Kitab Kuning Research Papers - Academia.edu (original) (raw)

Pesantren adalah cakrawala sumber tak berujung, kata banyak peneliti. Pembahasan tentang pesantren seperti sumur tanpa dasar yang tak pernah habis ditimba mata airnya. Banyak hal yang terus bisa digali dari kedalaman sendimen keilmuannya.... more

Pesantren adalah cakrawala sumber tak berujung, kata banyak peneliti. Pembahasan tentang pesantren seperti sumur tanpa dasar yang tak pernah habis ditimba mata airnya. Banyak hal yang terus bisa digali dari kedalaman sendimen keilmuannya. Baik dari aspek sanad keilmuan, skema pembentukan karakter santri, sampai perihal kitab-kitab yang digunakannya. Satu di antaranya, adalah kitab yang sudah mengalami fase penerjemahan yang kini berada dalam genggaman anda. Kitab yang dimaksud di atas adalah kitab Khulashoh Nurul Yaqin, karya dari Syaikh Umar Abdul Jabbar. Kitab yang berisi ringkasan kisah Nabi dan para sahabatnya ini, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh para mahasantri Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat. Adapun mekanisme yang digunakan adalah dengan pengamalan ilmu penerjemahan dan tata bahasa Arab yang sudah diterima selama masa studi. Meskipun sedemikian rincinya, tentu masih sangat dimungkinkan terdapatnya kekurangan dan kesalahan di beberapa tempat. Sebagai tim editor, kami menyambut dan bekerja sebaik mungkin, agar hasil yang didapat bisa diterima banyak pihak. Selain itu, meskipun merupakan penentu dari tugas akhir mahasantri, ada hal menarik lainnya yang bisa ditelusuri dari kitab ini. Salah satunya adalah proses elaborasi silsilah keilmuan Syekh Umar Abdul Jabbar yang memiliki kaitan erat dengan gurunya yang berasal dari tanah air kita, Syaikh Nawawi al-Bantani. Syaikh Umar Abdul Jabbar adalah penduduk asli Makkah. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Makkah. Namun dalam masa pendidikannya, ia memilih majelis Syaikh Nawawi al-Bantani, seorang Mufti Makkah kenamaan saat itu. Majelis yang berada di serambi Masjidil Haram itu, menjadi salah satu tempat Syaikh Umar menimba ilmu. Proses transformasi keilmuan yang terjadi di sini menjadi satu corak pemikiran Syaikh Umar Abdul Jabbar yang lebih luwes. Bisa diperhatikan dari penggalan bahasa yang beliau gunakan dalam kitab-kitabnya. Tidak berbelit-belit dan menjauhi istilah-istilah rumit. Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan kepada kita bahwa, menerjemahkan kitab ini tidak saja terhenti karena kewajiban tugas akhir kelembagaan saja. Lebih dari itu, kerja ini adalah usaha melanjutkan estafeta pemikiran ulama-ulama Indonesia terdahulu yang mengedepankan nilai toleran dan totalitas melayani umat sejak dini. Pembaca yang budiman, Secara garis besar, kitab ini berisikan pembahasan tentang sejarah. Karenanya, term yang banyak digunakan juga berkaitan dengan gambaran masa lalu. Untuk itu,-sebagai tim editor-kami berusaha mengarahkan tim penerjemah, untuk memilih diksi yang lebih kekinian. Dengan tidak sedikitpun mengubah kerangka bab dan pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan oleh penulis kitab. Adapun perbedaan yang mendasar dari teks, biasanya pada ranah pembentukan struktur kata bahasa Indonesia baru agar lebih mudah difahami. Sehingga tidak tekstual dan rigid. Wal akhir, tidak ada yang diharapkan selain memohon keberkahan dan kebermanfaatan ilmu dari Allah melalui penerjemahan kitab ini. Dengan keluasan rahmat-Nya yang tak terhingga, semoga usaha sederhana ini, menjadikan maqam Syaikh Umar Abdul Jabbar dan keluarganya semakin harum dan semerbak lantaran semakin meluasnya ilmu beliau. Sangat disadari bahwa apa yang dilakukan masih jauh dari sempurna. Tapi apa yang sudah dikerjakan juga tidak bisa begitu saja dipandang sebelah mata.