Ahmad Syarif Makatita - Academia.edu (original) (raw)

Uploads

Papers by Ahmad Syarif Makatita

Research paper thumbnail of Religious Moderation in the Bakar Batu Tradition at the Dani Muslim Community in Jayawijaya, Papua Province, Indonesia

Khatulistiwa

This qualitative study aims to identify religious moderation in the Bakar Batu tradition for the ... more This qualitative study aims to identify religious moderation in the Bakar Batu tradition for the Dani Muslim community in Jayawijaya, Papua Province. The indicator of religious moderation formulated by the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia becomes the analytical theory in this study. Data collection techniques through observation, interviews and documentation. The nature of this research approach is descriptive-analytic. Meanwhile, data analysis techniques go through three stages, namely data reduction, data presentation, and data verification. The results show that there is a dimension of mainstreaming religious moderation in the practice of the Bakar Batu tradition by the Dani Muslim community in Jayawijaya. First. dimensions of the value of tolerance in realizing harmony between religious people. This is realized through the creation of two holes for dishes. One hole is for food for Muslims, and the other is for food for non-Muslims. Thus the Bakar Batu tradition ...

Research paper thumbnail of Paradigma Dakwah Islam Terhadap Budaya Lokal Masyarakat Papua : Integrasi Syariat Islam dan Budaya dalam Tradisi Bakar Batu Pada Komunitas Muslim Dani

Jurnal at-Taghyir: Jurnal Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Desa

Relasi dakwah Islam dan budaya lokal dalam ranah praksis maupun teoritisnya tidak selamanya harmo... more Relasi dakwah Islam dan budaya lokal dalam ranah praksis maupun teoritisnya tidak selamanya harmonis, melainkan sering menunjukan wajah dikotomis bahkan konflik antara ketentuan syariat Islam dan norma budaya yang ada. Padahal jika disikapi secara bijak, memungkinkan terdapat titik temu dalam mengharmoniskan relasi keduanya. Penelitian kualitataif ini bermaksud untuk mengidentifikasi landasan paradigma dakwah Islam dalam rekonseptualisasi babi pada tradisi komunitas Muslim Dani di Jayawijaya, Papua. Penelitian normatif-empiris ini menggunakan pendekatan filsafat hukum Islam. Teori analisis yang digunakan, yakni idealisme dan realisme hukum Islam. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Sifat pendekatan penelitian ini deskriptif-analitik. Sementara itu, teknik analisa data melalui tiga tahapan, yakni reduksi data, penyajian data, serta verifikasi data. Hasil penelitian menunjukan rekonseptualisasi babi dengan digantikan daging halal dalam tradisi Bakar Batu pada k...

Research paper thumbnail of Maintaining Inter-religious Harmony through Acculturation of the Local Tradition in the Dani Muslim Community, Papua

Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan

This study aims to identify patterns of social interaction among the inter-religious communities ... more This study aims to identify patterns of social interaction among the inter-religious communities in Jayawijaya, Papua, through the tradition of Bakar Batu. This study employs a qualitative approach by interpreting data from observation and interviews. Associative and dissociative social interaction patterns are also used as analytical theories. This study revealed that the associative interaction pattern is evident in the social interaction between the Dani Muslim community and the Christian community in the Bakar Batu tradition through accommodation and acculturation. The accommodation process is reflected in the form of tolerance; both respect each other despite their different religious teachings. Meanwhile, the acculturation process is found in reconstructing the essential elements in the practice of the Bakar Batu tradition by substituting pork with halal meat. The theoretical implication of this study reveals that associative patterns of social interaction can be the basis for...

Research paper thumbnail of " Hate Ma " The Integration of Islamic Values Trough Bakar Batu Tradition In Moslem Dani of Walesi

Abstrak Komunikasi antar agama dan budaya memberikan penguatan pada pemahaman masyarkat bahwa Sim... more Abstrak Komunikasi antar agama dan budaya memberikan penguatan pada pemahaman masyarkat bahwa Simbol-simbol kearifan lokal mampu dijadikan sebagai ruang integrasi agama dan budayanya. Islam yang hadir di Walesi sejak 5 dasawarsa silam kini menjelma sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengintegrasikan budaya dan agama dalam wadah kearifan lokal. Bakar batu (Hate Ma) yang menjadi bagian fundamental budaya masyarakat Walesi awalnya mendapat bersinggungan dengan ajaran Islam, kini mampu menjadi ruang akulturasi yang memberikan sumbangsih mendalam pada keimanan masyarkat muslim walesi. Sehingga masyarakat Walesi kini mampu bersependapat bahwa budaya dan agama dapat bersepakat melalui tradisi bakar batu. Kata Kunci: Kearifan Lokal, Hate Ma, Integrasi nilai Islam, Moderasi Islam A. Pendahuluan Islam sebagai agama penyampai rahmatan lil alamin kini telah menjelma sebagai penyampai kehancuran atas kelompok lain. Moderasi Islam yang digemakan oleh Pemerintah Indonesia hanyalah upaya klaim kekuasaan negara atas agama rakyatnya. Ini bukan sekedar ilusi, namun kenyataan yang harus dihadapi oleh akar rumput. Pernah para penyampai kehancuran yang beralaskan pada agama hadir di Wilayah timur Indonesia. Namun Papua sebagai Tanah Damai mampu menjaga harmoni melalui hikayat budayanya. Sebagaimana dijabarkan oleh Iribaram 1 1 Wawancara dengan Suparto Iribaram pakar antropologi pada tanggal 5

Research paper thumbnail of Crisis to Harmony in Argosigemerai.docx

Research paper thumbnail of Desa Perpustakaan _Rekonstruksi ruang publik melalui industri ruang publik kearifan lokal dan kecerdasan lokal masyarakat walesi

Aku adalah anak kampung, inilah yang seharusnya kita banggakan hari ini, namun pada faktanya pemb... more Aku adalah anak kampung, inilah yang seharusnya kita banggakan hari ini, namun pada faktanya pembangunan dan pengembangan kampung yang dimaksudkan pada pembahsan Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa, tidaklah sejalan dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini yang dirasa menjadi sebuah ganjalan bagi generasi muda Indonesia dewasa ini untuk membanggkan identitas mereka sebagai 'Anak Kampung'. Jika dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa mengamanatkan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan kemandirian kampung melalui perangkat sumber daya yang dimiliki oleh Kampung, hal nyata yang terjadi justeru sebaliknya, Pembangunan yang kini tengah didengungkan oleh Pemerintah, terasa seperti sebuah paham agama baru yang mengantarkan masyarakatnya pada kemusnahan massal, hal ini bukan tidak beralasan, agresivitas dan keserakahan dalam mengeksploitasi alam dan lingkungan adalah jalan terbaik bagi bangsa ini menggali kuburan bagi rakyatnya 1 . Freeport Indonesia adalah satu diantara sekian banyak perusahaan yang digaungkan sebagai wujud pengembang potensi sumber daya di Papua, namun kini justeru memaksa suku Kamoro dan Amungme 2 menjadi korban eksploitasi wilayah alam mereka. Pada akhirnya migrasi dan menjalani kehidupan yang termarjinalkan menjadi pilihan terakhir yang dapat mereka lakukan saat ini 3 . Masyarakat lokal sebagai pemilik kekayaan intelektual telah terabaikan dan dipaksa untuk hengkang dari wilayah mereka. Kekayaan intelektual masyarakat lokal yang merupakan sebuah entitas yang yang menentukan harkat dan martabat komunitas dalam tatanan kehidupan sosial 4 , kini hanya menjadi hiasan yang tidak lagi memberikan makna tentang pentingnya sebuah identitas. Kearifan lokal yang menjadi bagian dari kekayaan interlektual pun semakin termajinalkan dengan rendahnya minat generasi muda untuk mendatangi ruang pengetahuan guna melawan kebodohan dan ketertinggalan pengetahuan. 6 Respati Wikantiyoso Kearifan Lokal dalam Perencanaan dan Perancangan Kota untuk mewujudkan Arsitektur kota yang berkelanjutan Group Konservasi dan Arsitektur dan Kota, Malang, 2009, h.10 7 Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Papua.pdf 8 Rasid Yunus, Nilai-Nilai Kearifan Lokal (local genius) sebagai penguat karakter bagsa, Deepublish, Jogjakarta, 2014, h.5 9 Ineluk opakina hano adalah paham falsafah orang balim yang berarti hidup bersama itu baik yakni hidup yang penuh, utuh meliputi dan menyeluruh, selaras dan seimbang, harmoni dan familier. 10 Agus A. Alua Nilai-Nilai hidup masyarakat Hubula di Lembah Balim Papua, Biro Penelitian STFT Fajar Timur, Jayapura, 2006, h.1-30 11 mampu membentuk sebuah pola sistematis yang harmonis dalam kelangsungan hidup sebagai kelompok. Tidak berhenti hanya pada bagian itu, hal lain muncul dari pemahaman mereka tentang agama, dalam sejarah awal tercatat bahwa agama orang balim adalah animisme, yang kemudian bertransformasi menjadi wilayah Kristen pada tahun 1954 ketika misionaris dari The Christian And Missionary Aliance menyebarkan agama Kristen,[ Lieshout:2009] 12 . Di Walesi 13 hal sebalikya terjadi, sebagai bagian dari masyarakat Dani orang-orang walesi telah menjadi minoritas di antara mayoritas. Walaupun mereka mempercayai agama yang berbeda, namun hingga kini belum pernah terjadi peristiwa in-toleran disana. C. WALESI SEBAGAI RUANG PUSTAKA Sebagai wilayah perkembangan agama Islam yang konstan, Walesi telah menjadi ruang perjumpaan budaya tradisional dan modern. Hal ini bukan terletak pada teknologi atau kemampuan nalar masyarakat walesi, namun bagaimana nilai kultural yang bersifat hakikat bercumbu mesra dengan nilai religi, tanpa mendapatkan resistensi ataupun saling mendestruksi 12 Albertus Heriyanto Pengaruh Agama Samawi TerhadapPerubahan Sosial-Budaya di Assolokobal Lembah Baliem dalam KHAZANAH, Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol.13 No. 2, Desember 2015 13 D. 'KAMPUNG PUSTAKA' INSTRUMEN KEMANDIRIAN DALAM PEMBANGUNAN Kampung pustaka mungkin sesuatu yang belum pernah ada di Indonesia, dalam rencana inovasi yag ditujukan untuk mengembangkan perekonomian masyarakat pastilah digunakan model industri yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai komoditi barang, ataupun jasa yang berupa pariwisata, kuliner ataupun wisata alam, sementara untuk mengembangkan serta menginovasi kecerdasan lokal masihlah terbilang langka. Satu-satunya yang memanfaatkan pengetahuan sebagai sebuah sumber komoditi, adalah kampung bahasa di Pare-Kediri. Sementara kebutuhan pengetahuan berbasis kecintaan pada dan ruang penguatan identitas kebangsaan masih tersedia dalam "Pemberdayaan Masyarakat Kampung adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Kampung" 14 14 Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa.pdf/www.hukumonline.com

Research paper thumbnail of " KIT OBA ISOGOA " " Mekanisme Kehidupan Damai Masyarakat Islam Papua melalui Makan Bersama " Oleh: Ahmad Syarif Makatita1

Tulisan ini di ajukan sebagai peserta pada Kompetisi Esai dengan tema: "ISLAM NUSANTARA" Inspiras... more Tulisan ini di ajukan sebagai peserta pada Kompetisi Esai dengan tema: "ISLAM NUSANTARA" Inspirasi Peradaban Dunia A. Pendahuluan Agama yang pada umumnya dikenal sebagai cara dalam berkomunikasi antara individu atau kelompok dengan realitas tertinggi (Tuhan, Allah, Dewa-Dewa), kini telah berubah. Manusia bersikap sebagai ahli Tafsir bagi bahasa Tuhan, melalui manuskrip kitab suci berdasarkan pengetahuannya saja. Sehingga yang muncul belakangan merupakan pola pemaknaan bahasa Tuhan yang bersifat destruktif serta saling mengkebiri. Sehingga agama nampak begitu ringkih dan tidak lagi menampilkan wajahnya yang ramah. Dalam Tesis Yamin (Universitas Gadjah Mada: 2012), dibeberkan fakta yang menyayat bahwa dalam upaya mendapatkan identitas keagamaanya, seorang individu harus bertaruh nyawa melawan arus budaya yang hadir terlebih dahulu dalam kultur kehidupan masyarakatnya. 2 "…Tidak boleh bangun masjid, di sini hanya Kristen saja, Islam itu Jangan"[Yamin: 2012; 47] Hal ini ingin menunjukan bahwa ketika nilai baru hadir dalam kehidupan masyarakat homogen, tidak akan langsung diterima begitu saja. Melainkan akan mendapati resistensi yang bahkan harus dibayar dengan hak hidup penganutnya. Bahkan dalam beberapa aspek, pemilik budaya homogen merasa bahwa interpretasi terhadap bahasa Tuhan tersebut hanya akan mendatangkan musibah bagi pola kehidupan yang telah damai pada awalnya. Hal serupa pun terjadi pada masyarakat di Aceh, Singkil beberapa bulan lalu, dimana mereka harus menelan pil pahit bahwa gereja mereka dibumi hanguskan oleh komunitas mayoritas. Di tambah lagi dengan peran pemerintah untuk mengkebiri hak beragama mereka dalam ruang publik 1 Mahasiswa STAIN Al-Fatah Jayapura Jurusan Syari'ah (Pengurus Pergunu Wilayah Provinsi Papua) 2 Karena dalam proses mendapatkan sebuah hak pengakuan dari saudaranya sendiri, seorang Islam( Bapak Merasungun Asso) pada generasi awal di Uelesy harus di ikat lehernya dengan tali senar dan diseret sepanjang kurang lebih 8 Km ke kota untuk di adili oleh perangkat kampung dan juga pada masyarakat yang menolak kehadiran Islam serta niatan mereka untuk mendirikan masjid (Gereja Islam) sebutan mereka pada awalnya.

Drafts by Ahmad Syarif Makatita

Research paper thumbnail of " Hate Ma " The Integration of Islamic Values Trough Bakar Batu Tradition In Moslem Dani of Walesi

Makatita, Ahmad Syarif, Hate Ma 'The Integration of Islamic Values trough Bakar Batu Tradition in Moslem Dani of Walesi@2018, 2018

Komunikasi antar agama dan budaya memberikan penguatan pada pemahaman masyarkat bahwa Simbol-simb... more Komunikasi antar agama dan budaya memberikan penguatan pada pemahaman masyarkat bahwa Simbol-simbol kearifan lokal mampu dijadikan sebagai ruang integrasi agama dan budayanya. Islam yang hadir di Walesi sejak 5 dasawarsa silam kini menjelma sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengintegrasikan budaya dan agama dalam wadah kearifan lokal.
Bakar batu (Hate Ma) yang menjadi bagian fundamental budaya masyarakat Walesi awalnya mendapat bersinggungan dengan ajaran Islam, kini mampu menjadi ruang akulturasi yang memberikan sumbangsih mendalam pada keimanan masyarkat muslim walesi. Sehingga masyarakat Walesi kini mampu bersependapat bahwa budaya dan agama dapat bersepakat melalui tradisi bakar batu.

Kata Kunci: Kearifan Lokal, Hate Ma, Integrasi nilai Islam, Moderasi Islam

Research paper thumbnail of Religious Moderation in the Bakar Batu Tradition at the Dani Muslim Community in Jayawijaya, Papua Province, Indonesia

Khatulistiwa

This qualitative study aims to identify religious moderation in the Bakar Batu tradition for the ... more This qualitative study aims to identify religious moderation in the Bakar Batu tradition for the Dani Muslim community in Jayawijaya, Papua Province. The indicator of religious moderation formulated by the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia becomes the analytical theory in this study. Data collection techniques through observation, interviews and documentation. The nature of this research approach is descriptive-analytic. Meanwhile, data analysis techniques go through three stages, namely data reduction, data presentation, and data verification. The results show that there is a dimension of mainstreaming religious moderation in the practice of the Bakar Batu tradition by the Dani Muslim community in Jayawijaya. First. dimensions of the value of tolerance in realizing harmony between religious people. This is realized through the creation of two holes for dishes. One hole is for food for Muslims, and the other is for food for non-Muslims. Thus the Bakar Batu tradition ...

Research paper thumbnail of Paradigma Dakwah Islam Terhadap Budaya Lokal Masyarakat Papua : Integrasi Syariat Islam dan Budaya dalam Tradisi Bakar Batu Pada Komunitas Muslim Dani

Jurnal at-Taghyir: Jurnal Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Desa

Relasi dakwah Islam dan budaya lokal dalam ranah praksis maupun teoritisnya tidak selamanya harmo... more Relasi dakwah Islam dan budaya lokal dalam ranah praksis maupun teoritisnya tidak selamanya harmonis, melainkan sering menunjukan wajah dikotomis bahkan konflik antara ketentuan syariat Islam dan norma budaya yang ada. Padahal jika disikapi secara bijak, memungkinkan terdapat titik temu dalam mengharmoniskan relasi keduanya. Penelitian kualitataif ini bermaksud untuk mengidentifikasi landasan paradigma dakwah Islam dalam rekonseptualisasi babi pada tradisi komunitas Muslim Dani di Jayawijaya, Papua. Penelitian normatif-empiris ini menggunakan pendekatan filsafat hukum Islam. Teori analisis yang digunakan, yakni idealisme dan realisme hukum Islam. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Sifat pendekatan penelitian ini deskriptif-analitik. Sementara itu, teknik analisa data melalui tiga tahapan, yakni reduksi data, penyajian data, serta verifikasi data. Hasil penelitian menunjukan rekonseptualisasi babi dengan digantikan daging halal dalam tradisi Bakar Batu pada k...

Research paper thumbnail of Maintaining Inter-religious Harmony through Acculturation of the Local Tradition in the Dani Muslim Community, Papua

Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan

This study aims to identify patterns of social interaction among the inter-religious communities ... more This study aims to identify patterns of social interaction among the inter-religious communities in Jayawijaya, Papua, through the tradition of Bakar Batu. This study employs a qualitative approach by interpreting data from observation and interviews. Associative and dissociative social interaction patterns are also used as analytical theories. This study revealed that the associative interaction pattern is evident in the social interaction between the Dani Muslim community and the Christian community in the Bakar Batu tradition through accommodation and acculturation. The accommodation process is reflected in the form of tolerance; both respect each other despite their different religious teachings. Meanwhile, the acculturation process is found in reconstructing the essential elements in the practice of the Bakar Batu tradition by substituting pork with halal meat. The theoretical implication of this study reveals that associative patterns of social interaction can be the basis for...

Research paper thumbnail of " Hate Ma " The Integration of Islamic Values Trough Bakar Batu Tradition In Moslem Dani of Walesi

Abstrak Komunikasi antar agama dan budaya memberikan penguatan pada pemahaman masyarkat bahwa Sim... more Abstrak Komunikasi antar agama dan budaya memberikan penguatan pada pemahaman masyarkat bahwa Simbol-simbol kearifan lokal mampu dijadikan sebagai ruang integrasi agama dan budayanya. Islam yang hadir di Walesi sejak 5 dasawarsa silam kini menjelma sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengintegrasikan budaya dan agama dalam wadah kearifan lokal. Bakar batu (Hate Ma) yang menjadi bagian fundamental budaya masyarakat Walesi awalnya mendapat bersinggungan dengan ajaran Islam, kini mampu menjadi ruang akulturasi yang memberikan sumbangsih mendalam pada keimanan masyarkat muslim walesi. Sehingga masyarakat Walesi kini mampu bersependapat bahwa budaya dan agama dapat bersepakat melalui tradisi bakar batu. Kata Kunci: Kearifan Lokal, Hate Ma, Integrasi nilai Islam, Moderasi Islam A. Pendahuluan Islam sebagai agama penyampai rahmatan lil alamin kini telah menjelma sebagai penyampai kehancuran atas kelompok lain. Moderasi Islam yang digemakan oleh Pemerintah Indonesia hanyalah upaya klaim kekuasaan negara atas agama rakyatnya. Ini bukan sekedar ilusi, namun kenyataan yang harus dihadapi oleh akar rumput. Pernah para penyampai kehancuran yang beralaskan pada agama hadir di Wilayah timur Indonesia. Namun Papua sebagai Tanah Damai mampu menjaga harmoni melalui hikayat budayanya. Sebagaimana dijabarkan oleh Iribaram 1 1 Wawancara dengan Suparto Iribaram pakar antropologi pada tanggal 5

Research paper thumbnail of Crisis to Harmony in Argosigemerai.docx

Research paper thumbnail of Desa Perpustakaan _Rekonstruksi ruang publik melalui industri ruang publik kearifan lokal dan kecerdasan lokal masyarakat walesi

Aku adalah anak kampung, inilah yang seharusnya kita banggakan hari ini, namun pada faktanya pemb... more Aku adalah anak kampung, inilah yang seharusnya kita banggakan hari ini, namun pada faktanya pembangunan dan pengembangan kampung yang dimaksudkan pada pembahsan Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa, tidaklah sejalan dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini yang dirasa menjadi sebuah ganjalan bagi generasi muda Indonesia dewasa ini untuk membanggkan identitas mereka sebagai 'Anak Kampung'. Jika dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa mengamanatkan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan kemandirian kampung melalui perangkat sumber daya yang dimiliki oleh Kampung, hal nyata yang terjadi justeru sebaliknya, Pembangunan yang kini tengah didengungkan oleh Pemerintah, terasa seperti sebuah paham agama baru yang mengantarkan masyarakatnya pada kemusnahan massal, hal ini bukan tidak beralasan, agresivitas dan keserakahan dalam mengeksploitasi alam dan lingkungan adalah jalan terbaik bagi bangsa ini menggali kuburan bagi rakyatnya 1 . Freeport Indonesia adalah satu diantara sekian banyak perusahaan yang digaungkan sebagai wujud pengembang potensi sumber daya di Papua, namun kini justeru memaksa suku Kamoro dan Amungme 2 menjadi korban eksploitasi wilayah alam mereka. Pada akhirnya migrasi dan menjalani kehidupan yang termarjinalkan menjadi pilihan terakhir yang dapat mereka lakukan saat ini 3 . Masyarakat lokal sebagai pemilik kekayaan intelektual telah terabaikan dan dipaksa untuk hengkang dari wilayah mereka. Kekayaan intelektual masyarakat lokal yang merupakan sebuah entitas yang yang menentukan harkat dan martabat komunitas dalam tatanan kehidupan sosial 4 , kini hanya menjadi hiasan yang tidak lagi memberikan makna tentang pentingnya sebuah identitas. Kearifan lokal yang menjadi bagian dari kekayaan interlektual pun semakin termajinalkan dengan rendahnya minat generasi muda untuk mendatangi ruang pengetahuan guna melawan kebodohan dan ketertinggalan pengetahuan. 6 Respati Wikantiyoso Kearifan Lokal dalam Perencanaan dan Perancangan Kota untuk mewujudkan Arsitektur kota yang berkelanjutan Group Konservasi dan Arsitektur dan Kota, Malang, 2009, h.10 7 Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Papua.pdf 8 Rasid Yunus, Nilai-Nilai Kearifan Lokal (local genius) sebagai penguat karakter bagsa, Deepublish, Jogjakarta, 2014, h.5 9 Ineluk opakina hano adalah paham falsafah orang balim yang berarti hidup bersama itu baik yakni hidup yang penuh, utuh meliputi dan menyeluruh, selaras dan seimbang, harmoni dan familier. 10 Agus A. Alua Nilai-Nilai hidup masyarakat Hubula di Lembah Balim Papua, Biro Penelitian STFT Fajar Timur, Jayapura, 2006, h.1-30 11 mampu membentuk sebuah pola sistematis yang harmonis dalam kelangsungan hidup sebagai kelompok. Tidak berhenti hanya pada bagian itu, hal lain muncul dari pemahaman mereka tentang agama, dalam sejarah awal tercatat bahwa agama orang balim adalah animisme, yang kemudian bertransformasi menjadi wilayah Kristen pada tahun 1954 ketika misionaris dari The Christian And Missionary Aliance menyebarkan agama Kristen,[ Lieshout:2009] 12 . Di Walesi 13 hal sebalikya terjadi, sebagai bagian dari masyarakat Dani orang-orang walesi telah menjadi minoritas di antara mayoritas. Walaupun mereka mempercayai agama yang berbeda, namun hingga kini belum pernah terjadi peristiwa in-toleran disana. C. WALESI SEBAGAI RUANG PUSTAKA Sebagai wilayah perkembangan agama Islam yang konstan, Walesi telah menjadi ruang perjumpaan budaya tradisional dan modern. Hal ini bukan terletak pada teknologi atau kemampuan nalar masyarakat walesi, namun bagaimana nilai kultural yang bersifat hakikat bercumbu mesra dengan nilai religi, tanpa mendapatkan resistensi ataupun saling mendestruksi 12 Albertus Heriyanto Pengaruh Agama Samawi TerhadapPerubahan Sosial-Budaya di Assolokobal Lembah Baliem dalam KHAZANAH, Jurnal Studi Islam dan Humaniora Vol.13 No. 2, Desember 2015 13 D. 'KAMPUNG PUSTAKA' INSTRUMEN KEMANDIRIAN DALAM PEMBANGUNAN Kampung pustaka mungkin sesuatu yang belum pernah ada di Indonesia, dalam rencana inovasi yag ditujukan untuk mengembangkan perekonomian masyarakat pastilah digunakan model industri yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai komoditi barang, ataupun jasa yang berupa pariwisata, kuliner ataupun wisata alam, sementara untuk mengembangkan serta menginovasi kecerdasan lokal masihlah terbilang langka. Satu-satunya yang memanfaatkan pengetahuan sebagai sebuah sumber komoditi, adalah kampung bahasa di Pare-Kediri. Sementara kebutuhan pengetahuan berbasis kecintaan pada dan ruang penguatan identitas kebangsaan masih tersedia dalam "Pemberdayaan Masyarakat Kampung adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Kampung" 14 14 Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa.pdf/www.hukumonline.com

Research paper thumbnail of " KIT OBA ISOGOA " " Mekanisme Kehidupan Damai Masyarakat Islam Papua melalui Makan Bersama " Oleh: Ahmad Syarif Makatita1

Tulisan ini di ajukan sebagai peserta pada Kompetisi Esai dengan tema: "ISLAM NUSANTARA" Inspiras... more Tulisan ini di ajukan sebagai peserta pada Kompetisi Esai dengan tema: "ISLAM NUSANTARA" Inspirasi Peradaban Dunia A. Pendahuluan Agama yang pada umumnya dikenal sebagai cara dalam berkomunikasi antara individu atau kelompok dengan realitas tertinggi (Tuhan, Allah, Dewa-Dewa), kini telah berubah. Manusia bersikap sebagai ahli Tafsir bagi bahasa Tuhan, melalui manuskrip kitab suci berdasarkan pengetahuannya saja. Sehingga yang muncul belakangan merupakan pola pemaknaan bahasa Tuhan yang bersifat destruktif serta saling mengkebiri. Sehingga agama nampak begitu ringkih dan tidak lagi menampilkan wajahnya yang ramah. Dalam Tesis Yamin (Universitas Gadjah Mada: 2012), dibeberkan fakta yang menyayat bahwa dalam upaya mendapatkan identitas keagamaanya, seorang individu harus bertaruh nyawa melawan arus budaya yang hadir terlebih dahulu dalam kultur kehidupan masyarakatnya. 2 "…Tidak boleh bangun masjid, di sini hanya Kristen saja, Islam itu Jangan"[Yamin: 2012; 47] Hal ini ingin menunjukan bahwa ketika nilai baru hadir dalam kehidupan masyarakat homogen, tidak akan langsung diterima begitu saja. Melainkan akan mendapati resistensi yang bahkan harus dibayar dengan hak hidup penganutnya. Bahkan dalam beberapa aspek, pemilik budaya homogen merasa bahwa interpretasi terhadap bahasa Tuhan tersebut hanya akan mendatangkan musibah bagi pola kehidupan yang telah damai pada awalnya. Hal serupa pun terjadi pada masyarakat di Aceh, Singkil beberapa bulan lalu, dimana mereka harus menelan pil pahit bahwa gereja mereka dibumi hanguskan oleh komunitas mayoritas. Di tambah lagi dengan peran pemerintah untuk mengkebiri hak beragama mereka dalam ruang publik 1 Mahasiswa STAIN Al-Fatah Jayapura Jurusan Syari'ah (Pengurus Pergunu Wilayah Provinsi Papua) 2 Karena dalam proses mendapatkan sebuah hak pengakuan dari saudaranya sendiri, seorang Islam( Bapak Merasungun Asso) pada generasi awal di Uelesy harus di ikat lehernya dengan tali senar dan diseret sepanjang kurang lebih 8 Km ke kota untuk di adili oleh perangkat kampung dan juga pada masyarakat yang menolak kehadiran Islam serta niatan mereka untuk mendirikan masjid (Gereja Islam) sebutan mereka pada awalnya.

Research paper thumbnail of " Hate Ma " The Integration of Islamic Values Trough Bakar Batu Tradition In Moslem Dani of Walesi

Makatita, Ahmad Syarif, Hate Ma 'The Integration of Islamic Values trough Bakar Batu Tradition in Moslem Dani of Walesi@2018, 2018

Komunikasi antar agama dan budaya memberikan penguatan pada pemahaman masyarkat bahwa Simbol-simb... more Komunikasi antar agama dan budaya memberikan penguatan pada pemahaman masyarkat bahwa Simbol-simbol kearifan lokal mampu dijadikan sebagai ruang integrasi agama dan budayanya. Islam yang hadir di Walesi sejak 5 dasawarsa silam kini menjelma sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengintegrasikan budaya dan agama dalam wadah kearifan lokal.
Bakar batu (Hate Ma) yang menjadi bagian fundamental budaya masyarakat Walesi awalnya mendapat bersinggungan dengan ajaran Islam, kini mampu menjadi ruang akulturasi yang memberikan sumbangsih mendalam pada keimanan masyarkat muslim walesi. Sehingga masyarakat Walesi kini mampu bersependapat bahwa budaya dan agama dapat bersepakat melalui tradisi bakar batu.

Kata Kunci: Kearifan Lokal, Hate Ma, Integrasi nilai Islam, Moderasi Islam