition, by comparing the art style can be a relative dating to the building of the temple, in this case is a temple in Simangambat, North Sumatera.
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol. XII No. 23, JULI 2009
2009
Public Archaeology can't be understood as a narrow-minded view point as an archaeological research and their object's presentation and representation at the public only. However, public archaeology must be understood more widely as an archaeological view point for understand the public requirements and importance. These discipline have an important meaning for the socialization of supreme culture values at the past. On the future, those values will be reinforcing the national cultural identities from the foreign cultural influence. In order to those purpose, public role, active and seletive creativity in the foreign culture adoption without leaving any cultural identity, will be necessary.
AMERTA jurnal penelitian dan pengembangan arkeologi vol. 36 no. 2, Desember 2018
2018
ITUS LAMBANAPU: DIASPORA AUSTRONESIA DI SUMBA TIMUR Retno Handini, Truman Simanjuntak, Harry Octavianus Sofian, Bagyo Prasetyo Myrtati Dyah Artaria, Unggul Prasetyo Wibowo, I Made Geria Penelitian di Situs Lambanapu bertujuan untuk mengetahui posisi Lambanapu dalam persebaran dan perkembangan leluhur Austronesia dan budayanya di Sumba. Metode yang dilakukan adalah survei, ekskavasi, analisis, dan interpretasi. Hasil penelitian berupa temuan rangka dan kubur tempayan serta artefak berupa gerabah, manik-manik, perhiasan logam, dan alat batu. Dari hasil pertanggalan diketahui bahwa setidaknya Situs Lambanapu telah dihuni 2.000 tahun yang lalu. Hasil analisis paleoantropologi diperkirakan individu yang ditemukan di Lambanapu, baik kubur primer maupun sekunder, merupakan percampuran antara Mongoloid dan Australomelanesoid. Percampuran genetika memang sangat memungkinkan terjadi mengingat sejarah hunian Nusantara yang terisi oleh beberapa gelombang migrasi besar pada masa lampau. Situs La...
Kalpataru majalah arkeologi volume 27, No. 1, November 2018
2018
Majalah ini berisi 5 artikel ilmiah yang berjudul: (1) Dua tipe ornamentasi candi Perwara di Kompleks Candi Sewu, (2) Perkembangan ragam hias pada Omo Sebua di Nias Selatan, Sumatera Utara, (3) Tradisional atau modern: dampak kebijakan perumahan rakyat terhadap bangunan tradisional di Bada, Sulawesi Tengah, (4) Omo Hada: arsitektur tradisional Nias Selatan di Ambang Kepunahan, (5) Motif Hias pada arsitektur bangunan peninggalan Zending di Pulau Roon dan Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol. X No. 20, Juli 2007
2007
Kerja Tahun is a ceremonial give thanks to The God for has given a succesful yield. This is a product from past religion culture who still founded in every place, such as for Karonese in Tiga Binanga. There are many diffrences culture between now and the past that showing it have been transformated. This article want to compare it according to religion aspect.
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol. XII No. 24, November 2009
2009
Story's relief is a combination of narrative and visual art which function as a communication media for people in the past. It moreover consists of social culture information, story's relief has also left tracks of the methode of an artist for framing the story in visual form. One thing that insteresting in this regard is time dimension visualization. Time dimension is extremely difficult visualized in the form of images without any information in the form of the verbal. Yet, the artist of the past were able to overcome these problems by way of a typical visualization without including any verbal information.
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol. XI No. 22, OKTOBER 2008
2008
Referring to the assumption that the technology gives deep influence to the human ability to adapt the environment, we have found that the research result could describe the influence of environment to human being in the simplest level in cultural evolution. In line with that, the role of human in changing the environment will increase in parallel with the development of technology. As one of environmental form, there's a wide wetland in Indonesia which is known as an wetland country and people also depend on it. Wetland has an importand value in contributing the biological variance, world climate regulator, source of food, etc that give the benefit to the human's life and others. It's not surprising that there's lot of archaelogical sites on wetland area.
Berkala arkeologi sangkhakala vol. XV no. 1, Mei 2012
2012
Adapun uraian dari kajian dimaksud diawali dengan bahasan Andri Restyadi menyangkut jejak teknik pahatan relief di Biaro Mangaledang, Kab. Padang Lawas, Sumatera Utara yang ditemukan pada batu untuk dibandingkan dengan relief Karmawibangga pada Candi Borobudur. Selanjutnya uraian pada Prasasti Sitopayan 1 & 2 dalam aspek ekstrinsik dan intrinsik disampaikan oleh Churmatin Nasoichah. Deni Sutrisna menguraikan aspek heterogenitas pada masyarakat di Kota Medan dilihat dari bangunan berupa Jembatan Kebajikan dengan berbagai unsur yang dikandungnya. Uraian dalam kaitannya dengan binatang mitologi yang disebut lasara di Nias menjadi kajian Dyah Hidayati. Kajian simbol pada binatang mitos dalam kaitannya dengan struktur sosial dan religi. Eny Christyawaty menguraikan aspek kuliner masa kolonial yang hingga kini masih menjadi andalan menu restoran TipTop di Kota Medan. Ery Soedewo menguraikan aspek religi dari keragaman objek ideofak pada masyarakat di Kota Cina dalam kisaran abad ke -11 hi...
Aspek-aspek arkeologi Indonesia: aspects of Indonesian archaeology no.22
1998
Pada masa paling awal, bentuk negara kaum adalah monarki 1. Dalam sistem ini pergantian dan perubahan pemegang kedaulatan berlangsung menurut garis keturunan. Raja memegang semua cabang-cabang kekuasaan yang ada, membuat undang-undang, melaksanakan, dan menguji pelaksanaan undang-undang, termasuk menjadi pemimpin tentara.
Arkeologi di bagian barat laut provinsi Sumatera Barat
2007
Catatan sejarah menunjukkan bahwa setidak-tidaknya pesisir barat Pulau Sumatera telah berkembang sejak abad ke-14, ketika Kerajaan Pagaruyung diperintah oleh Adityawarman. Seiring perjalanan waktu, kebudayaan di sana berkembang silihberganti, dari masa prasejarah ke masa Hindu/Buddha, kemudian masa pengaruh Islam, dan kelak masa pengaruh kolonial Belanda. Perkembangan kebudayaan itu juga bergulir pada masa pendudukan Jepang, dan dilanjutkan pada zaman kemerdekaan. Jelas bahwa panjangnya sejarah masa hunian di daerah pesisir barat Sumatera itu meninggalkan sisa-sisa kebudayaan yang masih ada sampai saat ini.