Pengembangan Interpretasi Wisata Budaya Guna Mendukung Program Pelestarian Tapak Arkeologi (original) (raw)

Pengelolaan Tinggalan Arkeologi: Kegiatan Pelestarian Sebagai Daya Tarik Wisata

PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi

Indonesia is one of the largest archipelagic countries in the world, one of which is rich in cultural diversity in the form of values, ideas, behaviors, and cultural heritage materials from the past to the present. Cultural diversity, such as archaeological remains, which is an asset for recording the development of historical and cultural values forming the identity of the Indonesian nation's civilization, has developed massively as a tourist attraction that can generate income. As a result, it have impact on increasing economic exploitation of archaeological remains by the government, local government, industry, and society. Which inturn often consciously or not causes problems besides causing degradation of historical and cultural values, as well as the existence of these archaeological remains. For this reason, the diversity of archaeological remains as a national asset is important to managed and preserved sustainably through a sustainable tourism development approach. Scie...

Wisata Perdesaan : “ Pelestarian Budaya Dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa ”

Sosio Informa

Indonesia has a natural and cultural resources biodiversity as attractiveness assets that are largely scattered in rural areas including in the remote and coastal areas. It is stated the population of Indonesia as much as approximately 250 million people that scattered in 99 towns and, more than 78 thousands of villages. It shows that the characteristics of country is rural, with it's diversity for more than 500 tribes, where generally the community still keep, conduct and develop the tradition and culture as their identity. Since associated with tourism development, the effort of this identity conservation is supposed to become tourist attraction that reflects the authenticaly unique of Indonesia. Unfortunately the potential diversity of cultural roots in rural areas, has not been able to be managed properly and correctly as a tourist attraction and activities. Through library research, the article purpose is to fegure out that implementing rural tourism can be one innovative solution to improve rural communities well-being, as well as to support Nawacita programs. Finally, the strategic recommendations in this article state that the tourism development in rural areas should be sosially accepted, culturally appropriate, undiscriminative, people centered (pro-poor, job, growth), and environmentally sound.

Pendampingan Konservasi Arsitektur Tradisional Melalui Pengembangan Desa Wisata

JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)

Rumah Baghi ditemui pada desa-desa perbukitan di Sumatera Selatan. Arsitekturnya merupakan satu kepaduan dengan kehidupan keseharian masyarakat tradisional. Kurangnya pengenalan akan arsitektur ini menyebabkan banyak rumah ditelantarkan. Kegiatan pendampingan bertujuan memperkenalkan, mempresentasikan, dan mensosialisasikan potensi arsitektur lokal kepada masyarakat di Desa Perapau, salah satu desa perbukitan. Pembangunan kesadaran akan arsitektur tradisional melalui skenario pengembangan wisata warisan. Hasil pendampingan menunjukkan bahwa pelestarian bangunan tradisional memerlukan dua pendekatan, yaitu aturan dan keuntungan. Aturan dapat berupa adat istiadat yang mengikat masyarakat dalam melakukan perubahan atas rumah adat dan keuntungan berupa sumber penghasilan tambahan bagi pemilik.

Pengelolaan Sumberdaya Arkeologi untuk Pariwisata Berkelanjutan (Pengembangan Wisata Benteng di Pulau Ambon)

2008

Pemerintah Pusat melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah menetapkan tahun 2008 sebagai “Visit Indonesian Year”. Salah satu potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk mendukung program ini adalah wisata arkeologi khususnya wisata benteng yang jumlahnya cukup banyak dan tersebar dihampir seluruh pulau di Maluku. Wisata benteng di Maluku yang saat ini masih mengandalkan benteng sebagai satu-satunya daya tarik menunjukkan belum optimalnya Pemerintah Daerah mengembangkan wisata ini. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan mengemas berbagai atraksi wisata sebagai tambahan daya tarik bagi wisatawan yang akan berkunjung. Makalah ini mencoba memaparkan prospek wisata benteng di Pulau Ambon dengan menawarkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan wisata yang lebih optimal.

Wisata Budaya dan Konservasi Laut

2019

Masyarakat pesisir senantiasa dikategorikan sebagai masyarakat miskin yang dihubungkan dengan ketergantungannya yang tinggi terhadap hasil laut di sekitarnya yang sangat fluktuatif. Desa Sanrobone adalah satu contoh desa pesisir dengan karakteristik khas masyarakat pesisir yang telah mengkonversi sebagian besar hutan bakaunya menjadi tambak untuk memelihara ikan dan rumput laut. Hal ini mengakibatkan kerapatan mangrove yang makin menipis sehingga tidak lagi mampu menopang lahan pesisir yang ada sehingga terjadi abrasi dan penurunan kualitas air tambak. Salah satu solusi yang harus dilakukan adalah mencari alternatif matapencaharian guna menanggulangi kerusakan lingkungan dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Hal yang paling potensial untuk dilakukan yaitu pengembangan wisata budaya. Desa Sanrobone memiliki potensi wisata budaya yang sangat menjanjikan yakni adanya Benteng Sanrobone dan Makam Raja-Raja Sanrobone. Objek wisata ini memiliki daya tarik, keunik...

CULTURAL HERITAGE SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI BALI RUMAH TRADISIONAL DESA ADAT PENGLIPURAN BANGLI

Putu Diah Sastri Pitanatri www.diahsastri.com 1. Pendahuluan Dalam pariwisata, budaya dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata budaya.Pariwisata budaya pada intinya merupakan jenis pariwisata yang menawarkan kebudayaan yang berupa atraksi budaya baik yang bersifat tangible atau konkret maupun intangible atau abstrak, juga yang bersifat living culture (budaya yang masih berlanjut) dan cultural heritage (warisan budaya masa lalu), sebagai daya tarik utama untuk menarik kunjungan wisatawan. Namun sayangnya, sebagian besar daerah tujuan wisata saat ini berkembang ke arah yang membuat satu sama lain semakin mirip. Atraksi--atraksi yang ditawarkan, bentuk pelayanan yang seragam, pengalaman yang diperoleh dan bahkan cindera mata yang dibawa pulang hampir tidak bisa dibedakan lagi. Kondisi semacam ini dianggap membosankan oleh sebagian besar wisatawan yang menghendaki pengalaman yang berbeda, spesifik dan otentik/asli dari berbagai tujuan wisata yang didatanginya. Dengan kata lain, tren wisata dunia berkembang dari pariwisata yang bersifat massal/umum ke pariwisata yang bersifat alternatif/khusus. Di sisi lain, masyarakat di berbagai tempat mulai resah dengan kondisi memudarnya berbagai praktek budaya lokal (adat istiadat hingga berbagai kesenian dan kerajinan lokal) serta semakin rusaknya kondisi alam. Hal ini disebabkan oleh adanya persinggungan dengan budaya luar dan anggapan bahwa budaya sendiri sudah kuno dan tidak menarik. Pemanfaatan sumberdaya alam kian meningkat untuk memenuhi kebutuhan manusia juga telah menyebabkan lingkungan alam menjadi semakin rusak. Di tengah kondisi semacam inilah diperlukan sebuah alternatif usaha yang bisa memberikan keuntungan ekonomi sekaligus menjaga martabat dan keberadaan budaya lokal serta melindungi lingkungan alam. Pariwisata budaya merupakan bentuk pariwisata yang menyatukan kegiatan pendidikan, wisata, pelestarian budaya maupun alam dan aktifitas ekonomi. Karena

IDENTIFIKASI POTENSI SITUS WARISAN BUDAYA (HERITAGE TOURISM) SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KOTA MATARAM

Kultura, 2024

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi situs warisan budaya di Kota Mataram sebagai daya tarik wisata. Pendekatan deskriptif kualitatif digunakan untuk mengungkap potensi wisata yang terdapat di kota ini. Potensi warisan budaya di Kota Mataram dipetakan menjadi tiga kategori utama: potensi wisata pura, potensi warisan budaya makam, dan potensi warisan budaya tempat bersejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Mataram memiliki berbagai situs warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan. Potensi wisata pura diwakili oleh Pura Meru dan Taman Mayura yang memiliki nilai sejarah dan arsitektur unik. Potensi warisan budaya makam mencakup Makam Loang Baloq dan Makam Jenderal Mayor P.P.H. Van Ham yang memiliki nilai sejarah dan religius tinggi. Sementara itu, potensi warisan budaya tempat bersejarah termasuk Kota Tua Ampenan dan Museum Negeri Nusa Tenggara Barat yang mencerminkan perkembangan sejarah dan budaya di Kota Mataram. Identifikasi potensi ini menunjukkan bahwa warisan budaya di Kota Mataram memiliki daya tarik yang kuat dan beragam, yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan sektor pariwisata kota ini.

PERMUKIMAN TRADISIONAL SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI DESA BATUAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Desa Batuan dengan tujuan (1)untuk mendeskripsikan kondisi permukiman tradisional di Desa Batuan, 2) untuk menganalisis kontribusi keberadaan permukiman tradisional terhadap pengembangan fisik kawasan wisata di Desa Batuan, 3) untuk menganalisis kontribusi keberadaan permukiman tradisional terhadap kondisi ekonomi masyarakat di Desa Batuan. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pengambilan sampel secara " Purposif Sampling " yaitu sebesar 15 rumah yang mencirikan dari permukiman tradisional di Desa Batuan yang dimana dipilih 3 rumah dari setiap banjar dari 5 banjar yang mencirikan permukimannya sebagai permukiman tradisional. Pengumpulan data primer menggunakan metode pencatatan dokumen dan wawancara, yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, 1) secara umum permukiman tradisional di Desa Batuan masih menggunakan tata ruang permukiman yang berlandaskan agama yaitu Tri Hita Karana. Arsitektur dalam permukiman tradisional di Desa Batuan masih menggunakan unsur tradisional,2) sarana dan prasarana Desa Batuan sebelum dan setelah peningkatan kunjungan wisatawan memberikan kontribusi yang baik yang dimana layak di jadikan Kawasan Wisata Budaya, dan 3) Peningkatan kunjungan wisatawan ke Desa Batuan memperluas lapangan kerja, yang mampu meningkatkan taraf pendapatan masyarakat di Desa Batuan. Kata kunci : Permukiman Tradisional, Kawasan Wisata Budaya ABSTRACT The research was conducted in the village of Batuan in order (1) to describe the condition of traditional settlements in the village of Batuan, 2) to analyze the contribution of traditional settlements of the physical development of the tourist area in the village of Batuan, 3) to analyze the contribution of traditional settlements of the economic conditions in Batuan Village. This research is a descriptive study with a sampling of "purposive sampling" is equal to 15 houses that characterize traditional settlement in the village of Batuan in which selected 3 houses from each row of 5 banjo that characterizes the settlement as a traditional settlement. Primary data collection method of recording documents and interviews, which further quantitatively analyzed descriptively. Based on the results of the study show that, 1) the general traditional settlements in Batuan village still uses spatial settlement based on religion is Tri Hita Karana.

Penelitian Pelestarian Dan Pemanfaatan Sumberdaya Arkeologi

Berkala Arkeologi

Dalam pembangunan yang sedang gencar-gencarnya dilaksanakan di Indonesia dewasa ini sering terjadi konflik-konflik kepentingan antar sektoral. Sektor yang kurang menghasilkan barang maupun jasa, sering terkalahkan dalam konflik tersebut. Dalam kasus semacam ini banyak masalah kelestarian sumberdaya arkeologi terancam. Sebenamya masalah konflik yang dapat mengancam kelestarian sumberdaya arkeologi tersebut tidak akan terjadi apabila koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antar sektoral dilakukan secara optimal dalam penyusunan program. Selain itu dirasakan pula masih kurangnya terbadap pemahaman aspek- aspek hukum yang mengatur masalah kepentingan antar sektoral.

Sumberdaya Arkeologi Menuju Industri Pariwisata di Maluku: Masalah, Peluang, Tantangan dan Solusinya

Kapata Arkeologi, 2007

Wilayah Maluku memiliki konstribusi besar sebagai daerah yang banyak menyimpan sumberdaya warisan budaya (cultural heritage). Namun sejak terpecah menjadi dua provinsi, masing-masing mengejar PAD, yang kemudian terkesan menelantarkan potensi sumber daya budaya tersebut. Besarnya potensi sumberdaya budaya dan arkeologi itu sesungguhnya dapat dikembangkan menjadi obyek industry pariwisata. Namun hal ini perlu dilakukan melalui perencanaan yang matang yang diawali dengan menjaring aspirasi dari bawah (bottom up). Hal ini untuk memperoleh dukungan kolektif public, sebagai salah satu syarat agar industri pariwisata dapat berkembang. Bagaimanapun masyarakat sangat berhak, mengingat sumberdaya arkeologi justru banyak dijumpai diwilayah pemukiman masyarakat setempat. Namun demikian untuk mengembangkan sebuah industry wisata, perlu dilakukan melalui berbagai upaya skala prioritas mengingat Maluku masih dalam proses pemulihan sosial.