Nilai Pragmatis Masyarakat Papua dalam Tradisi Lisan Insos dan Konayo (original) (raw)
Related papers
Makna Tradisi Lisan Plaho di Desa Koto Aro Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci
Kajian Linguistik dan Sastra
Folklore adalah adat istiadat tradisi tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun. Ada 3 macam folklore yaitu foklore lisan, folklore sebagian lisan, dan folklore bukan lisan. Jenis penelitian plaho ini merupakan jenis penelitian foklore sebagian lisan yang mencampurkan dua unsur yaitu upacara dan mantra. Makna yang di pakai adalah makna kultural yang mana penelitian ini berfokus pada makna leksikal dan kultural dari mantra dan bahan alat tradisi lisan plaho ini. Hasil dari penelitian ini adalah makna dari mantra dan alat bahan yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi lisan plaho. Di temukan 10 mantra dan 35 macam bahan dan alat dalam penelitian ini.
Prolog Tradisi Lisan Sebagai Penguat Identitas Dan Harmoni
2022
Terakhir, sebuah buku yang hadir di tangan pembaca adalah hasil kerja keras dan proses panjang; mulai dari penulisan, bahkan sebelumnya melalui proses penelitian yang melelahkan, proses review, penyuntingan, layout, desain sampul, hingga pemeriksaan baca, dan pendanaan. Ada banyak pihak yang terlibat dan lelah bekerja keras untuk terbitnya buku ini. Oleh karena itu, sebagai editor, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi.
Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Lisan Biduk Sayak Masyarakat Desa Jernih
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi lisan Biduk Sayak masyarakat desa Jernih. Penelitian ini dilakukan di Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Unsur-unsur yang terkandung dalam tradisi lisan biduk sayak, terdiri atas seniman tradisi lisan biduk sayak, alat musik, waktu dan tempat pertunjukan, kostum pemain, penonton, dan lagu yang disajikan dalam pementasan tradisi lisan biduk sayak. Keunikan tradisi lisan biduk sayak antara lain, Senimannya terdiri atas: pemain biola dengan senar tiga, pemain kicer/kecir, penggendang ketipung, penggendang celiti, dan vokalis atau penyanyi. Keunikan selanjutnya yaitu, Lirik lagu bentuk seperti pantun dan satu baid dengan baid lainnya saling terkait. Lirik-lirik suatu lagu pada suatu acara misalnya pernikahan, bisa saja digunakan untuk acara turun mandi, yang penting maknanya sampai dan cocok. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi lisan biduk sayak yaitu nilai budaya, mo...
Ekspresi Penonton pada Tradisi Lisan Seumapa Aceh
Tamumatra : Jurnal Seni Pertunjukan
Penelitian ini bertujuan menggali makna sorak-sorai dan tepukan penonton seumapa bagi masyarakat Aceh dan analisis aspek penonton tradisi lisan seumapa di pesta pernikahan. Seumapa adalah tradisi lisan Aceh yang berbentuk seperti pantun dan dipertunjukkan pada pesta pernikahan masyarakat Aceh. Metode pengumpulan data penelitian meliputi studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data primer penelitian ini adalah hasil wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur terkait tradisi seumapa. Alasan seseorang datang menonton seumapa adalah untuk mencari hiburan dan kepuasan estetis, karena diundang oleh tuan rumah atau bagian dari rombongan pengantar pengantin, dan sentimen kesukuan. Selain itu, sebagai tradisi lisan yang dilakukan pada sebuah pesta pernikahan, penonton seumapa memberikan sorak-sorai dan/atau tepukan sebagai respon kepada petuturnya. Sorak-sorai merupakan gerakan tubuh yang dikaitkan dengan emosi dan pengaruh positi...
Tradisi Lisan Kinoho/Lolamoa (Pantun)
2017
Every indigeneous culture is an asset that has a value that should be in the preserve history, passed down continuously from one generation to the next. Oral Tradition as a culture heritage can be used as one of the entrances to further understand the people and their culture. Oral Tradition should be used at the present time to revive the values of good for people in their life. An important role of tradition in a society lies in its ability to communicate the tradition, knowledge, and certain etnic custom, or can be describe human experiences in both individual and social dimension, to the other ethnic groups. This oral tradition consisted of several forms, such as rhyme. For the people of Tolaki, rhyme reffered to as kinoho or lolamoa. This verse is usually delivered in a traditional ceremony, reception as guests at the wedding or government guests who come to visit. Kinoho or lolamoa contains satire, advices, oath and covenant. Key words...
Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Masyarakat Adat dalam Pemilihan Legislatif di Papua
JAPHTN-HAN
Papua as one of the provinces in Indonesia has its own way of choosing legislative members at the regional level which is different from the implementation of the election of other regional legislative members in Indonesia. The main objective of this study is to determine the mechanism for the general election of regional legislators in Papua based on the value of local wisdom of the Papuan people as regulated in positive law in Indonesia. The findings in this article are found that the construction of law in the modern democratic process implemented by the state through compromise methods in the implementation of popular sovereignty as a constitutional mandate in Indonesia is one of the solutions for implementing democracy through legislative elections in Papua.
NAFAS TRADISI DALAM LUKISAN POPO ISKANDAR (1)
Hery Santosa
Rentetan bukti sejarah seni rupa tradisi Indonesia yang membentang dari masa pra sejarah hingga menjelang babak seni rupa modern terasa berkesinambungan dari satu zaman ke zaman lain. Kesinambungan tradisi tersebut memberikan gambaran kepada kita bagaimana kebesaran hati orang-orang yang ada pada satu zaman untuk rela menerima produk budaya yang dihasilkan oleh orang-o rang pada zaman sebelumnya. Berkenaan dengan imbas seni rupa tradisi terhadap seni rupa modern tersebut, setelah berusaha nemperhatikan karya lukis Popo Iskandar, penulis merasakan ada nafas tradisi pada karya lukis tersebut. Imbas tradisi yang saya rasakan dalam karya Popo Iskandar tersebut adalah Vekorattf dan magis'
Tamaddun, 2019
Introduction: This article discusses the oral tradition of the people of Koto Majidin village, namely parno adat Data Cellection Method: The stages in oral tradition research include literature studies and observation. Analysis Data: To trace the traditional parno tradition of Koto Majidin Village, qualitative research was used with a descriptive method, namely trying to describe and explain traditional customs so that they could know the substance of the parno. Furthermore, this study uses a cultural theme analysis. Results and Dicussions: Oral tradition is a tradition that has been passed down from one generation to the next. With the progress of the development of human life and the development of science, the oral tradition has been eliminated from people's lives. In the lives of urban people, this oral tradition has begun to disappear. But the existence of this oral tradition can still be found in rural areas. One of them is in Koto Majidin Village, Kab. Kerinci, namely the parno adat oral tradition. Parno adat whose existence still exists in traditional community celebrations, if not reviewed. So it is feared that there will be extinction. Conclusion: This analysis is used to conduct culture-oriented research by looking for red threads that are related associated with values, ethos, and culture. The results of this study, if viewed from the values contained in the customary community of Koto Majidin Village are religious, agrarian and humanist societies. Furthermore, the values of the traditional parno wisdom of Koto Majidin Village relate to ideological values and advice.
BUDAYA LISAN PENUMPULAN INTELEKTUALITAS
Waktu saya melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan disertasi tentang budaya kerja dosen di Universitas Negeri Padang. Saya terkesan dengan pernyataan Rektor UNP, Prof. Dr. Z. Mawardi Efendi, M.Pd bahwa budaya kerja dosen UNP lebih dominan dalam bentuk budaya lisan (28 September 2004). Pernyataan ini menjadi keprihatinan yang mendalam bagi saya termasuk pemerhati pendidikan lainnya. Rendahnya minat menulis dikalangan dosen bukan saja terjadi di UNP, melainkan sudah menjadi perilaku sebagian besar dosen Indonesia. Kebiasaan menulis belum menjadi budaya alias gaya hidup kaum intelektual. Disamping, belum adanya regulasi yang memaksa kaum intelektual membiasakan diri menulis atau menerbitkan buku, jurnal ilmiah lainnya yang terinspirasi dari pikiran, ide, gagasan dan pengetahuan yang dimilikinya. Fenomena bangkitnya budaya lisan di kalangan dosen jelas menjadi penumpulan intelektualitas di kalangan civitas kampus, mereka terjangkit dengan budaya kolektivisme. Suatu budaya yang menekankan kelompok dari pada individu. Budaya lisan ini, juga berorientasi pada kekuasaan yang terstruktur ketimbang pengabdian dan pencerdasan. Budaya ini makin kental karena terus dipelihara oleh system pendidikan yang kurang membuka wacana berpikir manusia yang terlibat di dalamnya. Dosen menuturkan, pendidikan lebih mengarah pada metode menghafal, mengingat atas apa yang tertulis dan tidak memberi ruang untuk perenungan, pertanyaan skeptic dan analisis kritis. Indikasi dari maraknya budaya lisan kaum intelektualitas terlihat dari unjuk rasa yang mereka lakukan sering kali disertai dengan tindakan anarkis. Padahal cara yang mudah menyampaikan pesan moral/perubahan dan perbaikan terhadap masalah yang mereka kritisi adalah dengan cara menulis. Sejarah membuktikan, kekuasaan/rezim yang kejam terhadap kebebasan berbicara akan bisa dihancurkan dengan semangat pembebasan melalui budaya menulis kreatif dan kritis. Contoh, surat R.A. Kartini kepada seorang pembesar Hindia Belanda, menggunakan media tulisan menuntut kesamaan hak kaum perempuan. Begitu pula, seorang filsuf materialism Italia,
Tradisi Maesa-Esaan DI Minahasa, Dalam Perspektif Bernegara
Genta Hredaya: Media Informasi Ilmiah Jurusan Brahma Widya STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Kehidupan bernegara tidak bisa terlepas dari sebuah negara. Negara merupakan organ statis yang di dalamnya terdapat sistem sistem, yang mana ada sebuah kehidupan yang dialami oleh persona atau individu-individu. Demikian juga diketahui bahwa negara adalah organisasi yang mendapatkan kekuasaan dari masyarakat dan telah mempunyai wilayah tertentu. Dalam sebuah negara, tentu memiliki sebuah kebijakan publik, karena sangat diperlukan untuk menanggapi aspirasi populasi yang beragam, serta menjamin pluralisme serta penghormatan terhadap hak-hak dasar setiap persona. Kita semua sepakat bahwa sebuah kebijakan publik pada dasarnya berangkat dari fondasi kebudayaan tertentu. Atau dengan kata lain, hal itu ada karena ada budaya yang dihidupi. Dalam konteks penelitian ini fondasi budaya lokal Minahasa yakni spirit maesa-esaan, menjadi patokan atau pijakan untuk mewujudkan sebuah kehidupan bernegara yang damai dan bersatu padu. Terjadi demikian, karena pada dasarnya hakikat dari kebijakan publik...