contoh laporan PPL Research Papers (original) (raw)
Siswa kelas VIII MTs (Madrasah Tsanawiyah) yang setingkat dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama) tentunya harus memiliki sikap dan pemikiran yang lebih dewasa dibandingkan dengan siswa kelas VII yang terkadang masih terbawa suasana... more
Siswa kelas VIII MTs (Madrasah Tsanawiyah) yang setingkat dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama) tentunya harus memiliki sikap dan pemikiran yang lebih dewasa dibandingkan dengan siswa kelas VII yang terkadang masih terbawa suasana peralihan dari MI (Madrasah Ibtidaiyah) atau SD (Sekolah Dasar) menuju jenjang MTs. Kedewasaan pemikiran tersebut dapat tercerminkan melalui cara siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran di kelas seperti dalam menjawab soal-soal IPA Fisika.
Namun pada kenyataannya, tidak semua siswa mampu mengerjakan soal-soal IPA Fisika dengan benar. Siswa kelas VIII B sering kali tidak menyertakan cara dalam mencari jawaban mengerjakan soal-soal tersebut. Padahal, di dalam mempelajari IPA Fisika tidak hanya hasil solusi yang dibutuhkan, namun proses pencarian pemecahan masalah juga merupakan sebuah penilaian hasil belajar siswa karena guru akan mudah membaca letak ketidak pahaman siswa dalam pelajaran.
Soal IPA Fisika yang tidak dapat di jawab secara utuh dan sempurna oleh siswa biasanya dikarenakan siswa kurang memahami apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal tersebut. Siswa kurang mampu mengilustrasikan dan menalar beberapa hal yang diketahui di dalam soal dan hal yang ditanyakannya. Selain itu, siswa juga kurang mampu mengolah pola berpikir secara berurutan dan ilmiah. Oleh karena itu, solusi yang tepat ialah melatih siswa agar mampu mengilustrasikan materi dengan nalarnya dan berpikir secara berurutan serta ilmiah.
Melatih siswa mampu menguatkan nalarnya dan berpikir secara ilmiah tentunya bukan tanpa maksud dan tujuan, banyak sekali keuntungan yang akan siswa dapatkan ketika terbiasa berpikir secara ilmiah. Siswa akan terbisa memecahkan permasalahan secara berurutan, dengan demikian siswa diharapkan dapat menemukan akar dari permasalah sehingga dapat dengan cepat dan tepat menemukan solusi dari permasalahan. Kemudian diharapkan hal tersebut dapat diaplikasikan dalam konteks kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi persoalan apapun dengan pemikirannya yang aktif dan berurutan secara ilmiah.
Tidak hanya keuntungan yang disebutkan seperti di atas, dengan terbiasanya siswa dalam berpikir secara berurutan atau sistematis serta ilmiah, diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat. Hal ini sangat dimungkinkan karena dalam berpikir secara sistematis dan ilmiah, siswa akan dilatih untuk menjawab pertanyaan mengenai 5 W 1 H yaitu What (Apa), Why (Mengapa), Where (Dimana), Who (Siapa), When (Kapan) dan How (Bagaimana). Atau setidaknya, komponen pertanyaan dari “apa, mengapa, dan bagaimana” dapat dijawab oleh siswa melalui pemikiran yang aktif secara sistematis dan ilmiah.
Apabila siswa mampu menjawab beberapa komponen pertanyaan tersebut, maka siswa akan sangat cermat dalam menemukan akar permasalahan dan akan tepat pula dalam menemukan solusi dalam berbagai permasalahan. Seperti halnya dalam soal-soal fisika, apabila pemikiran secara sistematis dan ilmiah telah terbiasa diterapkan oleh siswa, maka siswa akan lebih cepat dan tepat dalam mencari solusi dari pemecahan menjawab soal IPA Fisika. Banyak sekali rumus-rumus yang terdapat di dalam pelajaran IPA Fisika, ketika siswa mampu menggunakan rumus dengan tepat dalam menjawab soal, hal tersebut sudah menjadi point penilaian bagi siswa, apalagi ditambah dengan benarnya jawaban akhir dari perhitungan yang dilakukan oleh siswa tentunya menjadi nilai plus bagi siswa. Hal ini tentunya akan membuahkan hasil yang maksimal pada hasil belajar siswa dan tujuan pembelajaranpun akan tercapai dengan baik.
Kelas VIII B merupakan kelas yang sangat majemuk, hal ini dapat terlihat dari siswanya yang sangat beragam dalam merespon pembelajaran di kelas. Terdapat siswa yang sangat aktif hingga agak sulit untuk diminta diam di tempat duduknya, namun ada pula siswa yang sangat pendiam tetapi ia sangat aktif dalam berpikir yang terbukti mampu menjawab setiap pertanyaan ketika praktikan PPL II bertanya. Dengan keberagaman karakter siswa beserta gaya belajarnya yang beragam pula, maka seorang guru haruslah tepat dalam memberikan cara pengajaran sehingga hasil belajar siswa didapatkan secara maksimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, moment PPL II (Praktik Pengalaman Lapangan II) merupakan moment yang tepat untuk melakukan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang harus berlangsung secara alamih sesuai dengan jam pelajaran dan materi pelajaran yang terus bergilir setiap pertemuannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Komara (2012 : 85) yang mengatakan bahwa prinsip PTK yaitu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang bersifat alamiah dan harus dilaksanakan dalam situasi yang alamiah pula, artinya PTK harus dilakukan tanpa mengubah situasi dan jadwal pelajaran. Oleh karena itu, praktikan PPL II melakukan PTK pada siswa kelas VIII B MTs Negeri Palimanan dengan judul: “Hasil Belajar Siswa MTs Negeri Palimanan Kabupaten Cirebon Kelas VIII B Semester II pada Mata Pelajaran IPA Fisika Melalui Demonstration dan Scientific Approach”.