Analisis Kualitatif Research Papers - Academia.edu (original) (raw)
Abstrak Tulisan ini terfokus pada keadaan krisis kepemimpinan yang terjadi di Indonesia saat ini dimana bangsa yang memiliki kebhinekaan dalam segala aspek baik, sosial, budaya, suku, golongan dan agama ikut menjadi penyebab krisis... more
Abstrak Tulisan ini terfokus pada keadaan krisis kepemimpinan yang terjadi di Indonesia saat ini dimana bangsa yang memiliki kebhinekaan dalam segala aspek baik, sosial, budaya, suku, golongan dan agama ikut menjadi penyebab krisis kepemimpian atau bahkan tersandera oleh kekuasaan kepemimpinan, untuk itu perlu keterpanggilan untuk menjadi pemimpin yang membebaskan dengan visi atau ide yang membawa perubahan. Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif serta membandingkan pengaruh Modernisme terhadap kepemimpinan yang ada di Indonesia, dan pentingnya melihat kembali karya teolog Teologi Sosial Liberatif mengenai presensia Ebed Yahwaeh (kehadiran Hamba Tuhan) yang membebaskan. Pendahuluan Kepemimpinan merupakan suatu seni yang usianya setua umur manusia di bumi dimana orang telah mempraktekkannya dalam waktu yang cukup panjang. Selain itu kepemimpinan selalu ada dalam setiap budaya dari segala bangsa di seluruh dunia1. Kepemimpinan telah menjadi topik yang sangat menarik dari para ahli sejarah dan filsafat sejak masa dahulu. Kepemimpinan adalah salah-satu fenomena yang paling banyak diamati, bahkan diberi perhatian khusus di berbagai belahan dunia2, tidak ada satupun bidang yang tidak terlepas dari kepemimpinan, baik dalam bidang politik dan pemerintahan, bidang bisnis, pendidikan, sosial, dan religius. Bahkan yang terpenting ialah bahwa begitu banyak orang yang berlomba-lomba menduduki kursi kepemimpinan, tentu dengan motivasi yang berbeda-beda. Akan tetapi permasalahannya saat ini begitu banyak masalah akut dan kronis yang melumpuhkan berbagai jenis organisasi dalam berbagai bidang disebabkan atau terkait dengan krisis kepemimpinan. Terlalu banyak pemimpin yang tidak memiliki atau kurang diperlengkapi dengan kompetensi kepemimpinan yang mapan, cacat karakter, bahkan integritas seringkali dikorbankan demi sebuah ambisi pribadi. Lampu sorot riset dibidang kepemimpinan saat ini sedang mengarah ke topik kepemimpinan yang buruk. Bahkan seorang profesor kepemimpinan di Harvard University, dalam bukunya menulis bahwa semua jenis pemimpin saat ini mengalami kejatuhan karena cacat karakter. Bahkan yang disebut saleh/berhati mulia, cinta Tuhan, rendah hati, dan berprinsip tegas pun tidak sedikit yang mengalami kejatuhan.3 Masalah karakter sesungguhnya lebih esensial ketimbang masalah kompetensi. Penelitian ilmiah kepemimpinan berulang kali mengkonfirmasi bahwa tanpa karakter yang kuat dan baik, pemimpin yang sangat efektif pun akan tergelincir dan terjatuh4. Indonesia sebagai bangsa yang memiliki kebhinekaan dalam segala aspek, baik sosial, budaya, suku, golongan, dan agama. Tentu membutuhkan kepemimpinan yang kapabel secara moral dan teknis. Kepemimpinan di Indonesia saat ini, tanpa sadar sesungguhnya mengalami krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan adalah masalah yang krusial. Namun, masalah yang lebih krusial sekaligus urgen ialah masalah kepedulian. Banyak orang yang tidak peduli terhadap fakta bahwa, kita tidak memiliki figur dan sistem kepemimpinan yang baik. Bahkan kenyataan yang terjadi, kepemimpinan di Indonesia rupanya tidak sedikit yang bersifat nepotisme, bukan lagi memperlihatkan kepemimpinan dalam masyarakat yang plural, mengedepankan kemampuan dan kualitas seseorang.