DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN SERTA STRATEGI KEBIJAKAN PENANGGULANGAN DI PROVINSI LAMPUNG (original) (raw)
Related papers
Jurnal Gizi dan Pangan, 2008
The limitation in both human and natural resources lead the Local Government of West Lampung to make a priority in budget allocation. The study was aimed to: 1) identify the policy, programs, and activities related to food security at each government institution, 2) evaluate the performance among related institution in food security program and activities implementation, and 3) to develop recommendation for food security program and activities improvement. Secondary data were used to address the mentioned objectives. Role of each institution in food security improvement have been defined including the budget allocation. Content analysis from the regional strategic plan shows that there were programs and activities for each sector directed to improve food and nutrition security. However parts of the written plan haven't been implemented yet. Performance analysis from those which have been implemented indicates that most of the program and activities were achieving the target. Rice production exceeded the target, infrastructure improved, and food prices stable. Intake of animal food and tubers are lower than nutrition norms of desirable dietary pattern (PPH). The prevalence of undernutrition was considered low.
PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI KEGIATAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN LESTARI
Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menuntut pemenuhan penyediaan makanan dan perluasan daerah pemukiman. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan konversi lahan. Seiring dengan pertambahan penduduk dan alih fungsi lahan pertanian yang tidak akan pernah bisa dihentikan, maka berbagai upaya dilakukan untuk tetap mengusahakan tercapainya ketersediaan pangan. Upaya yang dimaksud yaitu dengan memberikan pendampingan dalam memanfaatkan lahan pekarangan masyarakat tani. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat tani dapat memanfaatkan pekarangannya untuk bercocok tanam, guna memenuhi kebutuhan konsumsi sayur bagi keluarganya. Metode yang digunakan kegiatan ini adalah melakukan penyuluhan sekaligus pendampingan secara rutin dan berkala setiap bulan selama tiga bulan. Dari hasil pengabdian kepada masyarakat tersebut, diketahui bahwa masyarakat benar-benar memanfaatkan lahan pekarangan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi sayuran pada lahan pekarangan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumsi, melainkan sebagian dapat dijual ke pasar. Dari 30 rumah tangga yang melaksanakan kegiatan tersebut, semuanya berhasil memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran seperti sawi, bayam, tomat dan cabe.
STRATEGI PENGUATAN KELEMBAGAAN LUMBUNG PANGAN DESA DALAM MENUNJANG PEMENUHAN KETAHANAN PANGAN
Food is a basic need that demand continues to increase along with population growth and increased quality of life. The concept of food security is generally composed of two main elements, namely the supply (adequacy) and accessibility (accessibility) of food, in which includes aspects of production stability, pricing policies, distribution, and consumption. Fulfillment of the rural food security can not be separated from the institutional village barns that can accommodate the crop before it is sold to the market at reasonable prices in accordance with the expectations of farmers.
STRATEGI PENGUATAN LUMBUNG PANGAN DESA DALAM MENUNJANG PEMENUHAN KETAHANAN PANGAN
Food is a basic need that demand continues to increase along with population growth and increased quality of life. The concept of food security is generally composed of two main elements, namely the supply (adequacy) and accessibility (accessibility) of food, in which includes aspects of production stability, pricing policies, distribution, and consumption. Fulfillment of the rural food security can not be separated from the institutional village barns that can accommodate the crop before it is sold to the market at reasonable prices in accordance with the expectations of farmers.
STRATEGI ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN CUACA
Prosiding Seminar Nasional UIR 2017 " Mitigasi dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Diindonesia", 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi adaptasi petani tanaman pangan karena perubahan cuaca, cara mengatasi dampak perubahan cuaca terhadap sektor pertanian, upaya strategis penanganan dampak perubahan cuaca bagi para petani dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang tidak menentu terhadap produksi tanaman pangan. Wilayah penelitian berlokasi di bukit tinggi Sumatra Barat. Kemudian metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan beberapa adaptasi strategi oleh petani tanaman pangan di bukit tinggi Sumatra Barat telah dilakukan oleh sekelompok petani tanaman pangan. Kenaikan pendapatan petani tanaman pangan diperlukan untuk memperbesar tingkat kesediaan membayar dalam menurunkan kerugian akibat perubahan cuaca. Variabel-variabel pendidikan, usia, dan persepsi risiko tidak mempengaruhi keputusan melakukan strategi adaptasi di wilayah penelitian. Perubahan cuaca merupakan suatu keniscayaan yang telah terjadi di beberapa tempat. Fenomena alam ini berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan dan aktivitas manusia. Walaupun turut berkontribusi sebagai penyebab perubahan cuaca, sektor pertanian merupakan korban dan paling rentan (vulnerable) terhadap perubahan cuaca itu sendiri. Kementerian Pertanian menyikapi kejadian perubahan iklim dengan menyusun strategi yang meliputi tiga aspek, yaitu: antisipasi, mitigasi, dan adaptasi pertanian. Upaya tersebut akan lebih bermanfaat apabila laju perubahan cuaca tidak melebihi kemampuan beradaptasi. Oleh karena itu, upaya antisipasi dan adaptasi perlu diimbangi dengan mitigasi, yaitu upaya mengurangi sumber maupun peningkatan rosot (penyerap) gas rumah kaca. Pedoman Umum Adaptasi Perubahan cuaca ini diharapkan menjadi acuanbagi pihak terkait, terutama UP/UKT lingkup Badan Litbang Pertanian, dalam menyusun program dan petunjuk operasional upaya adaptasi perubahan cuaca di sektor pertanian.
Ketahanan pangan akan tetap menjadi permasalahan pokok di sebagian besar negara di dunia seiring dengan semakin besar jumlah penduduk, peningkatan daya bell dan dinamika iklim global. Upaya membangun ketahanan pangan keluarga, salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia, diantaranya melalui pemanfaatan lahan pekarangan.Tulisan ini bertujuan untuk mengulas potensi, kebijakan dan program, serta kendala pemanfaatan lahan pekarangan untuk mendukung ketahanan pangan, terutama di tingkat rumah tangga. Lahan pekarangan memiliki potensi dalam penyediaan bahan pangan keluarga, mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan dan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Sejumlah kendala terkait masalah sosial, budaya, dan ekonomi masih dijumpai dalam program pemanfaatan lahan pekarangan, diantaranya belum membudayanya budidaya pekarangan secara intensif, masih bersifat sambilan dan belum berorientasi pasar, kurang tersedianya teknologi budidaya spesifik pekarangan, serta proses pendampingan dari petugas yang belum memadai. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang dan dukungan lintas sektoral dalam pemanfaatan lahan pekarangan sehingga mampu lebih optimal dalam mendukung ketahanan pangan.
1. Penyakit tanaman, yang berbeda dengan hama tanaman, sangat berpengaruh terhadap penurunan kuantitas maupun kualitas produksi tanaman serta lingkungan dan konsumen, sehingga berperan penting di dalam mendukung ketahanan pangan. 2. Ketahanan pangan yang berkelanjutan dapat ditopang dengan penggunaan agensia hayati sesuai kondisi setempat untuk mengendalikan penyakit tanaman dan mengurangi dampak negatif penggunaan fungisida sintetis. 3. Ada peluang yang besar untuk lebih menerapkan agensia hayati dalam mengendalikan penyakit tanaman dibandingkan dengan tantangan yang ada. 4. Perlu dibentuknya Bank Agensia Hayati atau Pusat Penyimpanan Agensia Hayati Nasional untuk menyimpan, mengelola, dan melestarikan plasma nutfah agensia hayati yang berpotensi serta membangun jejaring agensia hayati. 5. Istilah agensia perlu digunakan untuk menggantikan istilah agens yang berkonotasi jamak.
Jurnal Ketahanan Nasional, 2016
Tulisan ini menjelaskan tentang perencanaan kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, kendala yang dihadapi serta strategi pemecahannya guna mewujudkan ketahanan pangan wilayah di Kabupaten Bantul. Dengan menggunakan data kualitatif, ditemukan bahwa Pemerintah Kabupaten Bantul belum serius dalam mempersiapkan regulasi kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Sejauh ini telah dilakukan beberapa studi sebagai dasar penyusunan regulasi. Kendala utama terletak pada kebijakan penataan ruang yang telah disusun sebelumnya, pelanggaran hukum regulasi penataan ruang wilayah, alokasi anggaran perencanaan regulasi, kelompok kepentingan, kesediaan petani dan ketersediaan lahan pertanian. Untuk memperkokoh ketahanan pangan wilayah, Pemerintah Kabupaten Bantul melakukan peninjauan kembali terhadap kebijakan penataan ruang, penegakkan hukum regulasi penataan ruang, pengalokasian anggaran, penetapan regulasi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, p...