Babad Pajang: membuka Tabir Jejak Sejarah yang Terabaikan (original) (raw)

Catatan Sejarah dalam Babad Sepehi

Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara

Babad Sepehi (disingkat BS) merupakan historiografi tradisional Jawa—biasa disebut babad--yang didalamnya banyak mengandung peristiwa di masa pemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, 1811-1816. BS menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawa atau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoy dengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalam penyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. Orang Jawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa “Geger Sepehi”. Naskah-naskah BS kemungkinan disalin dalam kurun waktu antara tahun 1813 sampai dengan awal tahun 1900an. Teks ini dibingkai oleh ragam karya sastra Jawa macapat. Tulisan ini menjelaskan aspek kesejarahan BS yang terdapat dalam naskah PW 141/NR 36, koleksi Perpustakaan Universitas Indonesia dengan menggunakan metode sejarah. Aspek kesejarahan dalam peristiwa BS memperlihatkan bahwa teks ini banyak mengadung data sejarah atau lebih bersifat sejarah. BS dalam naskah PW 141/NR 36 merupakan model autobiogr...

Rekonstruksi Sejarah Perlawanan Sultan Matangaji melalui Naskah Babad

Tamaddun, 2020

There are many historical events in Cirebon that have not been revealed yet and it triggers some speculation. One of those events was about Cirebon history reigned by Sultan Sepuh V, named Sultan Matangaji. By using philology approach, this research contains the history reconstruction of Sultan Matangaji through Babad Manuscript or traditional historiography. Sultan Matangaji is the key character to go deeper into "Dark History" of Cirebon in the beginning of 19th century. In his fighting to against VOC, he pointed two warlords, Raden Welang and Raden Kertawijaya, to Batavia. This action is a turning point for Cirebon history in the next period. Based on colonial archive, it was noted that some positions were no longer under the authority of Sultan Cirebon, instead of a resident. Furthermore, Babad Manuscript also mentioned that Cirebon's authority was limited to 1000 pasagi.

Buku TUMANG Melacak Jejak Peradapan Masa Lalu

Penerbit Sanggar Budi Rahayu , 2019

Buku sejarah Dusun Tumang ini mengisahkan sebuah perjalanan seoarang Bangsawan yang diasingkan dari istana. Kemusian Beliau tinggal dikampung kecil di lerang timur gunung Merapi-Merbabu. Beliau kemudian menjadikan desa tersebut menjadi ramai karena selain mendirikan jineman/pondok pesantren juga menjadikan desa ini sebagai sentra seni kriya logam yang produknya dipasarkan ke berbagai penjuru dunia.

Memperebutkan Wahyu Majapahit Dan Demak: Membaca Ulang Jejak Kesultanan Pajang Dalam Historiografi Indonesia

2017

Pajang sebagai sebuah kerajaan dan masyarakatnya yang pernah ada dalam sejarah Indonesia pasca-kegemilangan Kemaharajaan Mapajahit dan Kesultanan Demak, tidak mendapat tempatyang memadai dalam historiografi Indonesia selama ini. Padahal nama Jaka Tingkir yang diyakini sama dengan Sultan (I I)Adiwijaya yang merupakan sultan pertama Pajang, dikenal luas oleh masyarakat, terutama di Jawa. Tulisan ini membahas tentang peminggiran dan marginalisasi Kesultanan Pajang dari naratif besar sejarah Indonesia, berdasarkan asumsi adanya mata rantai yang putus antara memori sosial sebagai sistem budaya masyarakat dengan tradisi historiografi Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk melihat relasi historis fungsional antara kenyataan sejarah sebagai peristiwa masa lalu dan pembentukan memori dengan historiografi sebagai'sebuah naratif bangsa yang merupakan wujud dari kontestasi atas sejarah itusendiri.

Babad Panjalu: Upaya Melestarikan Budaya dan Sejarah Kerajaan Panjalu

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada keluarga besar bapak R. Muhamad Tisna, terutama Nyi R. Wise Dewi Murni yang telah memberi kepercayaan dan "tantangan" untuk melanjutkan seri penulisan buku Babad Panjalu yang belum sempat dituntaskan oleh penulis sebelumnya, almarhum R. Duke Argadipraja.

Pala dan Cengkeh Di antara Jejak Sejarah, Batik dan Identitas

Humanitas (Jurnal Psikologi)

Pala dan Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, tumbuh di kepulauan Banda dan Maluku (Siswanti 2022). Keduanya adalah komoditas rempah bernilai fantastis abad 15 di perdagangan dunia, satu kilogram pala atau cengkeh setara satu kilogram emas murni menjadi primadona yang sangat diincar bangsa-bangsa. Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris berlomba melakukan strategi pelayaran berbulan-bulan hingga tahunan untuk menemukan sumber rempah, memonopoli perdagangan dan merenggut keuntungan besar. Pala dan cengkeh telah menjadi identitas Maluku, ironisnya identitas inilah justru yang mengantar bangsa Eropa melakukan penjajahan. Pala dan cengkeh saat itu menjadi primadonna karena kedigdayaannya yang ampuh dalam pengadaan makanan, kosmetika dan kesehatan. Jejak sejarah ini ditorehkan dalam motif batik untuk melanggengkan identitas Maluku. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksplanatif terhadap fenomena rempah Nusantara yang terjadi di masa lampau dan upaya masyarakat mempertahan...

MEREKONSTRUKSI SEJARAH ISLAM PAHANG : SATU PENGENALAN

Sejarah adalah bersifat dinamik dan perlu sentiasa direview oleh sarjana terkemudian. Ianya perlu melalui proses on going process sehingga semua perkara terpenting yang berkaitan dengan fakta sejarah diambilkira sepenuhnya. 1 Kepentingan konsep sejarah amat penting sekali memandangkan sebahagian besar daripada kandungan al-Quran mempunyai paparan sejarah, yang perlu diambil iktibar oleh seluruh umat manusia. Atas dasar itu, pihak Muzuim Pahang telah menaja suatu projek ilmiah bermatlamatkan merekonstruksi sejarah Islam Pahang yang dipinggirkan sebelumnya.

Meneropong Strategi Kebudayaan Melalui Kesadaran Historis “Pantang Melupakan Leluhur” Islam Wetu Telu

Jurnal Filsafat, 2016

sekaligus falsafah hidup yang membuat mereka bertahan hingga saat ini. Penelitian ini mengungkap strategi kebudayaan di balik bertahannya ajaran leluhur dan menganalisis kesadaran historis "Pantang Melupakan Leluhur" pada masyarakat Islam Wetu Telu dengan menggunakan pendekatan hermeneutis-filosofis. Strategi kebudayaan "Pantang Melupakan Leluhur" merujuk pada kesadaran historis masyarakat Islam Wetu Telu, yang berdasar atas rasa takut dan rasa tanggung jawab terhadap apa yang telah dicapai dan diwariskan oleh leluhur di masa lampau. Sintesis pandangan spiral dan takdir Tuhan memperlihatkan bahwa "Pantang Melupakan Leluhur" pada masyarakat Islam Wetu Telu merupakan konsep ideal yang sesuai dengan gerak sejarah bangsa Indonesia yang termaktub di dalam Pancasila sebagai identitas bangsa.