Eksistensi Kesenian Rinding Gumbeng di Era Globalisasi (original) (raw)
Related papers
Eksistensi Budaya ‘Srawung’ di Tengah Globalisasi
2020
Srawung is a form of socializing style in Javanese culture that promotes togetherness and tolerance. Similar cultures also exist in several regions in Indonesia with different names. This culture of socializing which is full of cultural values continues to prevail even though the influence of globalization is getting bigger. The research objective was to describe the existence of the srawung culture in Indonesian society. The theory used is the Social Exchange Theory with qualitative methods of literature study. The research result states that the culture of srawung still exists and is strong in the midst of the swift currents of globalization. This gereditary habit is not only found in rural areas, but also in urban areas.
Tradisi Menenun Pengrajin Bugis Pagatan di Era Globalisasi
2021
This paper has a purpose to explain the weaving tradition of Bugis Pagatan community which still carried out tomaintain their identity. The focus of this study is Pagatan Weaving craftswomen in Tanah Bumbu Regency as part ofBugis Pagatan community and known for their unique cultural traditions in South Kalimantan.It is interesting toexplore the influence of global culture to the weaving tradition values and strategies carried out by the craftswomenso their products can be accepted by the wide length of society.The external role of local government is alsoexplained in strengthening the Bugis Pagatan cultural identity in Tanah Bumbu Regency. This research usedthe descriptive qualitative method which data were collected by observation, in-depth interview, and documentation.The informants are Pagatan Weaving craftswomen in Pagatan, South Borneo. The results show that 1) Pagatanweaving is a result of negotiating by Pagatan’s culture and tradition also global culture. Negotiate strategy w...
Transformasi Musik Arumba: Wujud Hibriditas Yang Meng-global
Panggung, 2018
This study is focused on the transformation of Arumba music, which was emerged following its popularity among Bandung society. This transformation is a response to social and cultural changes among its audiences. Since its appearance, Arumba is used mostly as entertainment and tourist attractions, and then in its current development, it gets an important place as subject materials to be taught in higher education. This research employed a descriptive method and qualitative approach. By using Jorgensen theory on musical transformation, the result shows that the cultural space and personal interpretation have infl uenced the transformation of Arumba into an interesting musical form. It can be concluded that the Arumba music transformation is an a" empt for seeking the authenticity of the music. Moreover, this situation gives a signifi cant infl uence, especially in determining the position, image, and the role of Arumba music in the repertoire of popular music in West Java.
WIDYANATYA
ABSTRAK Salah satu penyebab keberadaan kesenian Genggong menjadi tidak populer dalam kehidupan masyarakat masa Global adalah peran pendidikan yang diduga tidak berpihak pada seni Genggong seperti di Desa Batuan. Seni pertunjukan Genggong Batuan di era tahun 1973 sempat menjadi karya seni pertunjukan yang mengundang perhatian khususnya pada pertunjukan seni hiburan. Kekhasan dan keunikan bentuk karya ternyata tidak cukup mampu mempertahankan populeritasnya di panggung hiburan. Kajian tulisan ini berangkat dari metode kualitatif yang dirancang guna memperoleh jawaban secara lebih mendalam. Analisis data dilakukan dengan memperhatikan keabsahan data langsung di lapangan selain dokumentasi tersimpan. Teori yang dipakai membedah persoalan kuasa adalah diambil dari teori kuasa yang menekankan pada ranah kuasa dan juga habitus yang terjadi di masyarakat. Hasil akhir kajian ini adalah temuan yang berhubungan dengan proses pendidikan seni tradisional Gengg...
Eksistensi Kesenian Rebana Gending Desa Langko Dalam Masa Pandemik Covid-19 Di Lombok
Mudra Jurnal Seni Budaya
Tulisan bertujuan untuk mengungkap eksistensi kesenian Rebana Gending yang merupakan salah satu bentuk musik tradisional Sasak, Lombok. Merebaknya pandemic Corona Virus Disease (Covid) 19 pada tahun 2019 dan mengalami perkembangan di Indonesia pada awal tahun 2020, sangat berdampak dalam berbagai aspek kehidupan termasuk salah satunya di bidang budaya. Kesenian sebagai salah satu aspek kebudayaan mengalami stagnasi dimana banyak aktivitas berkesenian dibekukan sehingga berdampak secara negatif terhadap eksistensi berbagai bentuk kesenian yang terdapat di masyarakat. Fenomena ini juga terjadi pada eksistensi kesenian Rebana Gending yang terdapat di Desa Langko, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Rabana Gending merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Sasak. Kesenian ini memiliki berbagai keunikan dalam bentuk, fungsi dan musikalitas sehingga berbeda dengan kesenian rebana yang secara umum berkembang di...
EKSISTENSI TRADISI NYADRAN DI GUNUNG BALAK DALAM ARUS GLOBALISASI
Evi Kusnianti, 2020
Tradisi nyadran di Gunung Balak merupakan tradisi yang masih rutin dilakukan oleh masyarakat sekitar Gunung Balak. Hal yang melatarbelakangi dilakukan penelitian ini adalah pada era globalisasi sekarang ini tradisi nyadran di Gunung Balak masih rutin diselenggarakan meskipun nyadran di daerah lain di Kabupaten Magelang sudah semakin meredup. Selain itu, ritual-ritual yang menyertai proses nyadran di Gunung Balak juga masih dilakukan sejak jaman pendahulu mereka shingga sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi tradisi nyadran di Gunung Balak dalam arus globalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi nyadran di Gunung Balak masih tetap eksis dalam masyarakat. Ritual dengan cara Islam dan Kejawen masih ada dalam upacara nyadran di Gunung Balak. Kedua ritual tersebut menjadi ciri khas yang membedakan nyadran di Gunung Balak dengan nyadran di daerah lain di Kabupaten Magelang. Adanya proses globalisasi memberikan pengaruh bagi tradisi nyadran di Gunung Balak. Pengaruh tersebut ialah 1) adanya globalisasi informasi menjadikan semakin banyak warga yang mengikuti upacara nyadran di Gunung Balak setiap tahunnya, 2) terdapat perubahan dan perbedaan pola pikir masyarakat dalam memandang tradisi nyadran di Gunung Balak, 3) dari segi ritual, adanya proses globalisasi ternyata tidak mengubah ritual-ritual yang menyertai tradisi nyadran di Gunung Balak. Upaya yang dilakukan untuk melestarikan tradisi nyadran di Gunung Balak ialah 1) melibatkan perangkat desa, 2) sosialisasi kepada masyarakat dan 3) melibatkan kaum muda. Kata kunci: Eksistensi, Nyadran di Gunung Balak, Globalisasi.
Transformasi Geguritan Rajapala DI Era Globalisasi
PANGKAJA: JURNAL AGAMA HINDU
Geguritan Rajapala can be seen in paintings, murals, name of streets, reliefs, name of places, name of a business, short films, Balinese Pop songs, dances, etc. The various transformations present us with half of the story, or in other words, the plot of Rajapala presented incompletely. Thus, it is really important to rise the Transformation of Geguritan Rajapala in the Globalization Era as the topic of research. The present research concerns three main problems, such as, (1) the narrative structure of Geguritan Rajapala; (2) the transformation form of Geguritan Rajapala in the globalization era; and (3) the values in Geguritan Rajapala. The theories used in this research were structural, semiotics, esthetics, and values theory. The present research is qualitative. The data collection was carried out by interview, library research, and document study. The results of the present research are, (1) the narrative structure of Geguritan Rajapala; (2) the transformation forms of Geguritan...
Eksistensi Kesenian Gambang Semarang Dalam Budaya Semarangan
2016
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan musik Gambang Semarang di Kota Semarang dan untuk mendapatkan data tentang eksistensi dan perkembangan musik Gambang Semarang. Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang, tepatnya di kelompok "Pahat Etnik" yang ada di Balemong Resort Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan data-data yang didapat dan dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kelompok "Pahat Etnik", Gambang Semarang masih bertahan dan masih dapat disukai oleh masyarakat umum. Gambang Semarang terus bertahan dan tumbuh dalam perihal alat musik, komposisi, pemain dan fungsi dari Gambang Semarang itu sendiri.
. Globalisasi dan Lunturnya Budaya Gotong Royong Masyarakat DKI Jakarta
Jurnal Kewarganegaraan, 2022
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara memiliki cita-cita luhur yang diwujudkan dengan budaya gotong royong. Arus Globalisasi telah merasuk ke seluruh sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dampaknya sangat besar dan tidak dapat terhindarkan. Kebiasaan bergotong royong yang mampu membangun semangat kekeluargaan masyarakat Jakarta yang dulu pernah ada sekarang berganti dengan rasa individualisme. Lunturnya rasa kebersamaan dan kekeluargaan di lingkungan masyarakat dapat memicu mudahnya terjadi perpecahan dan hilangnya persatuan dan kesatuan diantara masyarakat DI Jakarta, oleh karenanya budaya Gotong Royong yang menjadi ciri bangsa Indonesia perlu ditumbuhkan kembali. Perpecahan di masyarakat dan berbagai potensi konflik akan mengancam Ketahanan Nasional hal ini yang menjadikan pentingnya Budaya Gotong royong dalam menangkal arus Globalisasi yang berdampak negative di Masyarakat. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan peneliti sebagai instrumen utama penelitian dan desain pendekatan yang digunakan adalah deskriptif-eksplanatif. Temuan dalam penelitian ini didapatkan bahwa di Era globalisasi pada saat ini sangat berpengaruh besar terhadap budaya gotong royong mulai menghilang, luntur bersama perkembangan jaman. Hadirnya pengaruh globalisasi yang membawa pada lunturnya budaya Gotong royong pada Masyarakat DKI Jakarta, mengharuskan kita berupaya untuk membangun kembali budaya gotong-royong. Karena pada kenyataannya Budaya gotong royong adalah cerminan perilaku yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Dengan mempertahankan budaya gotong royong berarti mempertahankan persatuan, solidaritas serta kebersamaan sebagai identitas bangsa Indonesia.