PENGARUH MENONTON TAYANGAN KEKERASAN PADA TINGKAT IMITASI PERILAKU REMAJA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (original) (raw)
Related papers
oleh: Dwi Apriyogo 091224253001 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014 PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN REMAJA UNTUK MENCAPAI PILIHAN KARIR YANG TEPAT Oleh Dwi Apriyogo/09122423001 PENDAHULUAN Penulis menemui fenomena bahwa placement pada pengelolaan sumber daya manusia sekarang ini sering kali terjadi inkonsistensi antara fungsi kerja dan jurusan selam menjalani kuliah atau gelar dari perguruan tinggi. Salah satu contohnya misalkan seorang lulusan teknik mesin yang bekerja di bidang public relations. Fenomena lain yang menunjukkan hal serupa adalah rekrutmen dengan metode management trainee (MT). MT dikenal sebagai program pengembangan sumber daya manusia untuk menempati posisi manajer sebuah perusahaan dengan menjalani pendidikan yang singkat dan cepat untuk mengetahui seluk beluk perusahaan sebelum menjabat sebagai manajer 1 . Salah satu prasyarat dalam rekrutmen MT adalah semua jurusan boleh melamar dengan minimal pendidikan adalah sarjana. Lulusan sarjana menilai MT sebagai jalan pintas untuk mendapatkan pekerjaan layak. Sehingga Program MT di banyak perusahaan banyak diminati oleh fresh graduate. Keberagaman (diversity) sumber daya manusia memang harus dipertahankan dalam sebuah organisasi. Tetapi, jika terjadi inkonsistensi dalam pengembangan sumber daya manusia. Maka fungsi pendidikan formal dan pendidikan tinggi diragunkan efektivitas dan efisiensinya dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten. Fenomena lain yang ditemui oleh penulis adalah pengangguran intelektual yang beredar di Indonesia. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi bahwa terdapat 610 ribu pengangguran intelektual diantara 7.17 juta pengangguran di Indonesia pada tahun 2013 2 . Hal tersebut seharusnya menjadi perhatian dan peringatan bahwa terjadi darurat sumber daya manusia di Indonesia. Pada tahun 2015, ketika ASEAN Economic Community berlaku, mungkin saja kondisi menjadi semakin parah karena tenaga professional dari luar negeri bisa datang untuk 1 Anonim. 2010. Management Trainee. Terdapat dalam http://www.psikologizone.com/managementtrainee/06511928, diakses pada [19 Januari 2014]. 2 Reza Gunadha. 2013. Muhaimin Iskandar: 600 Ribu Sarjana di Indonesia menjadi Pengangguran. Terdapat dalam http://www.tribunnews.com/nasional/2013/11/03/muhaimin-iskandar-600-ribu-sarjana-di-indonesia-jadipengangguran, diakses pada [19 Januari 2014]. John Holland merumuskan suatu teori yang menyatakan bahwa lingkungan yang sesuai dengan kepribadian individu akan menciptakan kinerja yang tinggi dalam bekerja. John Holland menyatakan bahwa individu yang mempunyai informasi lebih mengenai lingkungan pekerjaan memilih pilihan pekerjaan yang sesuai dengan dirinya daripada individu yang kurang mengetahui informasi tersebut 6 . Berikut adalah asumsi-asumsi yang ada dalam Teori Holland: Dalam kebudayaan kita, kebanyakan individu dikategorikan dalam satu satu dari enam kategori yaitu Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising, Konvensional. Terdapat enam model lingkungan pekerjaan yaitu Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising, Konvensional. Individu mencari lingkungan yang akan membiarkan individu tersebut untuk menunjukkan keahlian dan kemampuan, mengekspresikan perilaku dan nilai, dan mengambil keputusan dan peran. lingkungan realistis mempunyai beberapa pilihan pekerjaan yang antara lain adalah mekanik kendaraan bermotor, mekanik listrik, pemadam kebakaran dan lain-lain. Misalkan remaja tersebut ingin bekerja di bagian pemeliharaan kendaraan bermotor atau industri yang dikarenakan oleh minat yang lebih terhadap pekerjaan tersebut dibanding pekerjaan lain dalam kategori lingkungan realistis. Maka orang tua dan institusi pendidikan mengarahkan remaja tersebut untuk memilih jurusan teknik mesin di perguruan tinggi. Hal tersebut juga berlaku bagi kategori kepribadian dan kategori lingkungan kerja lain. Pada suatu kasus ditemui bahwa pilihan lingkungan pekerjaan remaja dengan kepribadian realistis adalah lingkungan konvensional. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena terdapat konsistensi atau persamaan antara lingkungan realistis dengan lingkungan konvensional seperti yang tergambarkan pada diagram hexagonal dari John Holland. Orang tua dan institusi pendidikan kemudian bisa mengarahkan remaja tersebut untuk memilih jurusan yang kompetensi yang dihasilkan sesuasi dengan kompetensi yang diharapkan dari pekerjaan yang telah dipilih dalam lingkungan pekerjaan konvensional.
KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PERILAKU MENYIMPANG HUBUNGANNYA DENGAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL KELUARGA
Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja. Untuk mengetahui tentang latar belakang kenakalan remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual, individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negative antara kenakalan remaja dengan keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang.
PERANAN KELUARGA TERHADAP KENAKALAN REMAJA
Masa remaja merupakan suatu tingkah laku atau perilaku yang penuh dengan perubahan serta sensitif akan munculnya masalah-masalah remaja yang menimbulkan dampak buruk terutama kenakalan remaja. Perlu adanya perhatian khusus serta pemahaman yang baik dan penanganan yang tepat merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa transisi remaja merupakan masa yang paling menentukan atau bisa dikatakan masa yang labil. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua agar perkembangan remaja itu dapat terarah dengan semestinya, untuk mengurangi sikap dan perilaku perlu diciptakan kondisi lingkungan terdekat dan sestabil, khususnya lingkungan keluarga. Keadaan keluarga yang ditandai dengan hubungan orang tua yang harmonis akan lebih menjamin remaja bisa melewati masa transisinya dengan mulus dan tidak merasa terganggu. Adapun beberapa peran yang dapat dilakukan orang tua dalam menanggulangi kenakalan remaja meliputi; Orang tua harus menjadi teladan sikap dan ucapan pada anaknya, motivasi anak, orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Orang tua berusaha menciptakan keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. serta membantu remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik remaja.
KORELASI PERAN KELUARGA TERHADAP PENYESUAIAN DIRI REMAJA
There are some teens who have failed in the adjustment itself, such as inability to undertake real appearance, unable to adapt to a variety of groups, can not interact socially with the community, can not accept his situation. This failure was provoked by a problem with the family, such as economic status of parents down to the middle, the parents are very busy at work, parents who are less attentive to their children, parents who are too authoritarian, causing the child lacks self-esteem, no confidence , academic achievement is low, less able to hang out with friends, having problems when adjustments with friends that the economic status of their parents upper middle, the child became naughty, hostility, anxiety, and aggressive.The purpose of this study to determine the extent of the role of family environment on the adolescent ctadjustment.. This research uses quantitative methods. Based on the results of data analysis in this study obtained the r value of 0.769 and significance of P = 0.000 (P <0.01) means that there is a role that is very positive and very significant between family environment to the adjustment. Family environment is one of the variables that contribute relative to the adjustment in the amount of 59.2%. It is clear that the better the family environment, the better adolescent adjustment, and vice versa. Families are required to realize the positive values, religious values that nurtured the child's personality is good and able to adjust in society. ABSTRAK Penelitian ini diawali dengan beberapa kenyataan bahwa banyak remaja yang mengalami kegagalan dalam penyesuaian dirinya. Kegagalan tersebut diprovokasi oleh masalah dengan keluarga seperti status ekonomi orang tua menengah ke bawah, orang tua yang sangat sibuk bekerja, orang tua yang kurang perhatian kepada anak-anaknya, orang tua yang terlalu otoriter sehingga menyebabkan anak kurang memiliki harga diri, tidak percaya diri, prestasi belajar rendah, kurang dapat bergaul dengan teman, sehingga anak menjadi nakal, sikap bermusuhan, gelisah, dan agresif dalam penyesuaian dirinya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui korelasi peran keluarga terhadap penyesuaian diri remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Variabel bebas adalah keluarga dan variabel dependen adalah penyesuaian diri. Subyek berjumlah 125 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik random sampling. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode dalam bentuk skala Likert. Analisis data menggunakan teknik korelasi Product moment Karl Person, dengan SPSS versi 17.0 for Windows.
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE
Puberty in girlsadolescent is characterized by hormonal changes that the arrival of menarche can caused anxiety. The aim of this research was to determine the relationship of family support with the level of anxiety in adolescent to confronting menarche in elementary school/equivalent at Kelurahan Tuah Karya was descriptive correlation design and cross sectional approachment. The sample are 275 respondent was cluster random samping. The instrument used questionnaire the validity and reliability had been tested. The analyses used are univariat to determine the frequency distribution and bivariate using chi-Square test. The result showed 149 respondents received positif family support was 56 from them experienced mild anxiety (37,6%), 63 respondents had moderate anxiety (42,3%), and 30 respondents experienced severe anxiety (20,1%). A total of 126 respondents received negative family support was 67 of them experienced mild anxiety (53,2%), 48 respondents had moderate anxiety (38,1%), and 11 respondents experienced severe anxiety (8,7%). The statistic result obtained is (0,007) < (α = 0,05), therefore there is significantly relationship of the family support with level anxiety in adolescent girl in confront menarche during elementary school/aquevalent at Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan. This research recommend to the nurse for give promotion of healt about menarche that can caused anxiety to adolescent confornt puberty.
STUDI KOMPRASI PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
The purpose of this study was to determine the effect of orientation of online shop enthusiasts, spending, lifestyle, self-control on the influence of e-commers and online shops on buyers. Data collection was carried out online using a questionnaire given to thirty two actors. Tarbiyah and Teaching Sciences (FITK) and the Faculty of Islamic Economics and Business (FEBI).. The analytical tools used are smartphones, laptops, and the SPSS application. The results of the study show that there is a direct influence, e-commers orientation has an effect and some does not affect competitive advantage. Expenditures do not affect consumptive behavior. Self-control influences consumptive behavior.. The results of the study show that spending, lifestyle, self-control have a simultaneous effect on consumptive behavior. Analysis of the research data shows that the results of the model test show that the Expenditure
PENGARUH DISORGANISASI KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN REMAJA
Sosiologi Semester I Disusun oleh : Syifa Fauziah 010115122 Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor 2015 KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb. Segala puji saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Izin-Nya saya dapat mengerjakan tugas karya ilmiah ini. Saya menulis karya ilmiah ini sebagai persyaratan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh nilai tugas semester I mata kuliah Sosiologi pada jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum, Universitas Pakuan. Karya ilmiah ini, saya susun karena mendapat tugas karya ilmiah dalam bentuk makalah dari dosen mata kuliah Sosiologi dengan tema "Disorganisasi Keluarga" dan judul "Pengaruh Disorganisasi Keluarga Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja", yang juga menjadikan ini sebagai ilmu pengetahuan untuk saya dan juga untuk mendapatkan nilai tugas mata kuliah Sosiologi dari Bapak Suhermanto, S.H., M.H. Demikian, karya ilmiah ini saya susun untuk melengkapi tugas dari dosen mata kuliah. Mohon maaf apabila ada tulisan yang kurang berkenan dalam karya ilmiah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga, Taufik dan Hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua. Amin. Wassalamualaikum wr.wb.