KEPADATAN LARVA NYAMUK AEDES sp DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DANGUE (DBD) (original) (raw)

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD

Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam.Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tandatanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan. Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2009). B. Etiologi Virus dengue tergolong dalam family Flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1&2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia II, sedangkan dengue 3 & 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil pada suhu 700C (Djamin, 2013). Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti, di samping pula Aedes albopictus. Vektor ini mepunyai ciri-ciri (Djamin,2013): 1. Badannya kecil, badannya mendatar saat hinggap 2. Warnanya hitam dan belang-belang 3. Menggigit pada siang hari 4. Gemar hidup di tempattempat yang gelap 5. Jarak terbang <100 meter dan senang mengigit manusia 6. Bersarang di bejana-bejana berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampung air, kaleng bekas atau tempat-tempat yang berisi air yang tidak bersentuhan dengan tanah. 7. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk sekitar 10 hari. C. Klasifikasi 1. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif, trombositopenia, dan hemokosentrasi. 2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain 3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. 4. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi, dan tekanan darah tidak dapat diukur. Yang disertai dengan Dengue Shock Sindrom. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2009). D. Manifestasi Klinik Adapun tanda dan gejala dari Demam dengue adalah (Khair, 2013):

HUBUNGAN FAKTOR SUHU DENGAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SAWAHAN SURABAYA

The Indonesian Journal of Public Health, 2018

DHF cases is always occured in East Java each year. In 2014, the number of cases reached 14.534 cases with a mortality rate of 146 people. In 2015 reached 9.609 cases with mortality rate of 108 people. Meanwhile in 2016, it increasing high that 20.129 cases occured with a mortality rate of 283 people. BMKG stated that there are extremes climate change can be a risk the increasing high of DHF cases. The purpose of this study was to analyze the relationship of environmental factors and people's behaviour with DHF cases in Putat Jaya Public Health Center Surabaya. The type of this research was analytic, using case-control study design. The research samples were 112 respondents, which obtained by simple random sampling. The data were collected by using a questionnaire and observation. The statistical test used in this study was chi square. The results showed a correlation between the temperature and DHF cases (p = 0.019); (OR = 0.319). The conclusion of this study is temperature factor correlated with DHF cases. Putat Jaya Health Center need to increase the awareness of the citizens and it also need a cooperation with BMKG to provide the information related to temperature changes. When the mosquito is in their good temperature for breeding, citizen need to be aware, they need to keep the enviroment clean, such us doing 3M Plus ABSTRAK Kasus DBD selalu terjadi di wilayah Jawa Timur setiap tahun. Pada tahun 2014 jumlah kasus mencapai 14.534 kasus dengan angka kematian sebesar 146 jiwa. Pada tahun 2015 mencapai 9.609 kasus dengan angka kematian sebesar 108 jiwa. Pada tahun 2016 terjadi kenaikan yang cukup tinggi yaitu 20.129 kasus dengan angka kematian sebesar 283 jiwa. BMKG menyatakan bahwa adanya perubahan ikilm yang ekstrem berisiko terjadi peningkatan kasus DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan faktor lingkungan dan perilaku masyarakat dengan kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Putat Jaya Surabaya. Jenis penelitian adalah analitik dengan menggunakan desain penelitian case control. Sampel penelitian sebanyak 112 responden, diambil secara acak menggunakan simple random sampling. Cara pengumpulan data dengan kuesioner dan pengamatan. Uji statistik yang digunakan adalah uji α. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara suhu dengan kasus DBD (p=0.019); (OR= 0,319). Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor suhu berhubungan dengan kasus DBD. Bagi Puskesmas Putat Jaya perlu dilakukan peningkatan kesadaran terhadap warga dan perlu adanya kerja sama dengan BMKG untuk memberikan informasi terkait perubahan suhu. Pada saat nyamuk berada pada suhu yang baik untuk berkembang biak, masyarakat harus menjaga lingkungan agar tetap bersih, seperti melakukan 3M Plus. Kata kunci: DBD, suhu, 3M Plus PENDAHULUAN Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi suatu permasalahan. Penyakit DBD adalah sebuah penyakit yang ditularkan melalui seseorang kepada orang dengan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus yang disebabkan virus dengue. Virus dengue ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk Aedes dari sub genus Stegomyia (Gama, et al., 2010). Kasus DBD selalu terjadi di wilayah Provinsi Jawa Timur setiap tahun. Pada tahun 2014, kasus DBD di Provinsi

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KELURAHAN PERUMNAS WAY HALIM KOTA BANDAR LAMPUNG

Region Way Halim National Housing, The City of Bandar Lampung in 2009 dengue cases Bandar Lampung 88 per 100,000 population by CFR = 1.01%. In the year 2010, reaching 84.6 cases per 100,000 population by CFR = 2%. But in 2011 reached 47.4 cases per 100,000 population by CFR = 1.69%. This study aimed to determine the relationship of environmental and behavioral factors with the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever in the Housing of Way Halim Bandar Lampung Village. The study was observational analytic by using surveys and interviews with the approach of case control study. The samples in this study were 38 cases and 38 controls. The method of data analysis using univariate and bivariate analysis with the Chi-Square test at 95% confidence level. The results of the bivariate analysis showed that the variables associated with the incidence of dengue in the Region Urban Housing Way Halim Bandar Lampung is the presence of Aedes aegypti larvae Practice (p = 0.050 OR = 5.586), Practice drain TPA (p = 0.000 OR = 16.346), habit of hanging clothes (p = 0.001, OR = 6.600), installation of wire gauze on fentilasi (p = 0.038 OR = 4.753), use of insect repellent (p = 0.000 OR = 0.147). Advice for Health Agency of Bandar Lampung to intensify education on how to prevent dengue through mosquito nest JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm eradication program (PSN) and for communities to be more actively involved in conducting independent mosquito nest eradication program.

KEBIJAKAN PEMBERANTASAN WABAH PENYAKIT MENULAR: KASUS KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE (KLB DBD

Pendahuluan Dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 disebutkan bahwa pembangunan sumber daya manusia diarahkan untuk terwujudnya manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif dan masyarakat yang semakin sejahtera (Bappenas 2005). Melalui Program Indonesia Sehat 2010, gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai adalah masyarakat yang antara lain hidup dalam lingkungan yang sehat dan mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (Depkes 2003). Lingkungan yang sehat termasuk di dalamnya bebas dari wabah penyakit menular. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJM) 2004-2009, salah satu program di bidang kesehatan adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit, termasuk wabah penyakit menular (Bappenas 2004c). Penanganan secara cepat terhadap wabah penyakit juga merupakan bagian dari peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang menjadi satu dari tiga prioritas program 100 hari pertama Kabinet Indonesia Bersatu 2004-2009 di bidang kesehatan (Bappenas 2004a; Depkes 2005a). Penyakit menular yang menjadi prioritas pembangunan nasional jangka panjang 2005-2025 adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS, penumonia, dan penyakit lain yang dapat dicegah dengan imunisasi (Bappenas 2005). Walaupun penyakit menular yang menjadi prioritas target pencegahan dan KEBIJAKAN PEMBERANTASAN WABAH PENYAKIT MENULAR: KASUS KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE (KLB DBD) Kebijakan Masalah Rekomendasi Pemberantasan Wabah Penyakit Menular KLB Demam Berdarah

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Diagnosis

Diagnosis Keperawatan yang mungkin timbul :  Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER)

DEBBY FIKRIMAN , 2018

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegygti betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (Hidayat, 2006: 123). Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk terkena infeksi virus Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropics pernah mengalami letusan DBD. Kurang lebih 500.000 kasus setiap tahun dirawat di rumah sakit dan riuan orang meninggal. Pada tahun 1953, Quaintos dkk melaporkan kasus DBD di Filifina, kemudian disusul negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Kasus DB pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1986 (di Jakarta dan Surabaya). Pada tahun-tahun selanjutnya DB cenderung meningkat. (Mekadiana, 2007). Kasus DB di Indonesia sampai dengan tahun 2007, telah mencapai 19.031 kasus, diantaranya 336 penderitanya meninggal dunia.

MINI SKRIPSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)_EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

kesehatan masyarakat, 2022

Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk jenis penyakit arbovirus yang ditularkan oleh dua jenis vektor nyamuk yaitu Aedes aegypti dan Aedes Albopictus dan merupakan masalah utama penyakit di dunia, terutama di negara tropis. Perubahan iklim memengaruhi kejadian utama dalam rantai penularan. Pertama peningkatan patogenesitas vektor dan kedua memengaruhi host menjadi rentan. Faktor pertama, perubahan iklim memengaruhi perilaku dan evaporasi vektor, dan laju perkembangan patogen dalam vektor sehingga masa inkubasi ekstrinsik menjadi lebih singkat. Suhu yang meningkat membuat vektor berukuran lebih kecil sehingga pergerakannya lebih agresif. Faktor kedua, perubahan iklim membuat host harus beradaptasi dengan cepat sehingga meyebabkan turunnya daya imunitas terutama pada golongan bayi dan anak-anak. Pada suhu lingkungan semakin panas tubuh host akan sulit mempertahankan suhu tubuhnya sehingga agen dapat beradaptasi mendekati suhu host. Imunitas host yang terpapar panas tidak kompetitif dalam menghadapi agent. Salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga mengakibatkan kepanikan di masyarakat karena berisiko meyebabkan kematian serta penyebarannya sangat masif dan cepat. Demam Berdarah Dengue masih menjadi permasalahan kesehatan baik di wilayah perkotaan maupun wilayah semi-perkotaan. Perilaku vektor dan hubungannya dengan lingkungan, seperti iklim, pengendalian vektor, urbanisasi, dan lain sebagainya mempengaruhi terjadinya wabah demam berdarah di daerah perkotaan. Iklim Indonesia yang tropis juga merupakan faktor potensial yang menjadikan DBD sebagai kasus endemik maupun epidemik. Penyakit DBD ini perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak disebabkan jumlah kasus yang cenderung meningkat setiap tahunnya.