Fisiología Animal Research Papers - Academia.edu (original) (raw)

ABSTRAK Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu ternak yang sudah dikategorikan sebagai ternak indigenus, oleh karena itu beradaptasi dengan baik dan tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Iklim indonesia yang relatif panas dapat... more

ABSTRAK Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu ternak yang sudah dikategorikan sebagai ternak indigenus, oleh karena itu beradaptasi dengan baik dan tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Iklim indonesia yang relatif panas dapat di atasi oleh sapi PO, sehingga produktivitasnya termasuk cukup tinggi. Variasi tinggi tempat menyebabkan adanya variasi suhu udara.Oleh karena itu dilakukan pengujian terhadap daya tahan panas tubuh sapi PO pada ketinggian tempat berbeda. Pengujian daya tahan panas tubuh dilakukan pada sapi PO di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Ruminanisa Sumberejo, Kendal (ketinggian +10m dpl) dan PT Prisma Mahesa Unggul (PMU) Bogor (ketinggian +500m dpl), masing-masing sebanyak 30 ekor. Variabel yang diukur meliputi aspek fisiologis (frekuensi pernafasan, nadi dan suhu rektal) dan indeks daya tahan panas tubuh (Indeks Benezra dan Rhoad). Data yang terkumpul dianalisis uji beda rata-rata pada tarap kepercayaan 95%. Hasil analisis menunjukkan bahwa temperature humidity index (THI) Sumberejo dan PT PMU masing-masing 74,14 dan 27,23. Rataan frekuensi nafas (18,00 dan 24,10 hembusan/menit), nadi (47,00dan 44,50 denyut/ menit), suhu tubuh (38,2 dan 38,2 O C) dan indeks daya tahan panas Rhoad (94,50 dan 97,63) tidak ada perbedaan antara sapi PO di kedua tempat, namun indeks daya tahan panas Benezra (2,33 dan 2,05) berbeda nyata (P<0,05). Dapat disimpulkan bahwa pada ketinggian tempat berbeda, sapi PO berhasil menjaga kestabilan suhu tubuh dengan baik walaupun dengan sedikit meningkatkan frekuensi nafas. Kata kunci : Daya tahan panas, sapi PO, Ketinggian tempat PENDAHULUAN Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan hewan homotermis, maka akan selalu berusaha mempertahankan suhu tubuhnya selalu tetap stabil. Apabila suhu udara lingkungan berubah, sapi akan melakukan usaha menjaga kesetabilan suhu tubuh dengan mekanisme termoregulasi melalui pengaturan pernafasan, keringat dan denyut nadi serta usaha lain (Isroli, 1994). Sapi Peranakan Ongole berasal dari India dan telah menyebar di beberapa wilayah Indonesia. Sapi PO telah beradaptasi dengan baik pada kondisi cuaca yang panas melalui struktur permukaan tubuh yang relatif luas. Sapi PO cukup populer karena secara umum daya tahan terhadap panas cukup tinggi, relatif mudah dalam pemeliharaan, adaptabel terhadap kualitas pakan yang kurang baik, dan relatif tahan penyakit (Sumardi, 2010). Namun demikian, sapi PO yang dipelihara di berbagai wilayah di Indonesia mempunyai variasi dalam produktivitas akibat variasi lingkungan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengukuran perbedaan indeks (koefisien) daya tahan panas sapi PO pada kondisi lingkungan (ketinggian tempat) yang berbeda guna menentukan tindakan yang diperlukan untuk mengoptimalkan produktivitasnya. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di dua ketinggian tempat berbeda yakni Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Ruminanisa Sumberejo, Kendal (ketinggian +10m dpl) dan PT. Prisma Mahesa Unggul (PMU) Bogor (ketinggian +500m dpl) menggunakan sapi Peranakan Ongole (PO) dewasa masing-masing 30 ekor sapi PO dewasa. Sapi mendapat pakan basal rumput gajah dan tambahan konsentrat. Variabel yang diukur meliputi aspek fisiologis (frekuensi pernafasan, nadi dan suhu rektal) masing-masing dilakukan pada pagi (sebelum diberi pakan saat suhu udara sejuk) dan siang hari (tengah hari saat suhu udara terpanas) dan indeks daya tahan panas tubuh (Indeks Benezra dan Rhoad) serta variabel lingkungan untuk mengukur temperature humidity index (THI). Data yang terkumpul kemudian dianalisis uji beda rata-rata pada tarap kepercayaan 95%.