Budaya Research Papers - Academia.edu (original) (raw)
Dalam tiga dekade terakhir banyak peneliti di dunia yang mulai secara konsisten mengembangkan berbagai penelitiannya pada isu lingkungan. Fenomena ini bukanlah suatu hal yang bersifat insidental. Akan tetapi, di tengah berbagai krisis... more
Dalam tiga dekade terakhir banyak peneliti di dunia yang mulai
secara konsisten mengembangkan berbagai penelitiannya pada isu
lingkungan. Fenomena ini bukanlah suatu hal yang bersifat insidental.
Akan tetapi, di tengah berbagai krisis ekologi yang terjadi di Bumi dan
kerusakan yang disebabkan oleh keserahakan manusia memberikan
kecemasan di kalangan peneliti terhadap masa depan Bumi kita ini.
Setiap hari, berbagai media massa lokal, nasional, hingga internasional
tidak pernah absen untuk memberitakan berbagai kerusakan ekologi
yang terjadi, mulai isu penebangan hutan, penambangan liar, efek
rumah kaca, hingga semakin menipisnya lapisan ozon Bumi.
Setidaknya terdapat dua momen yang berkaitan erat dengan
semakin meningkatnya pamor studi lingkungan saat ini. Pertama,
perkembangan espitemologi keilmuan yang mengarahkan kesadaran
manusia untuk lebih terlibat dalam usaha penyelamatan ekologi Bumi.
Hal ini ditandai oleh sebuah gerakan pemikiran yang dikenal dengan
“ecology turn” pada 1990-an. Pergeseran paradigma ini utamanya
terjadi dalam bidang sastra yang kemudian dikenal dengan istilah
ekokritik. Selain munculnya pertanyaan-pertanyaan baru dalam bidang
sastra, ekokritik juga membangun kembali metodologinya. Dalam
kerangka ini, banyak para peneliti yang memanfaatkan berbagai bidang
humaniora lain ataupun ilmu sosial untuk memahami permasalahan
lingkungan melalui sastra.
Kedua, di tengah berbagah kesadaran akan pentingnya peran
berbagai keilmuan untuk turut andil dalam permasalahan ekologi
yang terjadi, berdiri The Association fot the Study of Literature and
Envornment (ASLE) di Amerika Serikat. Asosiasi ini merupakan sebuah
gerakan global yang terdiri dari ilmuwan dan penulis yang tertarik
untuk mengeksplorasi hubungan antara manusia dengan alam, serta
dampak yang dihasilkannya. Asosiasi ini bukanlah sebuah gerakan
intelektual monodisiplin, tetapi bersifat interdisipliner, seperti ekologi, biologi, sejarah lingkungan, hukum lingkungan, filsafat lingkungan,
pendidikan, sastra, dan lain-lain. Berbagai peneliti tersebut mencoba
memahami berbagai dinamika yang terjadi antara hubungan yang
dihasilkan oleh manusia dengan alam selama ini. Saat ini organisasi ini
juga telah berkembang pesat di berbagai wilayah dunia. Sebagai sebuah
gerakan global, kegiatan yang berfokus pada permasalahan lingkungan
ini banyak mendapat minat dari berbagai ahli di seluruh penjuru dunia,
seperti Amerika, Eropa, Asia, Afrika, hingga Australia.
Buku ini merupakan salah satu respon penulis terhadap isu ekologi
yang berkembang saat ini. Sebagai bidang keilmuan dalam rumpun
humaniora, peran ilmu sastra dalam mengemban tanggung jawab
ekologis perlu menempatkan posisinya secara nyata dalam perdebatan
yang terjadi. Dalam tulisannya, Andalas (2018), memaparkan mengenai
pentingnya sebuah tanggung jawab kultural dalam pengembangan
sebuah espitemologi sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Melalui kesadaran baru terhadap dimensi analisis yang merespon isu
“nyata” di sekitar kehidupan, peneliti dapat membongkar dimensi
ideologis dan merumuskan ide pencegahan dan penanggulan yang
berguna bagi kehidupan manusia. Melalui kerangka ini, ilmu sastra
haruslah memperluas cara pandangnya dengan mendekati bidang ilmu
lain sebagai kerangka kajian yang dapat menopang pemahaman sastra
terhadap isu ekologi yang terjadi, salah satunya yaitu bidang budaya.
Ekologi budaya merupakan salah satu dari sub pembagian bidang
ekologi manusia, di samping ekologi biologis. Sebagai bidang yang
relatif baru, utamanya dalam sastra Indonesia, kami merasa diperlukan
adanya suatu buku yang dapat menjadi pengantar pemahaman menuju
dimensi ekologi-budaya dalam kajian sastra. Sebagai sebuah buku
pengantar, tentu tidak semua hal yang berkaitan dengan persoalan
ekologi-budaya dapat ditemukan di buku ini. Kami berangkat dari
asumsi bahwa pembaca pemula yang nantinya memanfaatkan buku
ini belumlah memiliki pengetahuan mengenai bidang ekologi maupun
antropologi budaya, sehingga kami mencoba membangun pemahaman
dari bawah.
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada beberapa pihak yang turut mendukung terbitnya buku
ini, yaitu Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Dekan dan Wakil
Dekan FKIP UMM, serta kolega dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang yang senantiasa menjadi
teman diskusi yang menyenangkan. Terlepas dari berbagai kekurangan
yang ada, semoga dengan kehadiran buku ini dapat membuka dimensi
kajian sastra interdisipliner yang lebih luas, utamanya terkait dengan isu
ekologi-budaya dalam kajian-kajian sastra Indonesia. Kami juga sangat
berharap adanya kritik dan saran dari pembaca untuk mengembangkan
konsep ekologi budaya sebagai sebuah kajian interdisipliner sastra
dengan lebih baik lagi.